Setelah hidangan disantap habis, ketiga pemuda ini menyandarkan punggungnya ke kursi,
"Aaagh, gadis itu lama sekali!" ucap Dedrick menggeser piringnya.
Lois dan Dovi saling tatap,
"Sabar bro, atau kau coba negosiasi dengan heldernya!" kekeh Lois.
"Ck, aku jadi ilfil, dia pasti menyukai pria yang setara, bahkan lebih diatasnya!" Tunduk Dedrick menatap layar ponselnya.
Drrrt, drrrt...
"Lusi!" bisiknya.
"Hmm!" jawabnya dingin.
"Stela yang kau cari saat ini ada di resto mu! Dikawal oleh dua pengawal, dia menunggumu," tegas Lusi, menutup telfonnya.
"Anjing! Berani sekali dia mematikan telfon deluan!" kesal Dedrick meletakkan handphone kemeja.
"Hmm! Siapa?" tanya Dovi.
"Lusi, ngasih tau Stela ada di resto kita, dia menunggu ku dikawal dua pengawal!" ucap Dedrick belum menyadari perkataannya.
"What? Stela? Dedrick! Gadis didalam private room itu adalah Stela yang kau cari! Yang kau benci! Oooh, aaagh! Ooh My God! Not funny man! Stela, who Stela? Sekarang Stela menunggumu man!" geram Lois menyadarkan Dedrick.
"Haaah! Stela! Stela Moreno Lim? Ooough! Aku akan melawan anak kecil! Gadis kaya dikawal dua helder! Aaaagh!" geram Dedrick mengusap wajah tampannya, berlalu menuju private room.
Dedrick menarik nafas dalam, walau ini restoran milik keluarganya, dia selalu profesional berhadapan dengan pengunjung, apalagi sekelas Stela Moreno Lim.
"Siapa anda?" tanya pengawal menahan dada Dedrick.
"Oogh! Saya Dedrick, teman kuliah Nona anda Tuan!" jawab Dedrick tanpa takut,
"Sebentar!" pengawal mengkonfirmasi kedalam, kemudian kembali dihadapan Dedrick.
"Silahkan, Nona menunggu anda!" hormat pengawal pada Dedrick.
Dedrick kembali menarik nafasnya, membuka pintu secara perlahan,
"Ooh my God!" batinnya,
Dedrick beradu tatap, dengan gadis dihadapannya, memiliki mata yang teduh, sayu, berwarna biru, menggunakan eye shadow bak penari timur tengah, rambut dicepol keatas secara acak, dibalut busana tertutup sangat modis, menggambarkan kesempurnaan seorang gadis, tumbuh dalam perawatan keluarga yang hangat.
Jam rolex el brillo revelado de los diamentes ada di tangan kanan gadis ini, berlian 23 krat dengan nilai fantastis menghiasi jari manis, gelang hermes melingkari tangan kiri putih dan halus, sangat memukau Dedrick.
"Perfect!" bisik Dedrick,
"Apakah anda yang mencari saya? Karena telah menduduki kursi kebesaran anda Tuan?" Sambut Stela sinis saat melihat pria dihadapannya.
"Oough! I'm sory! Saya tidak menyangka jika gadis itu anda Nona!" jelas Dedrick pelan.
"Ck! Siapa anda? Dari mana asal anda?" tanya Stela masih sinis.
"Ogh! Perkenalkan, Willems Dedrick Visser putra dari Miller Van Visser, pemilik restoran ini Nona! Saya kuliah di Universsity of Southern sama dengan anda!" Memberi hormat bak pangeran raja dihadapan Stela,
Stela tersenyum simpul, merasa pria kaku yang diceritakan Lusi sepupunya, tidak seperti yang diceritakan.
"Duduklah Tuan? Hmm!" Stela memastikan panggilanya.
"Dedrick, Nona!" Senyumnya.
"Ogh! Oke Tuan Dedrick, senang berkenalan dengan anda!" Senyum Stela, ada perasaan lega, pria dihadapannya berkenalan sangat sopan.
"Panggil Dedrick saja nona! Kita seumuran!" ucap Dedrick dengan senyum sumringah.
"Apakah kamu sedang mengawasi resto mu?" tanya Stela.
"Ya! Saya mengawasi resto saya, dari gadis secantik anda nona!" godanya.
"Apakah anda siap, menghadapi dua pria diluar sana?" kekeh Stela.
"No! Iiigh! Mengerikan, saya tidak berani melewati mereka tanpa izin dari anda!" Canda Dedrick sedikit menatap mata gadis dihadapannya.
Stela tersenyum, mengangguk.
"Apakah mobil didepan milik anda Nona?" tanya Dedrick ingin tau.
"Ya! Milik kakek saya Hanz Parker!" Senyum Stela jujur.
"Ooogh, orang tua anda?" tanya Dedrick pura-pura belum mengetahui.
"Oogh! Momy dan Daddy stay di Jakarta, mungkin beberapa hari lagi mereka akan visit ke sini, menjenguk kami." jelasnya.
"Oogh! Sweet! Apakah kamu mau, jika saya mengundangmu untuk makan malam?" tanya Dedrick ragu.
"Hmm! Sory! Saya tidak punya waktu!" tolak Stela tersenyum.
"Oke! Sekali lagi saya minta maaf, atas keteledoran saya pada Nona!" tunduk Dedrick.
"Silahkan kabari Lusi, katakan bahwa kita baik-baik saja!" Pinta Stela.
"Baik Nona!" jawab Dedrick.
"Saya permisi!" Stela berdiri, menggenggam tas hermes mungil senada dengan gelang ditangan kirinya.
"Sebentar!" Dedrick membukakan pintu untuk Stela.
Stela tersenyum, "terimakasih," Stela sedikit menundukkan kepala berlalu, kedua pengawal mengikuti Stela, menggunakan mobil yang berbeda.
Dedrick tidak berkedip memperhatikan Stela, sangat cantik dan berkelas, berbeda dari semua gadis yang dia kenal, kaca mata hitam menghiasi wajah, booth menutup kaki jenjangnya.
"Wooow!" bisik Lois ditelinga Dedrick yang menyaksikan kepergian Stela.
"Apakah cinta pertama mu masih bergelora?" bisik Dovi.
"Hmm! Dia sangat sempurna! Idaman para pria! Berkelas! Tapi sayang, dia lebih sombong dari aku!" tunduk Dedrick dibahu Lois.
Dovi terkekeh, " setidaknya, dia mau bertemu denganmu atas permintaan Lusi!" jelas Dovi.
"Karena dia kesal, aku memberi jari tengah pada Lusi! Aku merasa berdosa!" kekehnya.
"Ya, you call Lusi! Katakan, bahwa kau menyesali perbuatanmu!" jelas Lois.
"Hmm, ya!" Tawanya kembali kemeja mereka tadi.
Pelayan mengejutkan Dedrick,
"Tuan, handphone gadis tadi tertinggal!" Pelayan memberi Iphone X terbaru milik Stela.
"Ooogh! Apakah heldernya akan kembali?" kekeh Dedrick.
"Tunggu saja!" ucap Lois.
Tak lama mereka duduk menikmati susana sore, telinga mereka dikejutkan dengan suaran knalpot Ferrari, kembali terparkir didepan resto.
"Hmm! See! Gadis itu tidak mau kehilangan handphone miliknya." bisik Dedrick sombong.
Mereka terkekeh senang.
Stela turun, kaki jenjangnya membuat mata mereka tertegun.
Stela kembali keresto, menghampiri pelayan. Pelayan menunjuk kearah Dedrick.
"Dia melihat kita guys!" bisik Dedrick sedikit melirik gerak gerik Stela.
"Ssst!" Senyum Lois.
Stela berjalan mendekati ketiga pria itu, "hm, selamat sore! Maaf mengganggu! Apakah pelayan memberikan handphone saya pada anda Tuan Dedrick?" Senyum Stela.
"Ooogh ya! Apakah ini handphone anda nona?" tanya Dedrick memastikan, melihatkan pada Stela handphone miliknya masih utuh.
"Ya!" jawab Stela yakin.
"Baik, apakah anda menghapal nomor anda? Saya hanya memastikan!" jelas Dedrick tersenyum picik.
Stela tersenyum, mengerti maksud Dedrick.
"Baik!" Stela menghubungi nomornya, melalu handphone yang satu lagi.
Tentu saja wajah Dedrick berubah seketika, berharap Stela menghubungi melalui handphone miliknya.
Handphone berdering, Stela tersenyum kemenangan,
"See, ini adalah handphone saya tuan!" jelas Stela dengan senyumannya.
"Oogh oke! You win!" Dedrick memberi handphone milik Stela,
"Terimakasih tuan, saya permisi!" ucap Stela sopan.
"Wait!" Dedrick sedikit menahan tangan Stela yang ingin berbalik,
"Hmm!" Senyum Stela terlihat menahan nafasnya.
"Bisakah saya meminta nomor anda Nona?" Senyum Dedrick penuh harap.
Stela mengangkat alisnya, "apakah anda akan mengganggu saya?" tanya Stela ragu.
"Tidak, saya senang mengenal anda Nona! Saya tertarik pada anda!" jujur Dedrick.
Stela mengerenyitkan kening mulusnya, menatap lekat wajah Dedrick. "Apa kau sedang merayu ku? Dan berharap aku terpedaya! Maaf Tuan! Anda dalam bahaya jika ingin mengganggu saya!" tegas Stela berusaha berlalu meninggalkan resto,
"No, no, no! Aku tidak berniat mengganggu mu! Aku hanya ingin berbisnis!" ucapnya jujur masih menghalangi jalan Stela.
"Sory! Aku rasa, aku tidak mengenal anda." ucap Stela kembali sinis, mendorong dada Dedrick, berlalu dari hadapannya.
"Shiiit! Sombong kan?" kesal Dedrick dihadapan sahabatnya, tentu jadi bahan tertawaan Lois dan Dovi.
_______________*******