Chereads / Mr. Lipstik's / Chapter 13 - Jae-Hwo Marah!

Chapter 13 - Jae-Hwo Marah!

"Terkadang kita sulit untuk mengerti, mana marah dan mana kecewa yang dirasakan oleh orang lain."

__________

"Kenapa kamu gak pernah cerita ke aku? Apa kamu hanya bercerita pada So Young?''

Aku diam membisu karena aku tak sanggup untuk berbicara pada Jae-Hwo. Bahkan aku tak berani menatap wajahnya, hanya menunduk sambil melihat paving berwarna merah kecoklatan. Rasa bersalah akibat menyembunyikan hal seperti ini pada Jae-Hwo menyeruak memasuki hati ku. Aku tak mengerti, kenapa aku merasa bersalah padahal mau cerita atau tidak cerita itu hak ku jadi kenapa aku merasa bersalah.

"Entalah, aku merasa ... aku ...." Tiba-tiba aku tak bisa mengeluarkan alasan yang baik untuk menjawab pertanyaan Jae-Hwo. Sebenarnya alasan kuat engan untuk bercerita pada Jae-Hwo dan So Young karena aku tak mau mereka ikut campur dalam hubungan ku dan Axelle seperti kedua orang tua kami yang super ingin tau. Apalagi kak Lovelace yang sedikit-dikit curiga pada Axelle dan ternyata kecurigaan kak Lovelace benar adanya.

"Jika kamu merasa canggung cerita padaku, setidaknya cerita pada So Young karena dia menganggap kamu sahabatnya."

Aku ingin cerita pada mereka berdua tapi jarak kita yang terlampau jauh membuat ku ragu untuk bercerita. Aku pikir, tak usah memberitahu saudara kembar itu karena belum tentu mereka kembali kemari dan hubungan kami belum tentu tetap mulus. Suatu hari nanti kami akan memiliki kehidupan masing-masing dan jarak yang sangat jauh tak mungkin dapat mengeratkan pertemanan kita meski sering berkomunikasi melalui kecanggihan teknologi. Sekali lagi, ini hak ku untuk tak bercerita pada mereka.

Mata ku melihat kaki Jae-Hwo melangkah menjauh dari diri ku dan itu membuat ku mengangkat wajah dan melihat punggung Jae-Hwo yang berdiri di depan pagar rumah. Punggung tinggi itu bersadar pada pintu gerbang rumah ku. Aku menelan ludah dan memberanikan diri untuk mendekatinya. "Maaf, aku hanya berpikir hubungan ku dan kalian tak akan sedekat apa yang kamu kira jadi aku tak bercerita."

Punggung Jae-Hwo merosot dan aku mendengar suara tangisnya. Kenapa dia menangis dan apa yang aku lakukan ini sangat membuat hatinya terluka. Aku mendekatinya dan menyentuh lengannya yang keras akan otot. Dia menoleh dengan mata sembab serta air mata yang membasahi wajahnya. Bila seperti ini, aku semakin merasa bersalah padanya.

"Meski jarak kita jauh, bagiku dan So Young kamu dan Axelle adalah teman terbaik kami karena kalian tulus dengan kami sejak kecil." Jelasnya sesegukan dan tatapan matanya terlihat sangat kecewa pada ku dan juga Axelle.

"Jae-Hwo, jangan menangis seperti ini karena ini membuat ku merasa bersalah!" keluh ku sembari berjinjit untuk menghapus air mata yang membasahi wajah rupawan Jae-Hwo yang terlihat glowing meski di malam hari dalam redup lampu pagar.

Jae-Hwo menahan tangan kanan ku yang mengelap air matanya lalu dia menarik ku dalam pelukannya dan membuat kepala ku membentur dadanya yang ternyata keras akan otot. Beruntungnya badan Jae-Hwo tak bau bawang putih seperti saat pertama kali dia kembali kemarin. Malam ini aroma Jae-Hwo seperti daun mint yang di campur dengan air es. Menyegarkan dan dapat membuat jantungku berdegup teratur. Sebenarnya, Jae-Hwo memang menenagkan sejak dulu dan aku selalu suka akan pelukan Jae-Hwo hanya saja engan untuk mengatakannya pada Jae-Hwo karena kejahilan Jae-Hwo yang abnormal itu.

"Apa kamu mematahkan kaki Axelle saat mengetahui bahwa dia berselingkuh?" tanyanya padaku dengan posisi masih memelukku dan aku tak ingin melepaskan pelukan Jae-Hwo ini. Ini kulakukan sebagai rasa bersalahku padanya. Membiarkan dia menangis sambil meluk ku meski bukan tangisan ibah karena aku putus dari Axelle melainkan tangisan kekecewaannya terhadap diriku yang tak bercerita padanya.

Pelukan Jae-Hwo semakin erat setelah aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. "Kamu pasti marah, sedih dan kecewa pada Axelle karena berselingkuh. Aku tak sanggup membayangkan betapa sakitnya hati kamu jadi biarkan aku menenagkan kamu seperti ini."

Mendengar Jae-Hwo mengatakan kalimat barusan membuat hati ku tersentuh dan aku yakin jika kedua matanya menghadirkan air mata yang siap untuk meluncur. Aku terisak dalam pelukan Jae-Hwo dan suara tangisan kami saling bersahutan. Ini kali pertama aku menangis seperti ini setelah menerima perlakuan buruk dari Axelle karena sebelum ini aku marah-marah terus sehingga air mata mengering dengan sendirinya.

Punggung ku di tepuk-tepuk halus oleh Jae-Hwo dan rasanya memang sangat menenagkan. Mungkinkah ini rasanya memiliki kakak laki-laki dalam hidup. Merasa di lindungi dan ketika sedih di tenangkan seperti ini. Meski memiliki kakak perempuan juga merasakan hal seperti ini namun rasanya berbeda. Seandainya aku memiliki kakak laki-laki, pasti kakak laki-laki ku akan menghajar Axelle habis walau Axelle hampir di hajar oleh kak Lovelace yang pernah ikut ekstrakulikuler taekwondo.

Namun aku beruntung karena memiliki keluarga yang membela ku di saat aku diperlakukan tidak baik oleh Axelle. Bahkan ayah yang terlihat paling pendiam pun ternyata kemarin menemui Axelle dan memarahi Axelle serta melarang kami berteman dekat lagi. Meski singkat dan langsung pada intinya, apa yang ayah lakukan itu langsung membuat Axelle terlihat sangat pucat dan engan untuk muncul di hadapan ayah lagi bila tak bersama kedua orangtuanya. Sungguh sangat lucu cowok itu.

"Kalian berdua, masuk dan tidur! Besok sekolah!" teriak kak Lovelace dengan malas dan teriakan itu membuat Jae-Hwo melepaskan pelukannya pada tubuh ku.

Kak Lovelace memicingkan kedua matanya melihat kami kemudian berjalan mendekat ke arah kami. "Astaga, kenapa kalian menangis?" tanyanya pada kami dengan wajah penasaran.

"Aku sedih Roosevelt di selingkuhi Axelle ...." Tangis Jae-Hwo kembali pecah dan itu membuat kak Lovelace menganga melihat Jae-Hwo. Bulu matanya yang lentik ikut berkedip-kedip seiring kak Lovelace mengedipkan kedua matanya.

"Seharusnya kamu tertawa dan bersyukur, Roosevelt putus dengan Axelle karena cowok seperti Axelle tak pantas untuk adik ku." Kenapa kak Lovelace mengatakan kata menyakitkan seperti itu. Seolah dia tak menangis saja saat aku cerita tentang Axelle yang selingkuh lalu aku mengakhiri hubungan dengan Axelle pada saat itu juga.

"Kenapa kakak bicara seperti itu? Harusnya kakak menangis lalu memarahi Axelle dan juga selingkuhan Axelle!" teriak Jae-Hwo pada kak Lovelace.

Demi Tuhan, aku dan kak Lovelace terkejut saat Jae-Hwo berteriak pada kak Lovelace. Bulu di kulit lengan ku sampai merinding saat mendengarnya.

"Aku tidak terima dan aku tidak akan diam saja!" tambah Jae-Hwo dan dia membuat ku dan kak Lovelace mengedipkan mata dengan bibir sedikit mengangga.

"Aku permisi pulang dan selamat malam!" ucapnya dengan pergi berjalan menuju rumahnya yang berada di samping rumah ku.

Dia berhenti dan berbalik. "Setelah menangis jangan langsung tidur agar mata tak sembab saat esok pagi!" Setelah mengatakan kalimat nasehat, dia kembali berbalik lalu memasuki gerbang rumahnya yang sama dengan gerbang rumah ku.

Aku dan kak Lovelace masih terbengong dengan kelakuan Jae-Hwo. Sungguh, cowok itu di luar dugaan. Lama tak jumpa, membuat ku terkejut akan prilaku Jae-Hwo yang seperti ini.

"Apa yang akan dia lakukan pada Axelle nanti?" tanya kak Lovelace dan aku tak tau untuk siapa pertanyaannya barusan jadi aku diam saja.

To be continued.