Chereads / Kutukan Ciuman Pertama / Chapter 3 - Pertemuan Pertama

Chapter 3 - Pertemuan Pertama

Rima dan Raya berada di depan makam keluarganya. Raya tengah berdoa untuk mendiang kakaknya, sedangkan Rima tengah meratapi makam mamanya.

"Assalamualaikum, ma. Rima datang, Rima ke sini karena rindu dengan mama. Mama gimana kabarnya? Mama tidak kesepian, kan?" tanya Rima dengan wajah sendu.

Rima mencoba menahan air mata yang akan mengalir membasahi pipinya karena ia tidak ingin membuat mamanya bersedih.

"Mama tahu? Semenjak mama tiada, aku harus berjuang sendiri. Aku bekerja dari pagi hingga pagi demi melunasi utang-utang mama dan menyekolahkan adik-adik," ucap Rima sambil menahan isak tangis.

Rima memegang batu nisan milik kuburan mamanya, lalu tertunduk. Pikirannya benar-benar kacau karena ia tidak sanggup membayar utang mamanya kepada rentenir, setiap minggu Rima wajib membayar 1,2 juta kepada rentenir itu.

"Andaikan Kak Mondi berada di sini, hidupku pasti tidak akan, seperti ini. Namun, sayangnya ... Kak Mondi tidak berada di sini dan aku harus berjuang seorang diri," lirih Rima.

Rima menatap kuburan mamanya sambil mengingat kenangan indah yang sudah ia lalui bersama mendiang mamanya.

"Rima berjanji akan mencari keberadaan Kak Mondi dan Rima juga berjanji akan selalu menjaga adik-adik sampai selamanya," janji Rima.

Rima menutupi kesedihan hatinya menggunakan sebuah senyuman karena ia tidak ingin terlihat sedih di depan kedua orang tuanya.

"Rim, apakah kamu sudah selesai?" tanya Raya yang berada tidak jauh dengan Rima karena kuburan Kakak Raya berada di dekat kuburan kedua orang tuanya Rima.

"Iya, aku sudah selesai ..." balas Rima.

Rima terpaku sejenak, sedangkan Raya tengah melangkah menghampiri dirinya. Raya berdiri di samping Rima, lalu menggenggam tangannya.

"Ayo, kita pergi ..." ajak Raya.

"Rima pulang dahulu ya, nanti Rima berkunjung lagi ..." pamit Rima.

Rima mengusap batu nisan mamanya, kemudian ia kembali tersenyum. Rima merasa sedikit bahagia karena mamanya sudah tenang di alam sana, mamanya tidak perlu pusing memikiran utang-utangnya kepada rentenir yang sangat kejam itu.

"Selamat tinggal, Ma. Semoga Allah kembali mempertemukan kita dikehidupan selanjutnya," ucap Rima.

Rima mengucapkan salam perpisahan kepada mamanya, kemudian ia pergi meninggalkan kuburan mamanya bersama Raya.

Rima dan Raya menampilkan ekspresi bahagia karena mereka habis berkunjung ke peristirahatan terakhir orang yang mereka sayangi.

Mereka terus melangkah menuju ke arah luar pemakaman. Namun, di tengah perjalanan, perut Rima berbunyi karena ia belum makan dari kemarin malam.

"Ray, aku lapar ..." lirih Rima.

"Iya, aku juga ..." balas Raya.

"Tapi aku hanya punya uang sebesar 10 ribu saja," ucap Rima dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bagaimana kalau kita patungan?" usul Raya.

"Boleh. Ayo, kita cari warung paling dekat dari sini!" ajak Rima.

Rima menarik tangan Raya, lalu membawanya menuju warung yang berada tidak cukup jauh dari sana. Sesampainya di warung itu, Rima langsung memesan makanan agar cacing di dalam perutnya tidak berdemo terus-menerus.

Sedangkan Raya tengah merekam Rima dari kejauhan, Raya ingin menunjukkan video-video yang telah ia rekam kepada orang yang kelak akan menjadi suami Rima agar suaminya tahu jika istrinya adalah wanita yang sangat hebat.

Rima rela tidak makan semalam  karena nasi di rumah mereka hanya cukup untuk 3 orang saja dan alhasil, Rima mengalah kepada dua adiknya.

"Semoga kamu tidak salah dalam memilih cinta dan semoga Tuhan mempertemukanmu dengan pria yang setia," doa Raya.

Raya menginginkan yang terbaik untuk Rima karena Rima adalah sahabat sejatinya. Selama ini, orang yang selalu setia menemaninya hanyalah Rima. Tak ada satu pun orang yang peduli dengannya, bahkan keluarga besarnya pun menjauhi Raya karena mereka menganggap Raya sebagai pembawa kematian.

"Ray, kamu sedang apa?" tanya Rima.

"Tidak, aku hanya lagi main ponsel ..." balas Raya bohong.

Raya langsung menaruh ponselnya di dalam saku jaketnya, sedangkan Rima menatap Raya dengan penuh curiga.

Rima duduk di hadapan Raya, lalu bergaya, seperti ibu tiri yang sedang mengintrogasi anak tirinya.

"Kamu lagi chattingan sama pacar barumu, ya?" tanya Rima.

"Aku mana punya pacar? Lagi pula umurku baru 19 tahun, Rim. Kamu jangan bicara yang tidak-tidak deh," elak Raya.

"Anak SD saja sudah punya pacar. Masa kamu belum?" tanya Rima.

"Sombong nih ya, mentang-mentang sudah punya Wahyu ..." balas Raya.

Raya menggelengkan kepalanya sambil mengaduk bakso yang ia pesan, sedangkan Rima sudah fokus dengan baksonya karena ia belum makan sejak kemarin malam.

Namun, tiba-tiba ada dua pria tampan yang melangkah melewati mereka membuat pandangan Rima dan Raya teralihkan pada dua pria tersebut.

"Mereka tampan sekali, seperti aktor luar negeri ..." ucap Rima.

"Mereka memang dari luar negeri," balas Raya singkat.

"Kok kamu tahu?" tanya Rima.

"Mereka sudah terkenal, kamu saja yang kurang update. Mereka itu salah satu aktor Tiongkok yang berhasil mendunia, bahkan mengalahkan para oppa-oppa Korea," balas Raya.

Raya kembali memakan baksonya, sedangkan Rima masih menatap kedua pria itu karena Rima terpesona dengan ketampanan mereka.

"Ray, jangan-jangan jodohku dia?" tanya Rima sambil menunjuk pria yang paling tinggi di tempat itu.

"Jangan halu deh. Dia mana mungkin mau sama masyarakat biasa, sekali pun mau juga tetap sama anak konglomerat kali ..." balas Raya.

"Iya juga sih, tapi namanya dia siapa?" tanya Rima.

"Ashley William Manohara," balas Raya singkat.

"Kenapa nama marganya sedikit mirip sama Kak Galang? Apa dia sepupunya Kak Galang?" tanya Rima.

Raya tidak menjawab karena pertanyaan itu membuat emosinya meningkat, ia benar-benar muak dengan keluarga besar Galang karena mereka semua sama saja. Sama-sama licik dan kejam.

"Ray, kamu kenapa terdiam saja?" tanya Rima.

"Sudahlah, kamu membuat nafsu makanku berkurang ..." balas Raya.

Raya langsung menaruh sendoknya, lalu pergi dari hadapan Rima sambil berlari dengan sangat kencang karena ia kesal dengan pertanyaan Rima.

"Ray, Raya!" teriak Rima.

Rima langsung berlari mengejar Raya, sedangkan orang-orang yang berada di tempat itu langsung menatapnya termasuk dua pria tampan yang tadi dibicarakan oleh Rima dan Raya.

William menatap Rima dan Raya dengan tatapan sinis karena ia kenal dengan salah satu dari gadis itu.

"Wil, kamu kenapa?" tanya temannya kepada William.

"Apakah kamu masih ingat dengan Raya Neomanara?" tanya William.

"Tentu saja masih. Raya adalah wanita paling bermuka dua yang pernah aku kenal karena dia menjadi selingkuhan dari pacar kakaknya sendiri," balas temannya.

William langsung mengalihkan pandangannya, lalu memberikan sebuah kode isyarat kepada sahabat sekaligus tangan kanannya itu.

"Aku ingin kamu dekati dia dan cari keberadaan Galang melalui dirinya!" pinta William pada sahabatnya.

"Baiklah, akan aku laksanakan ..." balas sahabatnya.

"Sekarang cepat kamu ikuti mereka. Jangan biarkan dia kabur!" perintah William dengan tegas.

Tanpa basa-basi sahabatnya langsung pergi meninggalkan William dan mencari keberadaan Raya, sedangkan William hanya terduduk manis sambil menikmati secangkir kopi.

"Ada gunanya juga dia amnesia," ucap William sambil tersenyum licik.

William merasa sangat puas karena berhasil memanfaatkan sahabatnya yang tengah mengalami amnesia. Nama sahabatnya adalah Mondi Putra Wijaya, tapi kakeknya mengubahnya menjadi Elric Putra Sonohara untuk menggantikan Galang yang melarikan diri dari rumah.