Chereads / Mr. Lipstik's / Chapter 4 - Mantan Pindah, Teman Masa Kecil Kembali

Chapter 4 - Mantan Pindah, Teman Masa Kecil Kembali

"Setelah sekian lama, manusia bisa berubah dan bisa juga tetap sama."

_______

Hari sabtu, sekolah libur dan saatnya menjadi babu di rumah sendiri. Agenda setiap sabtu adalah membersihkan rumah dan kamar masing-masing. Meskipun sudah dibersihkan tiap hari, tetap saja butuh perawatan ekstra setiap sabtu agar tetap terlihat rapi dan bersih. Ya, beginilah jika memiliki seorang ibu yang perfeksionis. Semuanya harus tertata dengan rapi dan terlihat indah. Tidak boleh terlihat berantakan atau pun bau. Versi bersih, rapi dan indah menurut kami dan ibu sangatlah berbeda jadi kami harus patuh akan intruski serta memahami selera ibu agar tak bekerja dua kali.

Bisa seharian penuh kami membersihkan rumah namun kami menikmati kegiatan ini karena kegiatan ini dapat membuat keluarga kami semakin kompak serta memahami selera masing-masing terhadap penataan suatu ruangan. Seperti, dekorasi kamar kami yang berbeda-beda. Kamar utama, milik ayah dan ibu bergaya Korea dengan dinding berwarna coklat cerah yang hangat dan penataan ruangan yang lebih rapi dan terlihat memanjakan mata karena ibu sangatlah perfeksionis. Kemudian kamar kak Lovelace yang bernuansa merah mudah dengan lemari kaca sedang yang penuh akan koleksi make up berbagai merek. Sedangkan kamar adik ku, Loretta, di tempeli wallpaper kuda poni dan rak-rak berisi boneka.

Untuk kamar ku sendiri, sangatlah absurd karena aku yang mudah bosan jadi setiap beberapa bulan sekali akan merebut konsep serta tata letak beberapa barang yang akan ku pindah. Seperti hari ini, aku baru saja merubah konsep kamar ku yang sebelumnya bernuansa hangat dengan wallpaper motif kayu. Kali ini aku ganti dengan wallpaper berwana cina blue dan merubah letak meja belajar menjadi di dekat balkon agar bisa belajar sambil memghirup udara segar ketika membuka jendela.

Tepat pukul sembilan malam, aku baru selesai membereskan semuanya dan saatnya untuk mandi sambil rileksasi dengan menghirup aroma sabun cair yang beraroma bunga sakura. Ah, sangat menenangkan. Hanya dengan busa sabun yang berlimpah dapat membuat tenang pikiran dan melepas penat setelah seharian menjadi babu. Keramas dengan menggunakan shampo yang mengandung mint dapat membuat pusing hilang bersama bilasan air pada rambut. Aku sangat menikmati mandi di hari sabtu setelah seharian bekerja keras membersihkan rumah.

Setelah ini aku ingin tidur, sebelum itu aku akan mengeringkan rambut yang basah terlebih dulu dengan hair dryer dan kipas angin. Cara cepat agar rambut cepat kering tapi tidak sehat bagi rambut bila dilakukan setiap hari.

Lihatlah, aku bisa meniup-niup busa sabun ini sebelum membilas diri dengan menggunakan gayung yang setiap satu bulan sekali selalu baru karena sering bocor akibat tersenggol tanganku jika mandi buru-buru. Sebenarnya kadang aku sengaja untuk meluapkan emosi agar tak meledak-ledak di hadapan orang lain jadi gayung yang hanya benda mati tak tau apa-apa menjadi korban.

"Aw .... Song Jae-Hwo!"

Apa aku tak salah dengar akan teriakan ibu barusan. Ibu meneriakkan nama Jae-Hwo dengan sangat heboh dan riang gembira. Apa anak itu melakukan panggilan vidio pada ibu. Tapi itu tak mungkin tapi bisa jadi mungkin. Siapa tau dia rindu akan penggemar beratnya karena sudah lama tak bertemu dengan penggemar bertanya.

"Kamu udah gede sekarang dan mirip sama Cha Eun Woo!"

Astaga, siapa itu Cha Eun Woo sehingga di samakan dengan Jae-Hwo yang tak tampan sama sekali. Apa Cha Eun Woo tak tampan sehingga mirip dengan Jae-Hwo. Aku tertawa sambil menyiram tubuh ku dengan air dari bak mandi.

Saat aku mencuci wajah dengan sabun wajah, aku mendengar derap langkah kaki-kaki yang terburu-buru kemudian ketukan pintu. "Roosevelt, cepat keluar, kita kedatangan aktor Korea Selatan!" teriak ibu dari balik pintu kamar mandi dan sejak kapan ibu sudah memasuki kamar ku. Entalah, ibu memang seajaib itu.

Aku hanya bergumam, tandanya iya. Mana bisa aku bicara jika seluruh wajahku tertutup oleh busa sabun wajah. Daripada aku menemui tamu yang ibu sebutkan barusan, lebih baik aku mengeringkan rambut sembari memutar lagu Don McLean karena lebih membuatku semangat untuk membaca buku sebelum tidur. Meski bukan lagu yang pas untuk di dengar sebagai lagu motivasi belajar tapi tetap saja lagunya menenangkan.

"Roosevelt!" teriakan ibu sangatlah kencang dan membuat ku terkejut hingga menjatuhkan hair dryer ke atas pangkuanku dan membuat paha ku kepanasan. Sungguh aku ingin ibu menjadi wanita yang anggun dan aku tau sekarang kenapa aku tak anggun, ini karena menurun dari ibu.

Pintu kamar ku di buka dan ibu muncul dari balik pintu dengan wajah yang begitu antusias seolah telah bertemu dengan Hyun Bin, aktor favoritnya sekaligus cinta pertamanya padahal ibu berpacaran dengan ayah sebelum tau Hyun Bin. Ibu memang seorang fan girl sejak masih muda dan itu tetap mendarah daging hingga kini. "Cepat keluar, ada tamu spesial! Dia sangat tampan dan mirip dengan Cha Eun Woo!'' Suara antusias ibu dengan tatap memaksa agar aku segera turun ke ruang tamu sekarang juga.

"Lebih tampan mana dengan Hyun Bin?" tanyaku sembari terus mengeringkan rambut dengan sangat santai. Aku menghitung dalam hati, ibu sebentar lagi akan marah.

"Tidak ada yang menandingi ketampanan Hyun Bin! Sekarang cepat turun dan ibu tunggu di bawah!" kalimat penuh intimidasi dan suara pintu di banting. Sungguh mudah untuk membuat ibu kesal.

Karena ingin tidur dengan nyenyak tampa omelan ibu di malam hari, aku turun ke lantai bawah untuk menemui tamu yang ibu maksud. Saat aku menampakkan diri di ruang tamu, semua mata tertuju pada ku. Sepertinya aku salah masuk ruangan atau mereka baru saja bergunjing tentang diriku. Pandangan mataku yang melihat mereka secara bergantian tiba-tiba kembali lagi untuk melihat ke arah pemuda yang aku yakini dia tamu yang ibu maksud.

Tamu yang mungkin seusiaku itu juga melihat ke arah ku sembari tersenyum manis dan sepertinya dia hari ini terlalu banyak minum air gula karena senyumannya terlihat bagitu manis. Senyuman yang mengisyaratkan 'hai apa kabar, aku bahagia kita bisa bertemu lagi'. Apa aku kini sudah berubah menjadi peramal atau meramal adalah bakat tersembunyiku. Sepertinya aku terlalu melanturkan hal-hal tak masuk akal.

Tamu itu berdiri dari duduk dan aku mengakat alis kiri ku dan benar-benar terkejut saat tamu ini tiba-tiba memelukku dan langsung saja aku berontak. Ayah, ibu dan kak Lovelace malah diam saja dan menatap kami penuh haru. Apa aku akan di jodohkan dengan tamu ini. Tidak, ini semua tak boleh terjadi. Aku mendorong tubuh tamu yang tidak tau sopan santun ini hingga pelukannya pada tubuhku terlepas. "Ini aku dipeluk sama orang gak dikenal kalian kok diam aja, sih!" omelku pada ayah, ibu dan kak Lovelace.

"Kamu gak ingat sama aku? Padahal kita sering berkirim pesan, um ... lebih tepatnya kamu dan So Young karena kamu sering mengabaikan pesan ku. Itu sangat menyakitkan!"

Aku membuka bibir ku sembari menatap tamu yang sepertinya si tetangga yang sudah lama pergi ke Seoul. Tetangga sekaligus teman masa kecil ku yang tak ku sukai. "Jae-Hwo yang menyebalkan itu?" tanyaku dengan meneliti wajahnya yang sangat berbeda dengan foto-fotonya yang selama ini bersama So Young serta wajahnya yang selama ini muncul ketika aku melakukan panggilan vidio dengan So Young.

Dia mengangguk sedangkan aku menggeleng. "Apa kamu melakukan operasi plastik?" tanyaku dan langsung mendapatkan deheman dari ayah dan ibu. Sedangkan kak Lovelace cekikikan.

"Waah, lipstik ini sangat bagus! Kulit bibi terlihat cerah!" ucap ibu dengan memegang lipstik dan ayah memegang ponselnya yang digunakan oleh ibu untuk berkaca. Aku yakin, jika ibu melakukan ini untuk mengalihkan suasana akan pertanyaan ku yang menakjubkan barusan.

"Prediksi ku tidak salah, bibi terlihat sangat cocok mengenakan lipstik warna itu. Terlihat awet muda dan lebih cerah!" puji tamu yang ku yakini Jae-Hwo kepada ibu dan pujian itu membuat ibu terlihat salah tingkah hingga memegang paha ayah dengan kencang dan itu reaksi ibu saat gemas.

"Bagaimana kamu bisa tau bahwa aku menyukai warna ini?" tanya kak Lovelace sembari mengoleskan lipstik di punggung tangannya.

"Aku memilihnya menggunakan perasaan!" jawabnya yang membuat ku menahan tawa sedangkan kak Lovelace dan ibu terlihat tersentuh.

Aku melihat ayah dan sangat pas, ayah juga melihatku dan kami sama-sama tersenyum tidak paham dengan apa yang terjadi meski kami mendengarnya.

"Kamu Song Jae-Hwo atau sales lipstik?" tanyaku dan langsung mendapatkan pelototan dari ibu dan terlihat sangat seram sekali seperti hantu dalam film horor Indonesia.

"Song Jae-Hwo, sales lipstik dan ini aku punya hadiah untuk kamu juga!" jawabnya dengan mengambil sebuah kotak kecil yang tadi berada di atas meja.

Jae-Hwo berdiri dari duduknya dan menghampiri ku lagi dengan memberikan kotak kecil yang seperti kotak kado. Aku menerimanya dan langsung membukanya karena penasaran.

"Ahhhhhhhhhhh, Jae-Hwo gila!" teriak ku dengan jantung berdetak sangat kencang karena terkejut sekaligus takut akan runcian karet gelang. Aku langsung melemparkan kotak ini ke arah Jae-Hwo dan berlari menuju tangga karena aku benar-benar takut pada karet gelang.

Awas kau Jae-Hwo!

To be continued.