Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 21 - Bayangan Masa Lalu

Chapter 21 - Bayangan Masa Lalu

Braak

Zyan menutup pintu kamar Cristie dengan sangat kencang, hal itu membuat Cristie terkejut.

"Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Cristie tapi Zyan tidak mungkin akan mendengarnya.

"Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Cristie lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Zyan akan kembali dan benar-benar membuat Cristie melayaninya. Setelah itu, Cristie menutup jendela dan tirai, Cristis baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya.

"Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disisa lagi oleh, Dad." ucap Cristie lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang, mulai terlelap.

***

"Valencia," gumam Zyan seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya.

"Cantik," gumam Zyan lagi, "astaga ... Kenapa aku terus membayangkan wajah dia," ucap Zyan.

"Maaf, Lio," ucap Zyan lalu mulai memejamkan matanya, menuju ke alam mimpi, berharap Liona akan datang lagi mengunjunginya.

"Dia sudah datang, Mr. Damian." ucap seorang wanita serupa bisikan, mata Zyan yang sudah terpejam kembali terbuka.

"Siapa?" tanya Zyan.

"Seseorang yang akan merubah hidupmu," jawabnya.

"Aku tidak mengerti," ucap Zyan.

"Nanti kau akan mengerti, dan kau akan melupakan aku. Tapi tak apa, aku akan sangat senang melihatmu bahagia, dan mengakhiri semuanya, sudah cukup Zyan, aku tidak ingin melihatmu terus seperti ini."

"Dengarkan aku Honey, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakanmu, kau pasti sudah tau itu, aku bahagian dengan keadaan ini, apalagi saat melihat orang yang melecehkanmu terkapar tak berdaya di hadapanku," ucap Zyan.

"No Zyan, hati kecilmu bertentangan dengan apa yang kau pikirkan, hentikan semuanya, keluarlah dari kegelapan ini bersama dengannya, aku yakin akan ada cahaya yang sangat terang hadir dalam hidupmu dan akan membuatmu bahagia, aku berharap kali ini kau akan mendengarkan aku, aku mencintaimu." ucapnya lalu pergi menjauh.

"Lio!" pekik Zyan lalu duduk seraya memijat keningnya.

"Aku juga sangat mencintaimu," ucap Zyan dengan lirih, lalu beranjak mengambil minuman yang ada di kulkas mini, tapi sayangnya ternyata tidak ada minuman apa-apa.

"Mungkin para pelayan itu lupa mengisi kulkas ini," ucap Zyan lalu keluar dari kamarnya untuk mencari minuman yang dia inginkan, Zyan melirik jam di tangannya waktu baru menunjukkan jam satu malam.

"Wanita itu sedang tidur, atau sedang berkeliaran tidak jelas seperti biasanya?" tanya Zyan seraya menekan tombol lift.

"Kenapa juga aku peduli," ucap Zyan saat sampai di lantai bawah, Zyan langsung menuju dapur, matanya memicing melihat tubuh mungil tampak sedang membuat sesuatu.

"Sedang apa kau?" tanya Zyan, yang disapa sontak menolehkan kepalanya.

"Zy ... Zyan," jawab Cristie dengan suara terbata.

"Apa aku terlihat seperti hantu, hingga kau ketakutan seperti itu melihatku?" tanya Zyan seraya membuka kulkas untuk mengambil soft drink. Lalu Zyan duduk di kursi pantry.

"Kau tuli?" tanya Zyan kesal karena Cristie tidak menjawab pertanyaannya.

"Kau lebih menyeramkan dari hantu, yang siap akan memangsaku kapan saja," jawab Cristie dengan malas.

"Baiklah, akan aku makan kau sekarang juga," ucap Zyan.

"Silahkan saja, aku akan memukulmu dengan ini," ucap Cristie seraya mengacungkan pot bekas dia memasak.

"Kau membuat apa?" tanya Zyan karena mencium aroma yang sangat menggugah selera.

"Ini," jawab Cristie seraya membawa piring berisi mi.

"Pantas saja kau sangat kurus, kau memakan makanan seperti ini," ucap Zyan.

"Biarkan saja," ucap Cristie lalu mulai menikmati mi yang sudah dia buat, Zyan merasa sangat ingin mencicipi mi buatan Cristie, tanpa ijin dari pemiliknya Zyan menarik piring itu ke hadapannya.

"Zyan, aku sedang makan," ucap Cristie dengan kesal.

"Kau masak lagi, aku ingin mencoba ini," ucap Zyan.

"Cih ... Tadi kau meledekku, sekarang kau ...."

"Uhuk ... Uhuk ... Uhuk." Zyan tersedak saat menikmati suapan pertama mi buatan Cristie, dengan cepat Zyan meraih air yang dekat dengannya.

"Kau kenapa?" tanya Cristie.

"Mi apa yang kau buat?" tanya Zyan dengan mata yang memerah karena menahan pedas.

"Oh ... Itu mi shayang," jawab Cristie.

"What?" tanya Zyan.

"Mi shayang, Zyan," jawab Cristie.

"Aku baru mendengar, lagi pula kenapa rasanya sangat pedas seperti ini?" tanya Zyan.

"Hmm ... Rupanya kau ketinggalan trend makanan jaman sekarang," ucap Cristie lalu menarik kembali piringnya.

"Aku tidak tau," ucap Zyan yang bergidik saat melihat Cristie sangat menikmati mi yang sangat pedas itu.

"Mi shayang ini, mi pedas yang sangat terkenal di Korea," ucap Cristie.

"Whatever, kau setiap hari makan mi itu?" tanya Zyan.

"Ya, memangnya kenapa?" tanya Cristie, namun Zyan malah menoyor kepala Cristie.

"Kepalamu benar-benar kosong, kau bisa sakit jika memakan itu setiap hari," jawab Zyan.

"Aku tau," ucap Cristie.

"Lalu?" tanya Zyan.

"Jangan banyak bertanya, pergi tidur sana, aku jadi tidak fokus makan karena kau banyak bertanya," jawab Cristie.

"Ternyata dibalik keluguan, kau sangat menyebalkan," ucap Zyan, lalu beranjak dari tempatnya.

"Jangan lupa untuk mengunci pintu, kalau tidak, aku akan menerkammu," ucap Zyan yang berbisik tepat di telinga Cristie hal membuat gadis itu meremang kerena merasa geli. Zyan pun segera pergi kembali ke kamarnya.

"Dia sangat menyebalkan," ucap Cristie melanjutkan makannya.

***

Keesokan harinya, Zyan sudah bersiap untuk menuju ke kantor, semua orang sudah berkumpul di meja makan, tapi Zyan tidak berniat untuk sarapan karena ada Merlin di sana.

"Kau mau ke mana?" tanya Elma.

"Ke kantor, Oma," jawab Zyan.

"Sarapan dulu," ucap Elma.

"Tidak Oma, aku sedang tidak bernafsu untuk makan," ucap Zyan mendelik sinis kepada Merlin.

"Nanti temui Opa ke Royal," ucap Felix.

"Untuk apa, Opa?" tanya Zyan.

"Temui saja, saat jam makan siang," jawab Felix.

"Ya," ucap Zyan dengan singkat.

"Tunggu Zyan!" cegah Elma, saat Zyan melangkahkan kakinya.

"Ada apa lagi, Oma?" tanya Zyan dengan malas.

"Cristie, tolong siapkan makanan untuk Zyan, jika tidak anak itu akan melupakan sarapannya," ucap Elma, Cristie pun segera menuruti perintah Elma.

"Tidak perlu Oma, aku bisa beli," ucap Zyan.

"Jadi kau tidak mau memakan makanan yang Oma buat?" tanya Elma.

"Bukan seperti itu Oma, tapi ...."

"Tapi apa, huh?" tanya Elma dengan sengit, Zyan tidak ingin berdebat lagi, mau tidak mau dia menuruti keinginan Elma, setelah makanannya siap, Cristie memberikan paper bag berisi makanan kepada Zyan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Zyan langsung pergi begitu saja.

"Ya Tuhan, anak itu bahkan lupa bagaimana caranya untuk berterima kasih," ucap Elma dengan gemas.

"Dia memang tidak tau berterima kasih, aku sangat menyesal karena aku tidak melenyapkan dia saat itu." ucap Merlin di dalam hatinya dengan tatapan yang tidak bersahabat kepada Elma.