Sementara itu, Rima berdiri di belakang Raya dan Elric. Namun, ia tidak bisa berkata apa-apa karena takut dengan para penjahat itu.
"Kak Raya ..." panggil Alea.
Alea berlari menghampiri Raya, lalu dia memeluknya. Alea sudah menganggap Raya, seperti kakaknya sendiri karena Raya selalu menolong kakaknya yang tengah kesusahan.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Raya.
Raya melepaskan pelukannya dari tubuh Elric, lalu mengalihkan pandangannya pada Alea.
"Iya, kami baik-baik saja," balas Alea.
Alea tersenyum kepada Raya, sedangkan Raya membalasnya dengan sebuah belaian lembut yang menghangatkan hati Alea.
"Kamu harus jadi adik yang berbakti kepada Rima karena dia adalah pengganti orangtua. Jika tidak ada dia, kalian pasti sudah hidup menderita di luar sana ..." ujar Raya.
"Iya, Kak. Aku berbakti kok sama Kak Rima, tapi Kak Rima kalau lagi marah itu, seperti singa. Jadi kami takut," sahut Alea.
Alea menatap Rima, sedangkan Rima membalasnya dengan sebuah tatapan sinis. Namun, beberapa saat kemudian, mereka tertawa karena tatapan sinis Rima hanyalah sebuah candaan semata.
Namun, saat mereka tengah asik bercanda, ada seorang pria berusia paruh baya yang menghampirinya.
Pria itu adalah rentenir kejam yang membuat Ibu Rima memutuskan mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup membayar utangnya kepada rentenir itu.
"Dasar anak buah tidak berguna! Kalian kalah dengan anak-anak kecil, seperti mereka?" Pria itu memarahi seluruh anak buahnya karena kalah dengan bocah-bocah ingusan, seperti Rima dan kawan-kawan.
"Maafkan kami, Bos. Mereka sangat kuat terutama pria berjaket hitam itu," balas salah satu anak buahnya sambil menunjuk Elric.
Seketika rentenir itu mengalihkan pandangannya pada Elric yang berdiri di samping Raya. Rentenir itu melangkah mendekati Elric secara perlahan, sedangkan Elric hanya terdiam karena ia enggan mengeluarkan identitas aslinya sebagai penerus dari SH Group.
"Kalian takut dengannya? Apa yang menakutkan dari pria ini? Bagi saya, pria ini mirip, seperti banci!" ucap rentenir itu membuat Elric menjadi emosi. Namun, Elric masih berusaha menahan emosinya karena ia tidak ingin melawan orangtua, seperti rentenir sok kejam itu.
"Tapi Bos, dia sangat kuat. Dia mampu mengalahkan kami sekaligus!" sahut anak-anak buahnya.
Akan tetapi, rentenir itu tetap tidak mempercayai anak buahnya dan dia menantang Elric untuk bertarung.
"Ayo, kita bertarung. Jika saya menang, Anda harus relakan Rima menjadi istri kelima saya. Namun, jika saya yang kalah, saya akan membebaskan Rima dari utangnya ..." tawar rentenir itu.
"Tidak perlu. Saya bisa membayar utang Rima tanpa melakukan cara, seperti itu ..." balas Elric.
Elric mengeluarkan dompetnya dan mengambil cek yang berada di dalam dompetnya, kemudian Elric melempar cek itu ke wajah rentenir.
"Tuh ambil. Saya akan kasih berapa pun yang kamu mau, tapi kamu harus pergi dari hadapan Rima dan jangan mengganggunya lagi!" tegas Elric.
Elric membalikkan posisi tubuhnya dan hendak pergi dari tempat itu. Namun, tiba-tiba rentenir itu memukul punggung Elric membuat Elric menjadi, semakin emosi.
"Brengsek! Kakek tua tidak punya otak. Seenaknya Anda pukul saya dari belakang, Anda pikir tidak sakit? Coba jika Anda, saya pukul pakai tongkatnya Malaikat Pencabut Nyawa pasti dia akan mati ..." ucap Elric.
Elric kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju rentenir itu. Sesampainya di hadapan rentenir itu, Elric langsung mencengkeram tangan rentenir itu dan berniat mematahkannya agar rentenir itu jera berurusan dengannya.
Sedangkan rentenir itu malah menatap rendah Elric, dia masih berpikir jika kemampuan bela diri Elric tidak sebanding dengannya dan Elric mungkin bisa mati saat bertarung melawan dia.
"Saya tidak mungkin mati karena saya memiliki ilmu kebal. Kamulah yang akan mati jika berani melawan saya!" ketus rentenir itu.
"Baiklah, jika itu yang Anda pikirkan. Saya akan menerima tawaran Anda," sahut Elric datar.
Elric mendorong tubuh rentenir itu dan bersiap-siap untuk melawannya, sedangkan rentenir itu terlihat biasa saja karena dia berpikir jika Elric tidak mungkin mengalahkannya.
"Bersiaplah untuk menikah dengan saya, Rima. Pria ini pasti akan mati di tangan saya!" ucap rentenir itu dengan penuh kesombongan.
Sementara itu, Rima hanya terdiam karena ia takut jika Elric akan terkalahkan oleh rentenir tua itu.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan membiarkan kamu menikah dengan pria tua, sepertinya ..." ujar Elric.
Elric mencoba menenangkan pikiran Rima agar konsentrasinya tidak terpecah menjadi, dua.
Kelemahan Elric hanya satu yakni konsentrasinya, tapi Elric akan berusaha semaksimal mungkin agar Rima tidak menikahi rentenir itu.
"Hahaha, kamu tidak mungkin mengalahkan saya. Saya pasti yang akan menang!" ucap rentenir itu.
Rentenir itu melepaskan tongkatnya, lalu dia menyerang Elric dengan kemampuan bela dirinya. Namun, Elric mampu menangkis seluruh serangannya membuat rentenir itu menjadi kewalahan.
Rentenir itu meminta bantuan kepada anak-anak buahnya, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang mau menolongnya karena mereka takut terkalahkan dengan Elric.
"Kenapa kalian diam saja? Cepat serang dia!" perintah rentenir itu.
"Maaf, kami tidak bisa melakukannya. Lebih baik kami kehilangan pekerjaan daripada kami kehilangan nyawa," sahut anak buahnya.
"Apa? Tidak berguna! Percuma saja saya menggaji kalian," gerutunya.
Rentenir itu menatap sinis anak buahnya, sedangkan para anak buahnya hanya tertunduk lesu. Mereka tidak mampu melakukan apa pun, selain menyerah karena tadi Elric mengalahkan mereka dengan sekali pukulan.
"Kasihan sekali tidak ada satu pun dari anak buahmu yang bersedia menolongmu, itulah risiko dari orang yang serakah. Sudah dikasih uang malah lebih memilih nambah istri," ejek Elric sambil tersenyum puas.
"Diam kamu!" Rentenir itu langsung memukul wajah Elric.
Sedangkan Elric masih tetap tersenyum karena dia berhasil menjebak rentenir itu.
"Kamu sudah terperangkap dalam jebakan aku!" ucap Elric.
Terdengar suara tembakan di udara dan tak lama kemudian, ada beberapa polisi yang menghampiri mereka.
Polisi tersebut mengepung rentenir jahat itu, sedangkan sang rentenir hanya bisa pasrah saat tangannya diborgol oleh salah satu polisi muda bernama Rendy.
"Terima kasih telah datang di saat yang tepat," ucap Elric.
"Sama-sama, Kak. Kalau begitu, kami permisi dahulu ..." sahut Rendy.
Tanpa banyak basa-basi, Rendy langsung membawa rentenir itu ke kantor polisi yang berada tidak jauh dari sana. Sedangkan Elric dan kawan-kawannya memilih untuk pulang ke rumah Raya karena masalah mereka dengan rentenir itu sudah selesai.
Elric sudah membayar utang Rima dan rentenir itu akan mendapat hukuman karena telah menipu banyak orang dan bersembunyi dibalik kata 'bunga utang.'
"Kak, nama kakak tampan itu siapa?" tanya Alea sambil menunjuk Elric.
"Namanya adalah Elric," balas Rima.
"Dia tampan dan baik sekali ya, seperti Malaikat ..." puji Alea.
"Iya, kita beruntung bisa bertemu orang, seperti dia ..." sahut Rima.
Rima tersenyum bahagia karena akhirnya, dia terbebas dari rentenir jahat itu dan dia tidak perlu menangis setiap malam karena membayangkan jika dirinya menjadi, istri kelima dari rentenir jahat itu.