"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liona, tapi aku tidak yakin dengan semua ini, Liona selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Zyan di dalam hatinya.
Kellie kembali tersenyum melihat saat Valencia dan Zyan yang sama-sama terdiam.
"Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kellie.
"Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kellie. Tapi Grace, mendapatkan kejutan ketika melihat Kellie yang tersenyum dan mengatakan hal lain.
"Grace!" ucap Zyan, lalu Kellie memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Zyan, dia merasa tidak asing dengan wajah Zyan.
"Kau, Jo?" tanya Kellie dengan lirih seraya menunjuk kepada Zyan.
"Bukan Mom, aku Zyan anakmu," jawab Zyan.
"Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kellie kembali histeris.
"Siapa yang mereka lenyapkan Mom, aku masih di sini, ada di hadapan, Mommy," ucap Zyan.
"Mereka melenyapkan anakku, kalian jahat, pergi dari sini!" pekik Kellie semakin histeris.
"Kellie stop it, tenanglah," ucap Grace seraya memeluk Kellie.
"Aku mencintaimu, Jo," ucap Kellie yang melemah karena Grace mulai menyuntikkan obat penenang kepada Kellie. Hal itu membuat Zyan meringis, matanya terlihat berkaca-kaca.
"Mereka membunuh ...." Suara Kellie pun tak terdengar lagi.
"Sampai kapan mom akan seperti ini, Grace?" tanya Zyan dengan sendu, Valencia yang pertama kali melihat keadaan Zyan seperti ini ikut sedih, kini Valencia jadi mengetahui sisi lain dari Zyan.
"Aku sedang berusaha untuk memulihkan keadaanya, tapi untuk sementara ini kau jangan mengungkit dulu tentang anak kepada Kellie, itu membuat dia semakin terguncang, tadi aku sangat senang melihat Kellie sudah bisa tersenyum lagi dan mengatakan hal lain, selain yang biasa aku dengar," jawab Grace.
"Baiklah aku pergi, kabari jika terjadi sesuatu kepada mom," ucap Zyan.
"Oke, dan pastikan kau datang dengan kekasihmu lagi," ucap Grace seraya tersenyum jahil.
"Aku bukan ke ...."
"Kenapa aku harus datang bersama dia lagi?" tanya Zyan, menyela ucapan Valencia.
"Karena dia membawa pengaruh yang baik untuk Kellie," jawab Grace.
"Kau dengar Honey, Grace mengatakan jika kau harus sering-sering mengunjungi Mom," ucap Zyan lalu merangkul pundak Valencia dengan mesra.
"Pria datar sepertimu, bisa mesra juga ternyata," goda Grace, Valencia hanya tersenyum canggung menanggapi.
"Tentu saja, aku sangat romantis kan Honey?" tanya Zyan, membuat Valencia melayangkan tatapan tajamnya.
"Maybe, kau wanita pertama yang Zyan ajak untuk mengunjungi ibunya," ucap Grace.
"Ayolah, jangan membuka kartuku di depan dia Grace," ucap Zyan.
"Owh ... Sorry, silahkan kalian lanjutkan, aku kembali ke ruangan dulu," ucap Grace lalu pergi meninggalkan Zyan dan Valencia.
Dengan cepat Valencia menepis tangan Zyan yang melingkar di pundaknya, lalu ....
PLAK
"Stupid!" maki Valencia lalu dia pergi meninggalkan Zyan.
"Hmm ... menarik, wajah tampanku ini selalu menjadi sasaran jari lentik dia," ucap Zyan seraya memegang pipinya yang cukup terasa panas.
"Mom, aku harus pulang, nanti aku datang lagi, cepat sembuh aku sangat mencintaimu," ucap Zyan lalu pergi menyusul Valencia.
Di dalam mobil, tangis Valencia pecah mengingat apa yang Zyan lakukan saat di ruangan Kellie, jujur saja Valencia merasa sangat bahagia karena Zyan menganggap dia sebagai kekasihnya dan Valencia berharap itu akan menjadi kenyataan. Tapi harapannya kembali hilang, saat Valencia mengingat Zyan sudah memiliki istri.
"Jangan membuat aku semakin berharap, Zyan," ucap Valencia di dalam isaknya.
Tanpa Valencia sadari ternyata Zyan sudah duduk di sampingnya, menatap Valencia dengan mata yang memicing.
"Kau menangis?" tanya Zyan, Valencia yang terkejut cepat-cepat menghapus air matanya.
"Tidak, ada sesuatu yang masuk ke mataku, makanya terasa sangat perih," jawab Valencia.
"Really?" tanya Zyan dengan alis yang terangkat.
"Ya," jawab Valencia yang memalingkan wajahnya dari Zyan, tapi Zyan meraih dagu Valencia dan memalingkan wajah Valencia agar mereka saling berhadapan.
Pandangan mereka terkunci satu sama lain, Zyan langsung menghapus air mata Valencia yang kembali menetes dari sudut matanya.
"Air matamu sangat berharga, jadi jangan kau sia-siakan hanya untuk menangisi lelaki yang tidak berguna seperti dia," ucap Zyan, dia berpikir jika Valencia menangisi Yuka mantan kekasihnya.
Zyan merasa sangat sesak melihat Valencia menangis seperti ini, entah kenapa semakin dia menatap Valencia, maka Zyan merasa semakin ingin melindungi wanita ini. Zyan pun mulai melajukan mobilnya ke suatu tempat, tempat yang biasa dia kunjungi di saat lelah menghadapi semuanya, tempat yang akan membuat Zyan merasa nyaman dan akan merasa lebih tenang.
"Ke mana lagi?" tanya Valencia.
"Diam lah!" jawab Zyan dengan raut wajah yang kembali datar.
"Astaga, si manusia kutub kembali lagi," ucap Valencia.
Beberapa menit di perjalanan Zyan membunyikan klakson di depan sebuah gerbang yang terlihat usang, tak lama gerbang itu pun terbuka, Valencia sedikit takut dengan tempat yang akan mereka kunjungi karena gerbang yang terlihat sangat tua, tapi saat mereka masuk ....
"God, ini sangat indah," ucap Valencia dengan mata yang terbelalak saat melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
"Turun!" perintah Zyan, dengan senyuman yang mengembang Valencia pun turun dari mobil.
Pandangan Valencia mengitari apa yang ada di hadapannya, sebuah danau buatan di tengah hamparan rumput yang hijau, jangan lupakan pohon yang rindang dan bunga-bunga yang ditata dengan sangat cantik di sana, Zyan mengajak Valencia duduk di kursi yang ada di tepi danau.
"Tuan Zyan, apa ingin disiapkan kamar juga?" tanya salah satu penjaga, di sana memang ada sebuah vila yang terkadang Zyan gunakan untuk beristirahat.
"Tidak, aku hanya ingin duduk bersantai di sini," jawab Zyan lalu pria itu pergi.
"Ini milikmu?" tanya Valencia.
"Ya," jawab Zyan singkat.
"Sangat tidak sesuai," ucap Valencia.
"Apa?" tanya Zyan.
"Tempat yang sangat cantik ini tersembunyi di balik gerbang yang usang dan sangat tua itu, belum lagi tanaman yang tumbuh di dinding sana, membuat keindahan tempat ini semakin tertutup," jawab Valencia.
"Aku sengaja melakukannya, agar hanya aku dan seseorang yang sangat istimewa saja yang bisa menikmati keindahan di tempat ini," ucap Zyan, hati Valencia kembali berdenyut nyeri mendengar ucapan Zyan.
"Apakah aku orang yang Zyan maksud?" tanya Valencia di dalam hatinya.
"Kau bodoh Valen, tentu saja istrinya orang yang sangat istimewa itu, apa yang kau harapkan, huh?" batin Valencia kembali mengejek apa yang ada dalam pikirannya sendiri.
Keadaan di antara mereka pun menjadi hening, pandangan Zyan terus menatap lurus ke arah danau yang membuat hati dan pikirannya menjadi tenang, Zyan sangat lelah dengan semua teka-teki yang harus dirinya pecahkan, semuanya berkelebatan seperti benang kusut yang bertumpuk, sulit untuk diurai di dalam pikirannya.