Chereads / See eye Stela / Chapter 5 - Thanksgiving

Chapter 5 - Thanksgiving

Kumpul keluarga yang hangat, yang sangat jarang dilakukan keluarga Helberg, Hanz Parker, Lim, dan Stuard karena kesibukan mereka.

Petter berkali-kali mengecup manja putri semata wayangnya yang sangat dia rindukan.

"Pi, aku mengundang teman kuliah ku nggak apa-apa yah!" bisik Lusi manja.

"Iya! Papi senang, kamu sudah mau bergaul, nggak intorvert!" goda Petter pada puncak hidung Lusi.

Stela dan Nichole datang agak terlambat, karena padatnya jadwal mereka. Stela membawa paperbag titipan Lusi.

"Hai Stel! How are you!" teriak Brian abang satu-satunya yang tumbuh sangat tampan.

Stela menghampiri Brian, memeluk erat mengecup kedua pipi abangnya yang jarang dia temuin.

"Wait! Aku punya sesuatu untuk mu!" bisik Brian pada Stela.

"Apa?" tanya Stela penasaran.

Brian mengeluarkan cincin berlian tiga buah untuk adik perempuannya, Lusi, Chay-in dan Stela.

"Aaaaaah!" teriak ketiga adik perempuan Brian bersamaan, membuat Brian menutup telinganya.

Mereka saling berpelukan mendapat hadiah cincin berlian sangat indah dari Brian, tentu bukan nilai yang sedikit, "hmm, I love you!" kecup Brian pada ketiga adik wanitanya.

"I love you too! Apa kau akan melamar seorang gadis?" kekeh Stela menggoda.

"Ck, belum ketemu yang pas!" bisik Brian.

"Jangan sampai aku deluan yang menikah!" kekeh Stela dapat didengar oleh Fene, Adrian, Kevin dan Nichole.

Brian dan Stela tertawa bersama karena memang tidak banyak waktu untuk berjumpa, tak lama bercengkrama dengan Brian, Stela berlalu naik kekamar membersihkan diri, menggunakan dress, karena hanya acara keluarga.

Disela-sela canda tawa keluarga, Dedrick dan Lois hadir ditengah mereka. Lusi menyambut baik sahabatnya, "Aunty, kenalin ini Dedrick dan ini Lois! My friends!" sapa Lusi pada Fene.

"Ooogh, ya! Selamat datang, silahkan nikmati!" Senyum Fene berlalu mencari Stela.

"Lusi, Stela mana?" tanya Dedrick berbisik.

"Lagi di dalam, dia baru pulang dari New york!" jelas Lusi.

Lois dan Dedrick saling tatap, melanjutkan candaannya dan berkenalan dengan Brian abangnya Stela, Chay-in adiknya.

Lois yang sudah mengenal Brian, tentu sangat akrab, secara Brian adalah anak didik Samuel Hu.

Hanz melirik Dedrick sedikit berbisik pada Adrian dan Kevin. Dedrick merasa risih diliatin orang kelas atas itu, memilih menghindar menutup diri dari pandangan orang tua Stela.

Mata Dedrick tertegun, melihat seorang gadis turun dari tangga dalam rumah melalui kaca yang dapat terlihat dari posisi Dedrick berdiri, "wow! Stela!" batinnya.

Stela menggunakan mini dress white, tanpa lengan, dengan dada sedikit terbuka, rambut kriwil menutupi leher dan dada, "beautyful!" Bisik Dedrick.

"Baaaagh!" kekeh Lois.

"Bangke, kaget tau! Kau nggak bisa santai apa?" kesal Dedrick.

Lois tertawa terbahak-bahak, karena lamunan Dedrick, telah menumpahkan minuman kebaju kemeja miliknya.

Stela menghampiri Dedrick dan Lois, sangat tenang, walau jantungnya sedang berpacu menahan gejolak.

"Hei, kalian kenapa? Kok baju kamu basah gitu?" tanya Stela tersenyum dengan rona bahagia.

"Tau ni! Ngagetin aja!" rungut Dedrick didepan Lois.

Lois terkekeh geli melihat Dedrick salah tingkah dihadapan Stela, cinta pandangan pertamanya.

"Aku ada baju, kita ganti didalam, yuk!" Stela menarik pergelangan tangan Dedrick, tanpa persetujuan, Dedrick mengikuti langkah Stela, tanpa disadari semua mata tertuju pada mereka.

Lois menggelengkan kepalanya, meletakkan jari telunjuk kelehernya dengan vertikal.

Hanz meminta pengawal melacak kedua sahabat Lusi dan Stela.

Stela membawa Dedrick kedapur bersih yang tidak begitu sering dilewati orang. Menurut Stela keluarga sibuk ditaman, area kolam renang.

Stela mengambil tisyu, membantu membersihkan minuman yang mengenai baju Dedrick, "aku ambil baju ganti dulu yah! Kamu tunggu disini!" Dedrick terdiam mengikuti semua ucapan Stela.

Tak berapa lama, Stela membawa baju kaos masih terbungkus rapi, memberikan pada Dedrick, "pakai ini, ini desaign terbaru kami, akan lonching dalam minggu ini!" Senyum Stela pada Dedrick.

Tak menunggu lama Dedrick membuka bajunya dihadapan Stela. Stela menatap pemandangan yang indah, tubuh atletis menunjukkan bahwa Dedrick pecinta olah raga. Stela menelan salivanya, seperti terbius oleh tubuh sexi Willems Dedrick Visser.

"Thankyou yah!" senang Dedrick mendapatkan baju dari Stela.

Stela tertegun, menatap Dedrick dihadapannya, seperti terhipnotis.

"Stel!" Dedrick menyentuh lembut pipi gadis dihadapannya, Stela terbuai dengan sentuhan Dedrick, ada perasaan nyaman.

Dedrick menangkup kedua pipi Stela, pelan dia menyatukan keningnya.

Stela terbuai, terbawa perasaan, sangat menikmati, mengeluskan pipinya ditangan Dedrick, yang sangat lembut. Dedrick mendaratkan bibirnya pada bibir Stela, "huuhfh!" nafas Stela terasa terhenti, tangannya terasa kaku, tak bisa menahan sentuhan bibir Dedrick pada bibirnya.

Stela menyentuh punggung tangan Dedrick yang masih berada dipipinya, "this is my first kiss, i feel it!"

Dedrick menghentikan ciuman mereka, "I love you, I'm sorry I kissed you!" ucap Dedrick masih menyatukan keningnya.

"I love you too!" ucap Stela menatap dalam mata Dedrick.

Stela mengelus lembut tangan Dedrick masih berada di wajah mulusnya, mereka mengatur nafas, ada perasaan bahagia, ada perasaan takut, semua campur aduk.

"Ehem!" Fene menatap dua insan saling tatap itu dengan wajah garang, Fene menelan salivanya, menggeram, mengepal tinjunya diantara minibar.

"I'm sory nyonya!" Dedrick terlonjak kaget, melepas tangannya dari wajah Stela, berlalu dengan perasaan takut.

Fene menggeram, menahan emosi, karena dia baru bertemu Stela setelah beberapa bulan. Fene menahan lengan Stela, "kamu mau kemana?" bisiknya pada Stela.

Langkah Stela terhenti, "a a aku mau ngumpul sama temanku! Mom, sorry!" ucap Stela menunduk dan berlalu.

Fene memijat pelan pelipisnya, menatap sinis pada Dedrick dan Lois, yang tertawa bersama kedua putrinya Stela dan Lusi.

Dedrick tersenyum simpul kearah Fene dan Adriam menunduk memberi hormat. Fene semakin menggeram, "sayang, cari informasi pria itu! Dia telah mengusik putri kita!" bisiknya pada Adrian.

"Ogh! What happen? Dia temen kampus Lusi dan Stela!" jelas Adrian.

Fene memandang kesal kearah anak muda itu, mengusap punggung Adrian, berharap dia dapat melupakan kejadian yang dia lihat.

Ada perasaan tidak tenang dihati Fene semenjak kejadian itu, Fene mencari waktu yang tepat untuk dapat berbicara dengan Stela.

Dikampus, hubungan Dedrick dan Stela semakin dekat, merasakan permusuhan minggu lalu telah pupus karena cinta pandangan pertama ditambah ciuman manis mereka.

"Hei! Kita nongkrong dimana?" tanya Lusi pada sahabatnya.

"Kita ke resto saja! Lagi malas pulang cepat!" bisik Dedrick ketelinga Stela.

Stela tersipu, merasakan getaran itu semakin menggila.

"Ya udah, kita jalan!" ajak Lois dan Dovi.

Stela dan Lusi menggunakan mobil mereka, mata Lusi menatap aneh pada Stela, "heiii! Kamu kenapa?" tanya Lusi saat menuju resto.

"Hmm! Momy mergokin aku ciuman sama Dedrick!" Curhat Stela.

Lusi kaget, memperlambat mobilnya, memarkirkan dipinggir, "what? Kamu ciuman sama Dedrick? Kok, kamu nggak cerita?" kesal Lusi pada Stela.

Stela tertunduk takut tidak mau menatap Lusi.

"Iya, saat thanksgiving kemaren!" Tunduk Stela.

"Pantas, aunty nanyain mulu! Aku bingung Stel! Come on kita berteman dulu! Aku nggak mau kita gagal fokus ama tujuan kita! Jangan gila kamu!" nasehat Lusi.

"Tapi aku cinta Lusi, sama Dedrick!" bisik Stela.

"Dedricknya?" tanya Lusi penasaran.

"Sama! Dia juga udah ngungkapin! Dia cium aku sangat beda Lusi!" jelas Stela lagi.

"Ya, tapi! Kita nikmati dulu! Nggak usah terlalu cepat! Kasihan Dedrick! Kamu tau keluarga kita kayak apa!" jelas Lusi menunduk.

"Kalau aku nikah gimana?" tanya Stela.

Lusi ternganga, "secepat inikah? Kamu masih 16 Stela dan akan menjadi bahaya buat kita dan keluarga!" tambah Lusi tidak yakin pada keputusan Stela.

"Udah aaagh, diam-diam aja yah! Kita jalan, mereka udah nunggu!" kekeh Stela.

"Hmm! Aku nggak tau jika momy dan daddy tau kegilaan ini!" geleng Lusi mendengar pengakuan Stela.

Lusi mengusap pipi sahabat sekaligus sepupu dekatnya, kemudian berlalu.

*************