Adrian dan Stela terbang bersama ke Las Vegas, sebelum acara rapat Adrian menemani putrinya, membeli beberapa pakaian dari butik milik temannya.
Saat tiba di Hotel Bellagio, tempat mereka mengadakan rapat bulanan dengan beberapa kolega, Adrian dikejutkan dengan kehadiran seseorang.
"Haii Adrian! apa kabar?" sapa seorang pria sangat humble.
"Oogh Miller! long time no see! ternyata kita bisa bertemu disini." Sambut Adrian pada Miller.
Miller melirik gadis yang berdiri disebelah Stela.
'Hmm, ini putri Adrian yang dicintai putraku!' batin Miller.
"Apakah kau sendiri Dri?" tanya Miller penasaran.
"No, ini putriku! Stela Moreno Lim!" Adrian mengenalkan Stela pada Miller yang dari tadi menatapnya.
"Honey, ini Miller Van Visser!" senyum Adrian pada Stela.
Wajah kaget Stela dapat terlihat oleh Adrian dan Miller. Pipi gadis dihadapan Miller memerah.
"Oogh, senang bertemu dengan mu Tuan Miller!" tunduk Stela hormat.
Seketika Dedrick muncul dihadapan mereka, menyapa Miller kemudian menatap Stela, Adrian menatap Stela penuh tanda tanya.
"Hai Tuan, bertemu lagi!" sapa Dedrick sok kenal sok dekat.
Stela salah tingkah, melihat mimik wajah Adrian berubah menjadi es batu.
Suasana hotel sudah mulai ramai, seorang wanita menghampiri mereka.
"Tuan, rapat akan segera dimulai!" panggil wanita dibalut jas hitam, seperti detektif.
"Oogh ya! sebentar!" senyum Adrian menatap Stela penuh geram.
"Kamu jangan kemana-mana, tunggu daddy disini, direstoran saja! Oke!" bisik Adrian geram, berlalu menatap Stela kaku.
Stela menelan salivanya, hanya bisa mengangguk, tubuh terasa lemas, acara kecan yang dibayangkan indah berubah kaku seketika.
Dedrick menatap Miller dan Adrian meyakinkan semua akan baik-baik saja.
Saat Adrian dan Miller memasuki ruang rapat, Dedrick menggenggam jemari Stela, mengangguk agar mengikutinya meninggalkan hotel.
"Dear!" bisik Stela ragu untuk ikut bersama.
"Trust me! everythink is oke!" gelak Dedrick meyakinkan Stela.
Dedrick membawa Stela berlari kencang menyisiri jalanan di Las Vegas, menikmati kota judi penuh mafia dunia, dengan hati gembira.
"Dear, aku bahagia!" sesaknya terus berlari.
"Me to, aku juga bahagia bersama mu Stel!" ucapnya.
Dedrick berhenti, "kamu mau minum?" tanya Dedrick lembut.
Stela mengangguk. Dedrick mendekap pinggang Stela, menghampiri sebuah cafe, memesan minuman dan snack, Stela melirik Dedrick berdiri tegap disampingnya sambil mendekap,
"kamu mau vanila atau coklat?" tanya Dedrick mencium puncak kepala Stela, membuat tubuh Stela semakin melemas.
"Hmm, aku mau vanila dear." Senyum Stela tersipu malu.
Dedrick memberikan coctiel vanila pada Stela.
Stela menerima sangat bahagia, ada perasaan berbeda akan kebebasan dia rasakan saat ini, selama ini terus dikawal oleh orang-orang Hanz atas permintaan Adrian dan Fene. Stela sengaja mematikan handphone, untuk menikmati kebersamaannya, pria yang menjadikan dia ratu. Pria yang terus menjaga walau hanya beberapa kali bertemu.
"Apa kamu mau nonton dear?" tanya Dedrick.
Stela mengangguk, tanpa menunggu lama Dedrick membawa Stela ke Regal Red Rock Stadium 16&IMAX.
Dedrick tak pernah melepaskan genggaman tangannya.
Stela sangat menikmati suasana bahagia bersama Dedrick.
'Hmm love is beautyful!" batinnya.
Saat nonton Dedrick terus memberi kenyamanan pada Stela, Stela bersandar dibahu dedrick, mereka meyaksikan Spder-man no way home. Sangat memberi kesan yang berbeda bagi Stela, tanpa pengawal, tanpa Lusi, atau tanpa Nichole. Dia merasakan suasana yang berbeda.
Sesekali Dedrick melirik Setela duduk disebelahnya. Menatap mata sendu itu, terlihat jelas eye shodow menghiasi, menandakan Stela seorang wanita yang mementingkan kecantikan dan hiasan diwajahnya.
Tatapan mereka beradu, Stela seperti memberikan sinyal langsung pada Dedrick, ingin merasakan sentuhan bibir Dedrick, Dedrick memiringkan wajahnya, mengecup bibir lembut itu lagi, Stela menyambut dengan penuh damba.
'Huufh lembut banget bibirnya, terasa manis!' batin Dedrick.
Stela menyentuh pipi Dedrick, berharap semua ini bukan mimpi.
"I love you Stela Moreno Lim!" ucap Dedrick.
Stela menahan nafasnya, "I love you more Willems Dedrick Visser!" balasnya.
'Oogh, apa aku akan dibunuh oleh keluarga Parker?' batin Dedrick.
"Dear!" panggil Stela.
"Hmm!" bisik Dedrick lembut.
"Again!" Stela menangkup wajah Dedrick, merubah posisi duduknya kearah Dedrick.
Dedrick melakukannya lagi dan lagi hingga tubuh mereka terasa panas, panas membara oleh rasa, rasa cinta menurut pikiran mereka remaja penuh pesona dan gairah muda.
Lebih dari 6 jam mereka menghilang, meninggalkan hotel tempat rapat Adrian dan Miller.
BHUUK...
Pukulan keras tepat diwajah Dedrick saat keluar dari Boulevard Mall di Vegas. Dedrick terpental kelantai.
"Uncle!" kaget Stela, melihat Kevin ada dihadapannya.
Dedrick ditahan oleh dua pengawal, paperbag mereka berserakan dilantai mall, Dedrick pasrah melihat kepergian Kevin menarik paksa Stela.
"Pulang!" tegas Kevin pada Stela.
"Uncle lepas, sakit!" Stela berontak memukul bahu Kevin.
Kevin memasukkan Stela kedalam mobil yang sudah menunggu diloby mall, tanpa memperdulikan mata beberapa pengunjung melihat mereka, ternyata Adrian sudah menanti didalam mobil.
"Daddy!" kejut Stela menunduk takut.
Adrian hanya melihat Stela, yang menangis sekencang-kencangnya. Seumur hidupnya tak pernah diperlakukan seperti ini oleh Adrian, apalagi sampai Kevin turun tangan. Adrian memilih tidak pulang, membawa Kevin dan Stela menginap di Vegas. Adrian menarik tangan Stela, tak ada rasa lembut, hangat seperti beberapa jam lalu, melemparnya keranjang hotel yang sudah direserfasi sebelumnya.
"Daddy jahat Daddy kejam, Daddy nggak punya perasaan!" isaknya,
"apa salah Dedrick, dia Cuma bawa aku jalan-jalan! lagian kalau aku pacaran kenapa? kan aku juga tau dosa, dad! Daddy nggak pernah muda? Daddy sama uncle sama-sama jahat! aku mau Dedrick nemanin aku! aku benci sama daddy! Daddy nggak fear!" teriaknya masih menangis.
Adrian dan Kevin hanya diam, menikmati suasana malam dari balik kaca hotel.
Taklama menangis Stela tertidur meringkuk diatas ranjang bigsize kamar mereka.
Adrian memperbaiki tubuh Stela menyelimutkan kemudian mengecup kening Stela. Mengelus lembut kepala putrinya.
"Gue mesti gimana Vin?" tanya Adrian rasa shook melihat foto-foto putrinya bersama Dedrick didalam bioskop.
"Lo temuin Miller! minta putranya menjauhi Stela!" saran Kevin.
"Begitu cepat Vin, usia Stela belum cukup!" geram Adrian.
"Lo hubungi Miller, kita bicarakan! sebelum terlanjur jauh Dri!" tunduk Kevin.
Adrian mencari nomor Miller menggeser tombol hijau di layar handphonenya.
"Malam!"- Miller
"Miller, saya Adrian! Daddy Stela! apa kau punya waktu? aku di Bellagio!" jelas Adrian.
"Ooogh, kebetulan, saya juga di Bellagio! kita jumpa diresto!" tegas Miller.
"Oke!" Adrian menutup telfonnya.
Menatap Kevin, "gue akan keresto, lo disini aja! Temanin Stela." Mohon Adrian.
"Oke, sampaikan maaf ku pada calon menantumu!" kekeh Kevin.
"Fuck you!" geram Adrian berlalu.
Dada Adrian berkecamuk, ada perasaan kecewa, ada perasaan menyesal, ada perasaan marah. 'Apa salah ku?' batin Adrian.
"Aku terlalu lemah, menuruti semua keinginan Stela, hingga aku lupa, waktu untuknya. Aku terlalu fokus sama Fene, hingga aku melupakan Jasmine, Stela dan Chay-in." Geram Adrian dalam hati menunduk.
Mata Adrian tertuju pada wajah Miller dan Dedrick sedang duduk bersama.
Adrian mengusap wajahnya, menarik nafas dalam.
"Malam!" sapa Adrian pada Miller menatap wajah Dedrick yang memar bekas tinjuan Kevin, 'aagh, Kevin mukul anak orang nggak kira-kira!' batinnya.
Miller melihat kebelakang, karena suara Adrian ada dibelakangnya.
"Ya malam!" sambut Miller, "duduklah!" senyum Miller lagi.
Adrian duduk berhadapan dengan Dedrick, Miller ada disebelahnya.
Memesan beberapa makanan dan minuman sebelum membahas kejadian hari ini, tapi...***