"Nin, mata kamu kok bengkak. Abis nangis?" tanya Lola yang baru saja sampai dikantor dan melihat mata Unin yang sembab.
"Ali, La. Ali meninggal." Unin berat mengatakan hal itu pada sahabatnya.
"What? Kapan Nin, kamu tahu dari mana?" mata Lola terbelalak saking kagetnya mendengar apa yang dikatakan Unin.
"Kemarin lusa. Dia kecelakaan tunggal, La. Kalau kamu tanya darimana aku tahu, kamu pasti gak percaya." jelas Unin.
"Kenapa? Emangnya dia datengin kamu?" Lola menebak sembarangan karena ucapan sahabatnya.
"Kok kamu tau? Dia datengin aku setelah kecelakaan itu. Dia bilang dia nyesel dah mutusin dan ninggalin aku. Dia nyesel dah bikin aku sakit hati. Tapi aku juga nyesel pernah ngutuk dia, La." air mata kembali membasahi pipi Unin.
Lola kembali terkejut mendengar ucapan sahabatnya, tapi dia juga percaya apa yang dikatakan Unin. Lola memeluk sahabatnya yang sedang menangis, "Aku percaya kok. Kamu harus ikhlas ya, biar Ali gak berat di alam kuburnya."
"Kamu percaya?" tanya Unin setelah melepas pelukan Lola.
"Iya. Tapi yang aku bingung, emang kamu bisa liat hantu, ya?" tanya Lola sambil menyodorkan tissue.
"Jadi kemarin lusa setelah aku pulang kerja itu, aku dapat pesan dari sepupuku yang dah lama gak ada komunikasi. Dia minta dijemput dan sekarang ada dirumah. Ternyata dia punya kelebihan, bisa komunikasi dan lihat mereka yang gak kasat mata. Dia bilang ada sosok laki-laki yang ngikutin aku dan ternyata itu Qorinnya Ali. Aku juga cek akun sosial medianya dan benar, dia kecelakaan dan meninggal." Unin masih terisak menceritakan semuanya.
"Ya ampun, Nin. Turut berduka, ya. Baiknya hari ini gak usah flyering, ya! Kita jalan aja, gimana?" ajak Lola yang ingin menghibur sahabatnya.
"Owh iya, aku lupa. Hari ini diajakin nonton sama Devan. Dia ngajak kamu juga, katanya ada saudaranya datang dan biar rame jalan-jalannya. Nanti dia ngabarin mau nonton dimana dan jam berapa." jelas Unin.
Lagi-lagi Lola terkejut, "Devan, cowok yang kemarin itu? Wih, dah curi start aja, hahaha... " goda Lola.
"Ih, dia bukan ngajakin kencan kok. Cuman minta temenin jalan sama saudaranya. Makasih ya, udah selalu ada buat aku. Kamu tuh, sahabat paling baik deh. Kamu selalu bisa bikin mood aku baik lagi. Tahu banget harus gimana kalau aku sedih. Makasih ya, Lola imut!" Unin mencubit pipi Lola dengan gemas. Mereka pun tertawa bersama.
Tak lama, ponsel Unin berbunyi. "Halo..., oke. Nanti aku kesana sama Lola. See you!"
"Devan?" tanya Lola.
Unin mengangguk, "Dia ngajak nonton di TSM. Jam lima sore nanti. Pulang dulu aja, gimana? Sekalian aku kenalin sama sepupuku."
Lola setuju, mereka pun bergegas pulang kerumah Unin. Sesampainya dirumah, Lola dikenalkan dengan Queen. Lalu, mereka berbincang di ruang tengah sambil menonton TV juga menikmati makanan ringan.
"Aku mau tau dong, Queen bisa punya kelebihan gitu darimana?" tanya Lola penasaran.
"Keturunan. Kakek kami itu dulunya biasa bantu orang sakit. Ahli totok dan bekam, tapi kalau ada sakit akibat sihir juga beliau bisa bantu. Tapi bukan dukun ya, beliau hanya fokus pada pengobatan. Jadi, cuman bantu pasiennya sembuh. Dia gak mau kalau ada yang minta aneh-aneh." jelas Queen.
"Oh..., jadi keturunan ya. Apa gak takut liat wujud mereka yang katanya serem? Aku nonton horor aja takut. Apalagi kalau bisa liat, ih serem." ujar Lola bergidik.
Queen tersenyum, "Ya kadang takut juga. Lebih tepatnya, gak nyaman. Tapi sebenarnya semua adalah bangsa jin. Kalau yang menyerupai kita saat udah meninggal itu ya Qorin. Jin yang nemenin semasa hidup kita sampai meninggal. Dia tahu apa yang kita mau, rasakan dan lainnya. Ya duplikasinya kita. Kalau roh kita saat udah meninggal, ya beda alam lagi."
"Kepo banget sih, mau liat hantu juga?" goda Unin.
"Amit-amit. Jangan sampe bisa lihat. Tapi Queen bisa totok bekam juga?" Lola terus bertanya sembari mengunyah gorengan yang dibelinya tadi. Si hobi makan yang punya pipi chubby memang senang makan dan jajan. Tapi dia tetap gadis yang menarik karena bisa berpakaian modis dan percaya diri.
"Dia itu sebenernya dokter. Tapi gak diterusin buat dapet ijin praktek atau lanjut spesialis. Suaminya over protektif." jelas Unin.
"Kamu dah nikah? Ah, aku gak akan ikut campur masalah pribadi. Cuman, kalau emang bisa totok bekam, aku mau jadi pasien pertama." ujar Lola.
"Nah, aku mau belajar dulu. Harusnya sih gak sulit. Nanti kalau aku udah bisa, Lola jadi pasien pertama." ujar Queen.
Mereka pun saling bercerita hingga akhirnya Lola dan Unin pamit meninggalkan Queen dirumah karena harus pergi menemui Devan.
Sesampainya di Mall, kedua gadis itu menuju sebuah Coffee Shop di dalamnya. Terlihat Devan dan saudaranya sudah menunggu mereka berdua.
"Unin, Lola, kenalin sepupuku namanya Arka." Devan memperkenalkan.
"Jadi kita mau nonton apa? Action, comedy atau animasi?" tanya Lola.
"Terserah. Tapi kalau dilihat dari muka Unin, kayaknya dia butuh comedy." tebak Devan.
Unin kaget, kenapa Devan bisa menebak suasana hatinya. Apa karena matanya yang masih sembab karena menangis?
"Kok tahu, aku lagi sedih? Jangan-jangan kamu dukun, ya?" goda Unin.
"Aku gak percaya hal mistis. Aku nebak aja, lihat mata kamu kayak habis nangis semaleman." ujar Devan.
"Devan ini, instingnya bagus. Peka banget dia orangnya. Aku aja gak pernah bisa bohong sama dia." ujar Arka.
"Ya udah kalau gitu. Kita nonton comedy ya. Abis nonton kita makan. Kita ajak Arka makan di Braga. Jadi sekalian keliling-keliling. Gimana?" ajak Lola.
"Setuju. Malam minggu harus happy. Jangan sedih lagi ya, Nin. Aku gak tahu kamu nangisin apa, tapi baiknya jangan murung terus. Sayang nanti, cantiknya ilang." goda Devan.
Lola, Arka dan Devan membiarkan Unin sendirian merasa kikuk. Pipinya memerah mendengar godaan Devan. Unin mulai menyukai lelaki yang baru ia kenal ini.
Sementara dirumah, Queen sedang merasakan sakit di dadanya. Sesak, ia rasakan karena sedang diserang secara ghaib dari dukun yang didatangi adik iparnya.
Queen bersila dan menutup matanya untuk berkomunikasi lewat dimensi lain dari dunia nyata. "Mau apa kamu? Bilang Sri, jangan ganggu saya lagi. Saya sudah tidak takut, ada Allah yang jaga. Dan kamu, beritahu tuanmu si dukun jelek budak iblis, apapun yang kamu kirim padaku, aku akan membuatnya berbalik!" tegas Queen.
Ada perang yang tak kasat mata antara makhluk ghaib kiriman sang dukun dengan khodam penjaga Queen.
Queen hanya mengucap ayat suci Al-Qur'an dengan keyakinan penuh kepada Sang Pencipta. Dukun itu berhasil dipukul mundur dan kalah. Perlahan Queen membuka matanya dan mengatur nafas.
"Sampai kapan mereka akan terus mendzolimiku? Apa salahku, ya Allah?" Queen berbicara pada dirinya sendiri.
Sedangkan disisi lain, Sri kesal karena gagal menyakiti Queen. "Awas ya, aku bakalan cari dukun lainnya. Sampai kapanpun aku bakalan ngusik kamu. Apalagi sekarang, kamu berani kabur dari Bang Bima."
-----