Chereads / Moonlight in Your Arms / Chapter 32 - Do You Miss me?

Chapter 32 - Do You Miss me?

Pagi ketika bangun dan membuka hp aku melihat pesan dari Kenny. Hatiku melonjak gembira karena merasakan perhatiannya.

"Laura, maaf kemarin aku ke kampung, Nenek Asteria meninggal."

Aku segera membalas pesan tersebut.

"Ikut berduka, semoga nenek mendapat hidup abadi di tempat yang mulia. Fiona mengabariku."

"Terima kasih La, nenek juga menyayangimu, ketika sehat sering menanyakanmu."

"Oh ya. Aku sempat cemas karena Ken tidak menelpon dan tidak mengirim pesan seperti biasanya."

Kenny tidak membalas pesan terakhir itu melainkan menelepon.

"La, do you miss me?" suaranya terdengar seakan dia ada di depanku. Tubuhku memberi reaksi, jantungku berdebar dan senyum melebar, meskipun dia tidak melihatnya.

"Ken… aku khawatir." Sulit bagiku untuk mengaku merindukannya, tetapi aku senang mendengar suaranya.

"Kalau kamu ada di dekatku, kamu tidak akan khawatir. Aku memikirkanmu setiap waktu, aku juga khawatir akan kamu."

"Hmmm."

"Bagaimana kelanjutan acara peluncuran buku? Sudah ketemu siapa yang membuat ulah merusak buku-buku itu?"

"belum, semoga Nuggie bisa memberi jawaban siang nanti."

"Baiklah, aku harus berangkat kerja. Kecup sayang untukmu, Laura, mmuahhh."

"Bye."

"Malam nanti aku telepon lagi." Kenny menutup telepon.

Percakapan singkat itu membuatku menari-nari di dalam kamar sambil mencari baju ganti dan mandi sambil menyanyi. Kenny menimbulkan kesenangan ini, apa lagi yang kucari?

Namun ketika tiba di kantor kegembiraan itu sedikit berkurang mengingat kejadian pada hari Jumat. Ibu mengajak kami rapat. Ibu meminta semua staf membuat laporan dan evaluasi mengenai acara tersebut.

"Saya ingin kita mengevaluasi kegiatan peluncuran buku. Secara umum ibu berterima kasih kepada kalian semua yang telah membuat acara tersebut berjalan lancar sesuai rencana. Para tamu juga terlihat puas. Sekarang silakan membuat laporan singkat terkait peran dan tugas masing-masing. Dimulai dari Nuggie, Jessy, Like, Feny, Robby, Otty, Mille terakhir Laura."

Ibu memandang setiap wajah yang namanya disebut, dengan tatapannya yang khas di balik kacamatanya yang melorot di tengah hidung.

Nuggie melaporkan urusan pengadaan buku, jumlah yang dibawa, jumlah yang dibagikan dan yang terjual serta pesanan yang masuk.

"Kita menunggu kepastian pesanan dari Audrey, sedangkan dua toko buku sudah memesan langsung masing-masing 500 eksemplar. Selain itu klinik dr. Herlina juga memesan 200 buku." Kata Nuggie.

Jessy melaporkan sesi acara.

"Semua berjalan baik, hanya ada insiden kecil di belakang sehingga kami tidak sempat memasang pita logo perusahaan untuk buku yang dihibahkan kepada tamu VIP. "

Sambil berbicara mata Jessy tertuju pada Melli, gadis itu menunduk seperti menghindari tatapan mata Jessy.

Like yang bertanggungjawab atas sajian makanan dan minuman melaporkan bahwa konsumsi yang kami sediakan mendapat pujian dari para tamu.

"Jenis makanannya tidak pasaran, penyajiannya menarik dan jumlahnya cukup, masih ada makanan hingga tamu terakhir. Bu, saya rekomendasikan catering ini bisa kita pakai lagi untuk kesempatan berikutnya," kata Like.

Fenny melaporkan jumlah tamu yang datang dan sudah merangkum data mereka.

"Saya sudah input semua nama, status, jabatan dan alamat para undangan ke dalam data perusahaan."

"Bagus," celetuk ibu.

Robby yang mengelola sound system, pemutaran video dan hiburan juga membuat laporan positif.

"Ibu, tugas saya kemarin menemani para tamu bersama Kak Laura, mereka menikmati acaranya. Banyak tamu merasa seperti reuni karena bertemu teman-teman lama di acara kita." Kata Otty.

"Baik terima kasih Otty, lanjut Meli!" kata ibu dengan sorot mata tajam.

Melli tampak berusaha tenang meskipun kegugupannya juga terlihat jelas dengan dia terus meremas jari-jari tangannya sendiri.

"Saya membantu Jessy, dia minta saya menyiapkan buku-buku untuk tamu VIP. Kami meletakkannya di meja kecil di sebelah meja bundar. Saat pemutaran video saya mendengar suara benda terguling. Rupanya vas bunga dan airnya cukup banyak, tumpah mengalir ke meja tempat buku."

Melli menarik nafas dalam-dalam.

"Setelah itu saya ke toilet, sakit perut."

"Kenapa kamu tidak kembali? Kami mencarimu?" tanya Jessy.

"Saya tidak tahan, saya langsung pulang, sakit sekali perut saya." Melli menunduk. Tidak ada lagi yang dikatakannya.

Tidak satupun dari kami yang melihat peristiwa tersebut, sehingga kejadiannya menjadi misteri.

"Terima kasih Melli. Nug apa kamu sudah periksa rekaman CCTV? Ibu yakin vas bunga tidak terguling dengan sendirinya," kata ibu.

Nuggie mengangguk.

"Nanti saya melapor pribadi." Katanya.

Semua mata memandang Nuggie, tampak penasaran. Dia pasti sudah melihat rekaman CCTV dan kalau Nuggie melapor secara pribadi, tentu ada sesuatu yang tidak ingin didengar oleh banyak orang.

"Oke, terakhir Laura." Kata ibu.

Aku membasahi bibir sebelum bicara.

"Tidak banyak yang ingin saya katakan, secara keseluruhan acara berjalan sesuai rencana. Untuk perhatian bagi kita semua, kelancaran acara terjadi kalau kita saling mendukung dan bekerjasama. Saya suka ide melibatkan anak-anak membawa bunga, paling tidak sebagai awal mengenalkan buku kepada anak-anak. Diskusi juga hidup dan banyak pertanyaan menarik. Kalau boleh usul, untuk kesempatan berikutnya kita memberi hadiah buku-buku bagi penanya dengan pertanyaan yang bagus."

"Setuju Ray," kata Nuggie.

"Dalam waktu dekat buku apa yang akan diluncurkan?" tanya Otty.

"Begini, saya ingin kita mencetak ulang buku tentang pernikahan, dalam dua bahasa. Ada tugas untukmu Otty, tambahkan satu ilustrasi di setiap bab."

"Mengapa dicetak ulang dan dua bahasa?" Jessy bertanya dengan mata melebar. Dia editor buku tersebut.

" Cetak digital 25 eksemplar, hard cover, untuk dibawa ke Belanda. Buku itu terpilih sebagai salah satu buku yang akan didiskusikan pada pameran buku." Kata ibu yang langsung disambut pujian dan kegembiraan dari semua staf.

"Saya akan pergi atas undangan tersebut, Laura menemani dengan biaya sendiri." Ibu menegaskan.

"Tidak apa-apa, kami ikut senang dan bangga meskipun tidak ikut pergi." Kata Jessy.

" Rapat selesai, tolong Jessy, Otty dan Nuggie segera melihat kembali buku Pernikahan dan saya menunggu usul koreksi dan tambahan untuk edisi eksklusif ini, terima kasih." Ibu melepas kacamatanya dan mengusap matanya.

"Semua boleh kembali kerja, Nuggie tinggal." Katanya.

Aku kembali ke ruang kerja dan membaca naskah buku Hendra. Gaya penulisannya lincah dengan bahasa yang mudah dimengerti serta sasaran pada anak muda. Tampak dia menguasai komunikasi dengan baik.

Ada beberapa catatan yang kubuat untuk Hendra.

Pada saat aku masih tenggelam dalam naskah Hendra, kudengar ketukan di pintu. Nuggie masuk.

"Ray, sudah selesai baca naskah Hendra?"

"Ini sedang kubuat beberapa catatan. Menurutku kita bisa menerbitkannya, mungkin bisa jadi best seller."

"Kupikir juga begitu, paling tidak follower dia ada yang tertarik beli."

"Nah… semoga."

Nuggie berdiri di depanku.

"Bagaimana rekaman CCTV itu?"

Nuggie menggelengkan kepala.

"Ruang terlalu gelap. Ada Otty dan Melli di dekat situ. Aku curiga pada Melli, tetapi dia berada di depan Otty sehingga camera tidak bisa menangkap gerakan dia."

"Oh… kukira semua orang akan berpikir seperti itu. Kita sudah kenal Otty lebih lama daripada Melli. Apakah menurutmu Melli layak bergabung dengan kita? Mereka berdua adalah temanmu."

Nuggie menggaruk belakang kepalanya.

"Itulah… kita lihat sampai masa tiga bulan percobaan."

Aku mengangguk memberinya persetujuan.

"Bagaimana jamuan malam di rumah dr. Herliana? Sepertinya dr. Hardy tertarik kepadamu."

Nuggie berjalan mendekat.

"Menyenangkan, soal dr. Hardy, ya semua laki-laki kan begitu … tapi eh ibu ingin menjodohkanmu dengan Ninis atau Gaiya," kataku tertawa mengingat percakapan ibu dan dr. Herliana.

Nuggie menatapku dengan matanya yang lembut.

"Oray … kenapa kamu tidak mau mengerti?"

"Hah…"

" Aku hanya mencintaimu…"

Aku memandang wajahnya. Nuggie berkali-kali menyatakan cintanya meski aku juga berkali-kali mengatakan tidak bisa menerima cintanya.

Tiba-tiba Nuggie memelukku dari belakang dan mencium kepalaku.

"Nug… jangan." Aku meloloskan diri dari pelukannya.

Aku tidak ingin bersikap kasar kepadanya, Nuggie terlalu baik bagi kami. Dia selalu menurut pada ibu dan melindungi kami berdua. Hanya saja, aku menerima Nuggie sebagai kakak, tidak ada perasaan lain kepadanya.

"Apakah kamu tidak menyukaiku?" matanya terlihat redup dan wajahnya tegang.

"Kamu adalah kakak bagiku, Nug, aku menyayangimu, sangat menyayangimu, sebagai kakak."

"Kamu masih mencintai Kenny? Seseorang yang sudah melukai melukaimu apakah masih mencintaimu? Pikirkan itu sekali lagi Oray, dia pernah menghancurkanmu."

Aku mengangguk.

" Aku memikirkannya."

Nuggie melangkah pelan meninggalkan ruang kerjaku. Kepalanya tertunduk dan bahunya terkulai. Aku merasa iba kepadanya, tetapi cinta tidak dapat dipaksakan. Nuggie juga pasti tidak bisa mencegah perasaannya yang datang, namun dia harus berpikir lebih jernih.

Dalam cinta sekalipuun kita perlu menggunakan akal. Cinta sepihak tidak akan berhasil. Aku tidak mencintai Nuggie seperti yang diinginkannya.

Wajah Kenny terbayang, suaranya terdengar bergaung di kepala. Hanya Kenny yang menimbulkan rasa seperti ini di dalam diriku.

Apakah aku bisa memaafkannya atau mau memaafkannya?

***