"Gimana malam mingguannya? Kayaknya aku penasaran sama yang namanya Devan." Queen meneguk susu hangat di Minggu pagi yang cerah. Mereka berdua sedang sarapan di meja makan.
"Seru! Lain kali kamu ikut ya, biar gak bosen dirumah. Kemarin dia ngajak karaoke bareng," jawab Unin dengan wajah berseri.
"Kayaknya ada yang lagi kasmaran nih. Mukanya ampe berseri kayak bunga mawar lagi mekar. Udah move on nih kayaknya, " goda Queen.
"Mulai, ceng-cengin lagi. Eh, nanti siang diajakin Lola makan di cafe temennya di daerah Buah Batu. Jadi kita makan siang disana aja," ajak Unin. Queen pun mengangguk setuju. Mereka menghabiskan pagi mereka berbincang masa lalu ketika mereka masih kecil dan saling ejek.
Waktu tak terasa, hari sudah menjelang siang. Berdua, mereka kemudian bersiap dan menuju cafe yang sudah ditunjuk Lola untuk bertemu. Sesampainya di cafe yang bernama 'Roemah Jadoel', Lola sudah menunggu dengan temannya yaitu pemilik cafe tersebut."Queen, Unin, kenalin ini temenku namanya Kamila," mereka pun saling bersalaman dan berkenalan, lalu duduk bersama.
"Makasih ya, udah mau mampir ke tempatku. Dijamin makanan di sini bakalan ngingetin kalian ke makanan jaman dulu. Masakan rumahan dan jajanan jaman dulu, semua ada disini. Kalau enak, jangan lupa kasih tau temen-temen kalian yang lain." jelas Kamila. Perempuan cantik berusia tiga puluh tahun itu berkulit putih, bermata coklat dengan senyum melengkung di bibirnya yang tipis, sangat cantik dengan rambut lurus sebahu dan berponi.
"Tempatnya enak banget ya. Berasa lagi pulang kampung, kerumah nenek gitu. Sejuk juga karena banyak tanaman," ujar Unin.
Saat yang lain berbincang, Queen hanya diam. Dia sedang fokus akan sesuatu yang tidak bisa terlihat oleh lainnya. Membuat yang lain bertanya-tanya, "Queen, are you oke?" tanya Unin.
Ada ragu saat Queen ingin berbicara. Tapi akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada Kamila, "Mmhh..., aku mau nanya boleh? Tapi ini agak pribadi," Kamila hanya mengangguk sambil tersenyum, "Apa kamu selalu gagal nikah?"
Sontak Kamila terkejut mendengar pertanyaan Queen. Bagaimana ia tahu kalau setiap ia berencana akan menikah dengan kekasihnya, pasti ada hal yang terjadi. Bahkan, tunangannya yang terakhir meninggal dua hari sebelum akad nikah berlangsung. "Kok kamu tahu? Bulan kemarin harusnya aku menikah, tapi tunanganku meninggal karena kecelakaan." Ada air mata yang tertahan dipelupuk mata pemilik cafe itu. Hatinya sakit jika mengingat kajadian itu. Bagaimana tidak, semua sudah siap. Hanya tinggal menunggu untuk menjadi istri sah dari kekasih yang ia cintai. Dua minggu dia terus menangisi kepergian calon suaminya itu. Sampai akhirnya dia bisa bangkit dan mengikhlaskan semuanya. Dia isi hari-harinya fokus mengurus cafe, sekedar menyibukkan diri agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Bagaimanapun, yang telah pergi takkan kembali lagi.
Lola dan Unin pun sama terkejutnya mendengar semuanya. Lola tahu kalau Kamila batal menikah karena kejadian yang tragis itu. Tapi, ia terkejut saat Queen bertanya akan hal itu. Dia merasa pasti ada hal mistis yang terjadi pada Kamila sampai-sampai Queen berani mempertanyakan hal pribadi seperti itu.
"Apa kamu sering di mimpikan sosok lelaki yang sama dalam mimpi kamu?" tanya Queen.
Lagi-lagi Kamila terkejut mendengar pertanyaan Queen. "Iya, sudah lima tahun ini aku sering bermimpi lelaki yang sama. Akan lebih sering saat aku sedang dekat dengan seseorang. Kenapa memangnya?"
"Ada Jin yang suka sama kamu Kamila. Dia mengikatmu dengan pernikahan. Kamu, baginya sudah menjadi seorang istri. Kamu pasti pernah bermimpi bersetubuh dengan lelaki dalam mimpi itu? Itulah tipu muslihatnya," jelas Queen kepada Kamila yang sekarang terduduk kaku. Kamila berusaha menolak apa yang diutarakan Queen. Tapi, semua yang dikatakannya benar. Dia juga tidak pernah bercerita hal itu pada siapapun termasuk Lola. Jadi darimana Queen bisa tahu semua mimpi itu?
"Yang bener Queen? Jadi semua kejadian tragis itu karena ulah setan kurang ajar?" Lola meyakinkan apa yang baru saja ia dengar. Emosinya pun memuncak mendengarnya karena ia tahu Kamila sempat terpuruk setelah kejadian itu. Ternyata ada jin yang ingin memiliki Kamila. Mereka pun merasakan bulu kuduknya berdiri.
"Apa dia ada disini?" tanya Unin.
"Iya. Dia terpanggil saat kita sampai disini. Dia sedang ada dibelakang Kamila. Menatapku marah karena memberitahu apa yang sedang terjadi sama Kamila," jelas Queen sambil menatap tajam ke arah makhluk tak kasat mata itu.
"Jadi, mesti gimana? Aku takut." Kamila merinding hebat, dia mulai berkeringat. Ia tak mengira kejadian mistis seperti itu menimpa dirinya.
"Kita harus bersihkan di rumahmu. Kalau nanti malam, gimana?" Queen tak ingin mengulur waktu. Mengingat, sudah lima tahun Kamila diikuti oleh Jin yang membuat Kamila tidak bisa menikah.
"Jangan khawatir, Queen ini beneran bisa bantu. Kamu lebih baik ngobrol dulu sama Mama dirumah. Jadi, nanti malam kita bisa bantu lepasin kamu dari Jin jahat itu." Lola berusaha meyakinkan temannya agar percaya apa yang dikatakan Queen.
"Ya. Nanti, selesai makan siang ini aku pulang dan bilang sama Mama. Aku kabarin kamu ya, La." ucap Kamila setuju.
"Sekarang, kita makan dulu! Aku laper nih. Pokonya, keluarin menu yang reccomended disini!" Unin ingin mencairkan ketegangan yang sedang dirasakan tadi.
"Iya, setuju. Perutku dah mulai nyanyi keroncong ni." Lola mengusap perutnya.
"Keroncongan kali, hahaha..." seru Unin. Mereka pun tertawa bersama.
Sang Jin yang sedari tadi terlihat marah akhirnya hilang sementara karena Queen membacakan ayat suci.
Akhirnya mereka menyelesaikan makan siang mereka. "Duh, bakalan sering kesini deh. Soalnya, beneran makanan sama minuman disini tuh enak-enak." Unin memuji kelezatan makanan yang tadi sudah ia santap habis.
"Setuju. Enak juga buat ketemu konsumen." Lola kembali menyeruput minuman yang sedikit lagi tersisa dalam gelas.
"Aku mau ucapin terima kasih sama kamu, La. Yang udah rekomendasiin tempat ini buatku dulu. Tempatnya strategis. Selama delapan bulan cafe ini berjalan, gak pernah sepi." ujar Kamila sambil mengelus pundak Lola.
"Iya, tapi tempat ini sukses karena kamu yang kompeten kok. Makasih ya,kamu tuh konsumen rasa temen, hahaha..., " jawab Lola sambil tersenyum.
Queen mengajak teman-temannya mengabadikan momen dan mengajak berfoto. "Foto dulu yuk, biar ada kenangan. Awal mula sesuatu yang baik dan berharap akan lebih baik."
Seperti gadis pada umumnya, mereka akhirnya sibuk berpose disegala penjuru cafe dengan beragam ekspresi. Lalu, sibuk memposting hasilnya di media sosial mereka masing-masing.
Setelah itu, mereka berpamitan dan akan kembali bertemu di kediaman Kamila nanti malam.
Sesampainya dirumah Unin, mereka kembali bersantai di ruang tengah sembari menonton TV. "Queen, kamu yakin bisa bantu Kamila? Aku masih takut kalau kamu bakalan kenapa-napa." ujar Unin yang cemas memikirkan apa yang akan terjadi nanti malam.
"Aku punya Allah. Aku selalu percaya, setiap apa yang terjadi itu udah jalannya kita. Aku percaya, kenapa hari ini Kamila harus ketemu aku. Aku cuma takut sama Allah aja. Don't worry!" Queen meyakinkan sepupunya agar tak khawatir berlebih, walau ia pun tak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Ia hanya perlu yakin bahwa Tuhannya akan selalu melindunginya saat ia membantu orang lain.
Tak terasa, hari sudah menjelang senja. Sebentar lagi, langit pun berubah menjadi malam. Ponsel Lola berbunyi, "Halo.., ya. Oke, sebentar lagi kita berangkat dari sini. Wait, ya!" Setelah Lola menutup teleponnya, ia pun mengajak Unin dan Queen untuk beranjak pergi menuju rumah Kamila.
Akan ada kejadian apa nanti? Apa Queen bisa membuat Jin itu meninggalkan Kamila?
-----