"Valen, kau mau ke mana?" tanya Alfred karena Valencia sudah rapi dengan pakaian formal.
"Aku ingin mencari pekerjaan," jawaban Valencia membuat Alfred terkejut.
"Apa uang yang selama ini aku berikan tidak cukup? Jika kurang, kau bisa meminta lagi, tidak perlu bersusah payah untuk bekerja seperti ini," ucap Alfred.
"Bukan itu Kak, aku hanya ingin mencari kesibukan, aku bosan di rumah tidak pernah melakukan apa-apa," ucap Valencia.
"Kalau begitu, kau bekerja di perusahaan kita saja," ucap Alfred.
"Tidak Kak, aku ingin bekerja menjadi karyawan yang sesungguhnya, bukan seseorang yang istimewa di perusahaan," ucap Valencia.
"Baiklah, Kakak akan meminta bodyguard ...."
"Stop Kak, aku tidak ingin ada penjagaan lagi," ucap Valencia menyela.
"Kenapa? Itu demi keselamatanmu, Valen," ucap Alfred.
"Aku bisa menjaga diri," ucap Valencia, lalu dia mengambil tas dan berkas lamarannya.
"Kau yakin tidak ingin dikawal?" tanya Alfred.
"Tidak Kak, aku pergi, bye," jawab Valencia.
"Setidaknya sarapan dulu, Valen," pekik Alfred, tapi Valencia tidak menghiraukan, lalu Alfred mengambil ponselnya untuk menghubungi orang kepercayaannya
"Ikuti adikku, dan laporkan semua ...."
"Jika Kakak mengawasi aku diam-diam, maka aku akan pergi dari rumah ini, jangan harap aku akan kembali lagi," ucap Valencia yang ternyata masih berada di balik pintu, dia sudah hapal dengan apa yang akan Alfred lakukan.
"Jangan pergi," ucap Alfred lalu meletakkan kembali ponselnya di atas meja makan, Valencia pun pergi dengan senyuman penuh kemenangan, Alfred benar-benar tidak berkutik saat adik kesayangannya mengancam akan pergi, Valencia adalah salah satu kelemahan Alfred, itulah alasan Alfred selalu mengawasi gerak gerik Valencia. Alfred tidak ingin adik kesayangannya menanggung akibat atas perbuatannya selama ini.
***
Zyan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari, yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal dan membawa sesuatu di tangannya.
"Tahan Zyan, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Zyan, benar saja Zyan melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Zyan memundurkan kembali mobilnya.
"Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Zyan lalu dia menurunkan kaca mobilnya.
"Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Valencia.
"Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Zyan.
"Mencari pekerjaan," jawab Valencia.
"Masuklah!" perintah Zyan.
"Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Valencia.
"Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Zyan lalu menutup lagi kaca mobilnya, seraya berhitung di dalam hati, dan perlahan menginjak pedal gasnya.
"Satu ... Dua ... Ti ...."
"Wait!" pekik Valencia, Zyan pun tersenyum menang, dengan cepat Valencia berjalan menuju ke mobil Zyan yang ada beberapa meter di depannya.
"Why?" tanya Zyan setelah menurunkan lagi kaca mobilnya.
"Apa kau benar-benar bisa memberiku pekerjaan?" tanya Valencia.
"Hmm!" gumam Zyan.
"Di mana?" tanya Valencia.
"Masuk dulu," jawab Zyan lalu Valencia masuk ke mobil Zyan.
Zyan pun kembali melajukan mobilnya, menuju ke kantor.
"Kau tidak akan memberikan aku pekerjaan yang aneh kan?" tanya Valencia.
"Tidak, di kantorku sedang membutuhkan OG, jadi kau bisa melamar di sana," jawab Zyan namun ....
PLAAK
Valencia memukul Zyan dengan sangat kencang, membuat pria itu meringis.
"Kau gila? Aku ini sarjana, turunkan aku di sini, lebih baik aku melamar di tempat lain dari pada aku menjadi OG di kantormu," ucap Valencia.
"Diam dulu bodoh," ucap Zyan.
"Kau yang bodoh," maki Valencia
"Berikan lamaranmu ke bagian HRD, setelah itu datang ke ruangan CEO, kau jadi sekertaris CEO," ucap Zyan lalu turun dari mobilnya, kerena meraka sudah sampai di basement kantornya, sedangkan Valencia masih diam mematung di dalam mobil, Zyan yang melihat itu menjadi sangat gemas.
"Cepat turun, karena CEO di sini tidak suka karyawan yang bertele-tele," umpat Zyan.
"I ... Iya," ucap Valencia lalu dia turun dari mobil Zyan.
"Kau mulai bekerja hari ini," ucap Zyan lalu menuju lift yang terhubung langsung menuju ke ruangannya, sedangkan Valencia bergegas menuruti perintah Zyan.
Zyan mengambil ponsel di dalam sakunya, untuk menghubungi bagian HRD.
"Terima wanita yang bernama Valencia menjadi sekertarisku," ucap Zyan.
"Baik Tuan, tapi apakah perlu diinterview lebih dulu?" tanya HRD di ujung sana.
"Tidak perlu!" ucap Zyan dan memutuskan sambungan telponnya. Zyan tersenyum menyeringai.
"Apa yang terjadi Zyan, kenapa kau malah membuat wanita itu menjadi sekertarismu, ini tidak masuk akal." batin Zyan mengejek.
Ting
Pintu lift terbuka tepat di dalam ruangannya, Zyan langsung duduk di atas kursi, sebelum memulai pekerjaannya Zyan membuka paper bag yang tadi diberikan oleh Cristie ternyata terselip sebuah kertas di dalamnya.
"Selamat menikmati sarapanmu Killer, thanks untuk semuanya." itulah yang tertulis di dalam sana.
Saat membuka kotak makan, isinya adalah quiche (sejenis makanan berbahan dasar telur dan keju tapi sering juga ditambahkan bahan yang lain seperti jamur, ubi, dan bayam).
Zyan tersenyum melihat makanan ini, dia mengingat kalau Liona sering sekali membuatkannya quiche, Zyan dan Liona memang sangat menyukai makanan ini, semenjak kepergian Liona, tidak pernah ada lagi yang membuatkan quiche untuknya.
Dengan semangat Zyan mengambil garpu dan mulai memakan sarapannya, baru disuapan pertama, Zyan merasa takjub karena rasanya sangat enak, hingga Zyan benar-benar menghabiskan makanannya.
"Lio, aku jadi semakin merindukanmu." gumam Zyan, selesai sarapan Zyan mulai bekerja, sambil sesekali melirik ke arah pintu menunggu kedatangan Valencia.
BRAAK
"Zyan sialan!" umpat Arthur saat dia masuk ke ruangan Zyan.
"Apa kau tidak bisa bersikap sedikit lebih sopan kepada atasanmu?" tanya Zyan dengan wajah datar yang tetap fokus dengan berkasnya.
"Lupakan itu bodoh, kenapa ada wanita gila itu di depan ruanganmu?" tanya Arthur dengan sengit.
"Dia membutuhkan pekerjaan, aku hanya membantunya," jawab Zyan dengan santai.
"Tapi tidak harus menjadikan dia sekertaris, masih banyak divisi lain yang kekurangan karyawan apa Lucy tidak cukup?" tanya Arthur.
"Itu tujuanku, agar dia bisa membantu pekerjaan Lucy," jawab Zyan.
"Aku bisa mencarikanmu sekertaris yang lain, dia hanya ingin memanfa ...."
"Tutup mulutmu bastard sialan, lagi pula aku tidak tau jika Zyan CEO di perusahaan ini, kalau aku tau sejak awal, aku tidak akan menerima tawaran ini," ucap Valencia yang baru masuk ke ruangan Zyan.
"Kau pikir aku bodoh dan akan percaya dengan ucapanmu begitu saja?" tanya Arthur seraya menunjuk wajah Valencia.
"CUKUP!" pekik Zyan.
"Jika kalian ingin bertengkar, keluar dari sini, pekerjaanku sedang sangat banyak, dan kau ini hari pertamamu bekerja, jadi bekerjalah dengan baik, tanyakan kepada Lucy apa saja yang harus kau kerjakan, kau boleh keluar," ucap Zyan, dengan menghentakkan kakinya karena kesal Valencia pun pergi dari ruangan Zyan.
"Dan kau, kenapa masih diam di sini, aku tidak ingin kau melibatkan urusan pribadi di sini," ucap Zyan.