Hubungan Stela dan Lusi, adalah sepupu kandung. Lusiana Helberg putri tunggal Petter Helberg dan Holi Helberg, sementara Stela Moreno Lim adalah anak ketiga Adrian Moreno Lim dan Fene Lim.
Fene dan Holi adalah putri kandung Hanz Parker dan Irene Parker, pengusaha kasino terbesar di Las Vegas, memilih menetap di Bel Air Los Angeles, merawat ketiga cucu kesayangan, karena kesibukan kedua putri Hanz di Jakarta mengurus perusahaan dan suami, Hanz dan Irene memutuskan membawa ketiga cucu mereka tinggal bersama.
Saat Dedrick memberikan jari tengah pada Lusi pagi itu, Stela mendengar dari balik jendela.
Stela menggeram kesal, ingin rasanya dia menghajar Dedrick, agar pria angkuh itu bisa sopan pada Lusi, tapi Stela memilih diam, 'menghindari pertengkaran lebih baik, dari pada melayani.' batinnya.
Seperti biasa Lusi menunggu Stela diparkiran , "hei, sudah lama kau menungguku?" Senyum Stela.
"Lumayan! Sejak dua jam lalu!" kekeh Lusi.
"Oogh! I'm sory dear!" peluk Stela dilengan Lusi.
Lusi tertawa, melajukan kecepatan mobil sport miliknya menuju Bel Air kediaman Hanz Parker. Stela dan Lusi seperti anak kembar, usia mereka selisih hitungan minggu, memiliki warna mata biru, rambut blondy, kulit putih bersih, terawat.
"Dear, aku mendengar kau diteriakin Pria Netherland itu lagi?" usap Stela pada lengan Lusi.
"Aagh! Dedrick! Apa kau mendengarnya?" kekeh Lusi.
"Hmm! Siapa namanya?" tanya Stela meminta Lusi mengulang.
"Willems Dedrick Visser! Dedrick, dia ingin berkenalan dengan mu!" goda Lusi.
"Hmm! Dia angkuh, galak! Aku nggak suka!" rungut Stela.
Lusi tertawa, "ck, dia lumayan baik!" bela Lusi untuk Dedrick.
"Bukannya dia tadi memberi jari tengah pada mu?" ucap Stela mengingat kejadian tadi.
"Karena dia kesal! Beberapa kali dia ingin bertemu denganmu, tapi nggak bisa! Apa kau ada waktu sore ini? Agar aku bisa bernafas besok pagi!" kekeh Lusi masih fokus pada kemudi.
"Baik! Aku akan menemuinya!" tegas Stela.
"Oke, nanti aku akan mengabarinya!" Senyum Lusi.
Stela mengangguk setuju. Mereka bernyanyi bersama, sepanjang perjalanan menuju Bel Air.
Lusi dan Stela menghabiskan waktu bersama dirumah Hanz Parker, sebelum memutuskan kembali ke kediamannya.
Stela berdandan seperti biasa, jika hangout bersama Lusi ataupun Aunty Nichole, selalu terkesan mewah walau menurut mereka biasa.
"Inget! Jangan buat dia menang!" jelas Lusi mengingatkan Stela.
"Ya!" Stela memeluk Lusi sebelum berpisah digarasi.
Mereka saling menggoda, berkacak pinggang melihat penampilannya, agar lebih sempurna.
"Hei girl! Kalian mau kemana?" suara Hanz mengejutkan kedua cucunya.
"Grandpa, aku mau pulang kerumah mami, Stela mau ngedate!" kekehnya menggoda Stela memeluk lengan kanan Hanz.
"Iiigh! Apaan! Siapa yang mau ngedate! Justru Lusi di jahilin, aku yang jadi tumbal Grandpa!" kekeh Stela memeluk lengan kiri Hanz.
"Ya, ya! Kalau keluar sendirian, harus dikawal!" tegas Hanz pada cucu kesayangannya.
"Siiap bos!" Stela memberi hormat, agar Hanz mengizinkannya.
Irene mendengar tawa canda ketiga orang yang dicintainya, "kamu akan bertemu siapa?" tanya Irene mengagetkan mereka.
"Oogh! Pria sombong dan angkuh yang menjahili kami hari ini!" jelas Stela.
"Oogh, apakah dia dari keluarga terpandang?" Goda Irene pada kedua cucunya yang sudah remaja.
"I'dont now! Aku hanya ingin menemuinya saja!" jelas Stela pada Irene.
"Oke! Hati-hati, jangan terlalu kesal nanti jatuh hati!" goda Irene pada kedua cucunya.
Lusi dan Stela saling tatap, "no way!" teriak mereka secara bersamaan dengan suara lantang.
Lusi dan Stela menggunakan mobil yang berbeda, Lusi kembali ke Atherton, Stela menemui Pria Netherland direstoran Van Visser.
Stela di ikuti dua pengawal, untuk menjaganya jika berpergian sendiri. Stela terbiasa dikawal ketat, merasa nyaman tidak terlalu menakutkan baginya.
Tibalah direstoran Keluarga Visser, mata Stela fokus, pada desaign resto yang sangat sejuk, pelayanan yang luar biasa sopan dan ramah memberikan kesan ekslusif membuat para pengunjung betah jika berada disana. Stela sengaja meminta pada pelayan diprivate room agar lebih nyaman. Kedua pengawal menunggu diluar. Restoran Keluarga Visser, salah satu restoran fovorit Stela dan Lusi jika mereka merasa bosan dirumah.
Stela duduk dengan sangat manis didalam ruangan, menghubungi Lusi, sekaligus membalas chat wattshap pada Nichole.
'Hm, aku akan ke New york lusa!' batinnya.
Pengawal memasuki ruangan, memberitahu jika Dedrick sudah berada diluar untuk menemuinya.
Stela menutup semua akses sosial di handphone, menerima pria menyebalkan akan hadir dihadapannya.
Tapi, seketika mata Stela beradu tatap dengan manik mata Dedrick, Stela tertegun, menelan salivanya, menghela nafas dalam.
Ternyata Dedrick, pria yang menyebalkan dan kasar itu lebih tampan dan sangat sopan.
"This is love!" batin Stela, kembali menelan salivanya.
Dedrick sangat mempesona, ada perasaan gugup dan tersanjung atas kejujuran Dedrick.
"Oogh! Dia benar-benar telah membuat aku jatuh cinta pada pandangan pertama!" bisiknya dalam hati.
Stela bertambah gugup saat Dedrick membukakan pintu untuknya, sehingga lupa dengan handphone yang tertinggal di meja.
Dedrick telah membius pandangannya, jujur Stela jatuh hati pada Pria gagah, nan rupawan berdarah Netherland itu.
Saat menyadari handphonenya tertinggal, Stela memutar kemudi, kembali ke resto, tentu tanpa pengawal.
Stela menemui pelayan bertanya handphone miliknya, pelayan memberi tahu jika ada ditangan Dedrick, 'ck! Kok aku jadi gugup gini!' batinnya dalam hati saat menghampiri Dedrick.
Stela meminta handphone miliknya dari tangan Dedrick, dia senang dengan akal picik Dedrick, yang berusaha meminta nomor telfonnya. Tapi Stela dapat mengendalikan perasaan, agar tidak terbius oleh pria seperti Dedrick.
Saat Dedrick menahan tangannya, Stela menahan nafasnya, sedikit gugup, merasakan sinyal itu dari tatapan mata Dedrick.
Ingin rasanya Stela melonjak, memeluk melihat tatapan Dedrick padanya begitu mempesona.
Stela berlalu, mendorong dada Dedrick yang bidang, menuju mobil, meninggalkan resto tanpa menoleh kebelakang.
Stela tau, Dedrick pasti berfikir dia adalah gadis yang sombong, bahkan lebih sombong darinya.
Stela kegirangan, saat memberitahu pada Lusi.
"Aku senang! Ternyata dia pria yang sopan! Tidak seperti yang aku bayangkan!" teriaknya pada Lusi mata indahnya tetap fokus pada kemudi.
"Ck! Apa kau akan dinner dengannya? Aku tidak mau menjadi saksi kalian!" Lusi mengingatkan Stela.
"Oogh no! Aku lusa akan ke New york! Kita akan thanksgiving minggu depan! Bagaimana kau mengundangnya! Aku ingin mengenalnya!" mohon Stela.
"Jangan bilang kau jatuh cinta Stela! Apa kata momy dan daddy, jika kau mencintai pria yang masih seumur jagung!" kekeh Lusi.
"Aku tidak pernah merasakan cinta, tapi aku merasakan getarannya! Aku yakin, dia mencintai ku, Lusi!" teriak Stela.
"Oke, aku akan mengundangnya kerumah hari ini! Kau mau kesini?" tanya Lusi meyakinkan.
"Not now baby! Oke, see you dear! Bye!" Stela menutup telfonnya, kembali menambah kecepatannya, dengan hati yang bahagia.
Drrrt, drrrt...
"Momy!" batin Stela.
"Assalamualaikum mi!"
"Waalaikumsalam! Kamu dimana?" tanya Fene.
"Lagi dijalan mau pulang!" jawab Stela jujur.
"Jangan lupa, lusa jadwal ke New york! Aunty sudah menghubungi mu kan?" tegas Fene.
"Iya Momy!" jawab Stela masih bahagia.
"Willems Dedrick Visser! Who?" tanya Fene butuh kejelasan.
"Oogh! Teman kampus ku! Aku baru menemuinya, tadi ada sedikit masalah!" jujur Stela sedikit gugup.
"Oke dear! I love you!" Fene menutup telfonnya.
Stela menghela nafas panjang, 'gini ni, punya momy melebihi detektif!' kekehnya dalam hati.
Saat tiba dirumah mata Stela tertuju pada dua pengawalnya, yang sangat menyebalkan.
Stela mengejek dua pengawalnya, mendengus kesal, karena suka melaporkan semua kegiatannya diluar.
"Haii! Kok cemberut!" goda Hanz saat berpapasan dengan Stela.
"Momy!" rengeknya di bahu Hanz.
Hanz mengusap lembut kepala Stela, sesungguhnya Hanz lah yang memberitahu pada Fene, karena menurut dua pengawal, tatapan mereka sangat berbeda.
_____________****