Gerbang tinggi terbuka, terlihat rumah besar dengan konsep minimalis berwarna putih. Unin, Queen dan Lola akhirnya sampai di kediaman Kamila yang mewah. Mereka langsung disambut tuan rumah, "Ma, kenalin ini temen-temenku. Queen, Unin dan Lola."
Mereka pun berkenalan dan dipersilahkan duduk diruang tamu. Wanita yang berusia lebih dari setengah abad itu mulai berbicara, "Mama sudah dengar dari Kamila, apa yang terjadi. Mama kaget, tapi entah kenapa Mama percaya. Mama hanya berharap yang terbaik buat anak semata wayang Mama. Semoga Queen bisa bantu, ya!" suara beliau sangat lembut, "Jangan sungkan, anggap rumah sendiri dan panggil Mama Rita ya, jangan canggung. Mama senang kalau dirumah ini ramai."
"Iya, Mama Rita. Do'akan Queen bisa bantu Kamila. Do'a Mama itu paling penting. Makasih udah percaya dan nerima kita semua hari ini. Apapun yang nanti terjadi sama Queen, jangan panik. Semua gak boleh ada yang kosong pikirannya. Bantu baca do'a, dengan yakin ya. Kita baca surat panjang tapi gak yakin sama Allah, percuma. Tapi hanya dengan Bissmillah tapi yakin, itu dahsyat kekuatannya. Paham ya?" jelas Queen sebelum ia melawan Jin yang tidak mau melepaskan Kamila.
"Apa ada yang harus disediain kembang gitu atau menyan?" tanya Kamila ragu.
"Huss, aku ini bukan dukun. Itu makanan buat mereka. Aku 'kan gak mau kasih makan. Mau bikin pergi. Gak ada yang harus di siapin. Yang penting kamu siap melepas. Kalau nanti aku komunikasi sama dia dan dia bicara lewat tubuhku, kamu boleh tanya atau bicara apapun. Aku akan tarik dia masuk dalam tubuhku. Kalau gak gitu, dia pasti masuk ke kamu. Kamu yang kerasukan. Kamu gakkan bisa tahan." jelas Queen lagi. Yang lain hanya mendengarkan penjelasan Queen.
Unin sebenarnya khawatir. Apalagi, ini pertama kalinya ia harus melihat proses pengusiran ini. Tapi melihat Queen yakin, ia juga harus meyakinkan diri dan percaya bahwa sepupunya bisa melakukan proses ini. "Hati-hati ya, Queen! Terus, kalau nanti ada sesuatu yang gak beres atau kamu kewalahan, kita harus apa?"
"Jin satu ini gak ada tuannya. Dia bukan kiriman orang. Jadi resiko untuk ada serangan lain atau kiriman lainnya itu nihil. Aku cuman menghadapi satu makhluk aja. Insya Allah, gak akan bahaya." Lagi-lagi Queen menenangkan sepupunya. Ia tahu, pasti Unin akan merasa seperti itu. Queen sebelumnya sudah tahu sekuat apa Jin yang akan dia hadapi. Itu kenapa, ia tidak terlalu gusar. "Kamila, kita kerjakan proses ini dikamarmu. Sekalian nanti aku bersihkan dan pagari kamu dan kamarmu juga rumah ini."
Kamila pun memandu mereka semua ke kamarnya. Kamila diharuskan duduk berhadapan dengan Queen. Yang lainnya duduk di samping mereka berdua dengan cemas. Jantung Kamila berdebar hebat. Kini, semua merasakan bulu kuduk mereka berdiri, merinding.
Queen mulai memejamkan mata. Seketika ia menyilangkan kakinya dan bersila. Kedua tangan mengepal dan meninju lantai. Seperti seorang pria tegap yang sedang menggertak lawannya. Ia menggeram, seperti seekor singa yang sedang menakuti mangsanya. Kamila takut melihat Queen yang sedang kerasukan kala itu. Namun, tiba-tiba Unin meremas tangannya agar Kamila merasa tenang. "Kalau kamu takut, biar aku yang bertanya, ya!" Kamila mengangguk sambil menelan ludah.
"Hei kamu, aku gak takut sama kamu. Kamu sebaiknya gak ganggu Kamila lagi. Pergi kamu dari sini!" seru Unin.
Queen yang sedang menjadi medium kala itu beringsut mendekat kearah Unin. Wajahnya seolah sedang marah, "Kamu tak takut padaku? Aku akan mengikutimu sampai kamu mati. Aku akan membuatmu jadi istriku seperti Kamila,hahaha..."
Entah kenapa, Unin tidak merasakan ketakutan. "Dunia kita berbeda. Kamu gak boleh seenaknya menikahi manusia apalagi tanpa persetujuan Kamila. Apalagi sampai kamu bikin celaka, kamu sesat." ujar Unin dengan berani.
"Aku mencintai Kamila. Kami sudah menjadi suami istri. Kamu tidak usah ikut campur urusanku!" seru Jin dengan sombongnya.
Tetiba, Kamila berseru, "Ceraikan aku! Aku gak mau jadi istrimu. Sudah cukup Rian jadi korban." Kamila menangis, ia tak mau lagi harus melalui peristiwa tragis dan gagal menikah.
"Aku tidak akan melepasmu. Kamu milikku sampai mati!" Jin dalam tubuh Queen tentu tidak mau menuruti apa yang diinginkan Kamila. Namun tiba-tiba ia berteriak, "Panas..., ampun. Hentikan! Jangan kau membaca ayat suci itu. Aku terbakar, panas... " Queen meraung seperti orang yang terbakar api. Ia menggeliat, seolah api terus membakar tubuhnya tanpa ampun. Jin dalam tubuhnya sedang merasakan kobaran api membakarnya perlahan dan akhirnya berhenti, Queen berhenti menggeliat. Ia pun tersadar dan kemudian kembali duduk menghadap Kamila. Mama Rita langsung memeluk anaknya yang sedang menangis.
"Sudah, jangan nangis. Alhamdulillah, aku bisa lepaskan dia dari kamu. Aku bakar habis dia karena tadi dia sangat sombong dan tak mau meninggalkan kamu. Sekarang, dia gakkan bisa ganggu kamu. Aku sudah musnahkan." jelas Queen sambil tersenyum kearah Kamila yang kini mulai berhenti menangis.
"Makasih ya Queen, Udah bantu anak Mama." Mama Rita sangat lega bahwa anaknya sudah terlepas dari Jin yang selama ini mengikat anak kesayangannya.
"Aku cuma perantara, Ma. Allah yang udah bantu. Aku pagari dulu Kamila ya, biar gak ada kejadian kayak gini lagi." Queen membaca do'a tertentu sambil memggerakkan tangannya ke sekujur tubuh Kamila untuk menyegelnya. "Kamu harus shalat tahajud tujuh hari tanpa putus ya. Seberat apapun, kamu harus tuntasin itu. Biar pagar diri kamu kuat. Minta sama Allah yang terbaik. Dan ikhlaskan apa yang udah terjadi supaya hidup kamu lebih happy."
Kamila mengusap air matanya dan melepaskan pelukan sang mama lalu memeluk Queen, "Makasih banyak ya, aku gak tahu harus gimana balasnya. Aku bakalan ikhlas sama semua ini. Aku cuma pengen hidup normal lagi, lebih rajin ibadah lagi. Aku janji!" Lalu Kamila melepas pelukannya dan juga memeluk Unin dan Lola. "Mulai sekarang, kalian jadi sahabat aku. Mau ya?"
"Asik, itu berarti kita anak-anak tunggal jadi nambah saudara. Aku mau lah, seneng banget malah." jawab Lola dengan wajah bahagia. Ya, mereka semua adalah anak tunggal. Entah kenapa, bisa kebetulan seperti itu. Itu kenapa, Unin dan Lola sangat dekat sebagai sahabat karena bisa mengandalkan satu sama lain layaknya saudara sendiri. Begitupun dengan Unin dan Queen, persepupuan mereka lekat karena sama-sama merasakan kesepiannya sebagai anak tunggal. Jadi saat masih berdekatan, mereka selalu melakukan segala hal berdua.
"Mama senang Kamila jadi punya banyak saudara. Sering-sering main kesini, ya!" seru Mama Rita.
"Iya, Ma. Aku senang jadi punya orang tua lagi. Sekarang, Mama Rita jadi Mama kita semua, hahah..., " ujar Unin.
"Oke, sekarang kita makan ya! Mama udah siapkan makan malam tadi. Kalian pasti lapar," ajak Mama Rita. Lalu, semuanya beranjak turun ke ruang makan dan menghabiskan makan malam mereka dengan berbincang penuh kehangatan. Rasanya, mereka memang keluarga yang sedang menghabiskan waktu bersama.
Sedangkan disisi lain, Sundari sedang terkejut melihat ponselnya. Ia sedang memandangi foto yang ada di layar ponselnya. Ya, ada unggahan baru dari akun sosial media keponakannya yang selama ini menghilang. Entah kenapa, kali ini lewat berandanya. "Jadi Queen kabur kerumah Unin. Aku harus kasih tahu Bima. Aku gak mau mereka bercerai, nanti tanah yang dijanjikan untuk Queen akan diambil kembali Pak Surya. Apalagi pinjamanku padanya saat membangun kontrakan baru juga belum lunas. Kalau sampai mereka berpisah, Pak Surya pasti minta uangnya dikembalikan semua tanpa cicilan. Pokoknya, Bima harus tahu dan bawa Queen kembali." Sundari berbicara sendiri.
Sundari memang wanita yang gila harta. Dulu, ia menikahi ayah Queen yang berbeda umur jauh dengannya dengan sadar dan sengaja karena harta. Umur mereka terpaut dua puluh tahun bedanya. Sundari menikahi Rahmat sang raja kontrakan di daerahnya. Yang ia pikirkan hanya harta, harta dan harta. Bahkan kebahagiaan anak semata wayangnya pun tak ia indahkan.
"Halo, nak Bima. Mama mau kasIh kamu informasi dimana Queen sekarang. Nanti Mama kirim kamu buktinya, ya!"
Apakah Queen harus kembali pada pelukan Bima? Inikah akhir kebahagiaan Queen yang selama ini tersiksa menjadi istri Bima?
-----