Saat sampai di luar ruangan Zyan, Arthur mendelik sinis kepada Valencia yang sudah duduk dengan nyaman di kursinya wanita itu pun tak kalah melayangkan tatapan tajamnya kepada Arthur.
"Cih ... Apa yang menarik dari dia, entah kenapa mata para wanita itu mengatakan jika dia tampan," ucap Valencia.
"Mana berkas yang harus diberikan kepada Tuan Zyan?" tanya Lucy dengan tatapan sinisnya kepada Valencia.
Valencia pun memberikan berkas itu tanpa menoleh sedikit pun kepada Lucy, dia sangat muak melihat Lucy dengan pakaian yang serba ketat dan kekurangan bahan.
"Hanya aku yang boleh mengantarkan semua berkas penting seperti ini kepada Tuan Zyan," ucap Lucy segera masuk ke ruangan Zyan.
"Aku tidak peduli," ucap Valencia dengan malas.
"Yakin jika kau tidak peduli, bukankah kau mulai mencintai dia, kau cemburu saat Zyan berduaan dengan istrinya kemarin." batin Valencia mengejek.
"Aku tidak mencintainya, aku tidak mencintainya," ucap Valencia sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Mencintai siapa?" tanya Zyan yang tiba-tiba berada di hadapan Valencia.
"Astaga, apa dia mendengar semua ucapanku," ucap Valencia dengan lirih.
"Bukan siapa-siapa," jawab Valencia.
"Ikut aku meeting sekarang," ucap Zyan dengan wajah datarnya lalu dia pergi lebih dulu, Valencia pun mengikuti langkah Zyan sambil membawa berkas, Lucy yang melihat itu mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Harusnya aku yang menemani Tuan Zyan meeting, bukan kau wanita murahan," ucap Lucy yang merasa kesal karena Zyan pergi dengan Valencia.
Lima belas menit sudah berlalu di ruangan meeting, sejak tadi Zyan malah fokus memperhatikan wajah Valencia, dia tidak menyimak apa yang sedang di bahas oleh para perwakilan divisi.
"Zyan," bisik Arthur seraya menyikut lengan Zyan.
"Hmm!" Zyan hanya bergumam menanggapi sapaan Arthur tanpa ingin menoleh sedikit pun kepada sahabatnya itu. Arthur yang belum mendapatkan jawaban dari Zyan langsung mengikuti arah pandang sahabatnya itu yang tertuju kepada Valencia, padahal gadis itu sedang fokus menyimak presentasi sambil sesekali mencatat poin penting.
"Fokus dengan meeting ini bodoh, tunda dulu fantasi liar tentang dia," ucap Arthur sambil menepuk pelan lengan Zyan.
"Diam kau," ucap Zyan dengan tatapan tajamnya, lalu Zyan beranjak dari kursinya.
"Hentikan!" pekik Zyan, hal itu membuat semua pandangan karyawan yang ada di sana tertuju kepada Zyan.
"Kau lanjutkan meeting ini," ucap Zyan kepada Arthur, hal itu membuat Arthur mengerutkan keningnya.
"Panggil Lucy untuk menggantikanmu dan kau ikut aku," ucap Zyan beralih kepada Valencia.
Arthur dibuat tercengang dengan apa yang diucapkan oleh Zyan, ini pertama kalinya Zyan meninggalkan ruang meeting, di saat meeting belum selesai.
"Kau pergi mau ke mana?" tanya Arthur berbisik.
"Diam lah, jangan banyak bertanya!" jawab Zyan dengan wajah datar lalu dia keluar dari ruang meeting, Valencia pun mengikuti Zyan pergi.
Saat keluar ruangan, Valencia dan Lucy bertemu, wanita itu selalu melayangkan tatapan tajamnya kepada Valencia.
"Kita mau ke mana?" tanya Valencia.
"Cukup ikuti dan jangan banyak bertanya," jawab Zyan.
"Haiish ... Sangat menyebalkan," umpat Valencia.
"Aku bisa mendengar," ucap Zyan.
"Aku kira kau tuli," ucap Valencia dengan santainya.
Zyan segera masuk ke ruangannya, dan menuju lift, begitu juga dengan Valencia walaupun belum tau Zyan akan mengajaknya pergi ke mana, Valencia tetap mengikuti Zyan.
"Masuk!" perintah Zyan seraya membuka pintu mobilnya, Valencia pun masuk.
Zyan memutari mobilnya lalu duduk di kursi kemudi.
"Kau tidak akan membawaku ke hotel?" tanya Valencia penuh selidik.
"Hmm ... Aku tidak tau," jawab Zyan mulai melajukan mobilnya.
"Kau jangan macam-macam, aku akan melenyapkanmu jika kau melakukan itu." Zyan malah tertawa mendengar ucapan Valencia.
"Jangan tertawa, setidaknya pikirkan istrimu jika kau ingin selingkuh dan bermain gila dengan wanita lain," ucap Valencia dengan gemas, Zyan hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Setelah itu, cukup lama keadaan menjadi hening, tidak ada satupun dari mereka yang bicara lagi.
Pandangan Valencia beralih kepada foto yang tergantung di mobil Zyan. Valencia terus mengamati wajah wanita yang ada di dalam foto.
"Sepertinya bukan Cristie." batin Valencia berucap.
"Apa ini benar-benar foto istrimu?" tanya Valencia.
"Ya, memangnya kenapa?" tanya Zyan.
"Tapi dia buk ...."
"Kita sudah sampai, kau ingin menunggu atau ikut denganku?" tanya Zyan.
Valencia melihat di sekitarnya, Zyan sudah menghentikan mobilnya di parkiran rumah sakit jiwa.
"What? Dia mengajakku ke tempat seperti ini?" tanya Valencia di dalam hati.
"Kau ingin ikut aku, atau tidak?" tanya Zyan lagi dengan kesal.
"Kau ingin konsultasi dengan ahli kejiwaan?" tanya Valencia.
PLETAAK.
"Aww!" Valencia meringis karena Zyan menyentil keningnya dengan kencang.
"Bodoh!" maki Zyan lalu turun dari mobilnya.
"Manusia kutub!" umpat Valencia pergi mengikuti Zyan.
Valencia bersusah payah mengikuti langkah Zyan yang lebar, sebenarnya dia merasa sedikit takut datang ke tempat seperti ini.
"Hai Zyan!" sapa Grace.
"Grace," sahut Zyan.
"Wow ... Siapa dia?" tanya Grace dengan alis yang terangkat dan senyuman jahil tersungging di sudut bibirnya.
"Dia Valencia, sekertarisku," jawab Zyan.
"Sebatas itu?" tanya Grace.
"Ya," jawab Zyan, lalu Grace dan Valencia saling berjabat tangan.
"Aku ingin makan siang dulu," ucap Grace lalu pergi, Zyan dan Valencia menuju ke ruangan Kellie.
Zyan menatap sendu kepada wanita yang telah melahirkannya, Kellie masih belum bisa diajak bicara sepenuhnya.
"Mom," sapa Zyan. Namun Kellie hanya meliriknya sekilas, Valencia tercengang mendengar Zyan memanggil wanita itu dengan sebutan 'Mom'
"Dia ibumu?" tanya Valencia.
"Ya, kau pikir siapa," jawab Zyan.
"Astaga ... Aku baru saja memikirkan hal positive tentang dia, dengan sekejap dia melenyapkan pikiran itu," ucap Valencia.
"Jangan terus menggerutu, kau bisa jatuh cinta kepadaku nanti," ucap Zyan.
"Cih ... Aku tidak sudi," ucap Valencia yang bertentangan dengan apa yang ada di dalam lubuk hatinya.
"Jo!" panggil Kellie dengan suara lirih seraya memandang Zyan dan Valencia bergantian, lalu Kellie tersenyum, seperti ada kilatan memori yang melintas di dalam pikirannya, saat melihat Zyan dan Valencia saling mengejek.
"Mom, tersenyum?" tanya Zyan, setelah sekian lama Zyan menantikan hal ini, Zyan hanya ingin melihat ibunya tersenyum.
"Kalian akan saling mencintai," ucap Kellie lirih, sebelum kembali ke ekspresi awalnya yang hampa dengan tatapan kosong.
Zyan dan Valencia terlihat canggung dengan apa yang diucapkan Kellie.
"Tolong katakan sesuatu lagi, Mom," ucap Zyan penuh harap.
"Aku mencintaimu Jo, mereka akan saling jatuh cinta, kisah mereka sama seperti kisah kita," ucap Kellie lagi dengan tatapan hampa.
"Aku tidak mungkin melanjutkan perasaan ini, karena Zyan sudah memiliki istri," batin Valencia.
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liona, tapi aku tidak yakin dengan semua ini, Liona selalu hadir di dalam pikiranku."