"Buat laporan pelaku kekerasan," jawab Zyan, Cristie yang mendengarkan ucapan Zyan sangat terkejut.
"Untuk apa?" tanya Arthur.
"Seorang ayah yang menganiaya dan menjual putrinya, aku sudah memberikan uang kepada dia, besok dia pasti pergi ke bank untuk mengambil uang itu, polisi bisa menangkapnya di sana," jawab Zyan.
"Baiklah, sebentar lagi pekerjaanku selesai, setelah itu aku akan menuju kantor polisi," ucap Arthur.
"Kerjakan dengan cepat, aku akan segera mengirim bukti kepadamu, sampah seperti dia harus segera mendapatkan pelajaran!" perintah Zyan lalu dia memutuskan sambungan telponnya.
"Aku memerlukan hasil pemeriksan dia," ucap Zyan.
"Tapi, Tuan, kami tidak bisa melakukan visum sebelum ada laporan dari pihak kepolisian," ucap Dokter.
"Aku tau, lakukan saja apa yang aku minta," ucap Zyan.
"Aku mohon jangan lakukan itu," ucap Cristie.
"Kenapa? Dia pasti sudah sering melakukan itu kepadamu," ucap Zyan.
"Ya, bagaimana pun dia tetap ayahku, aku tidak ingin melihat dia mendekam di penjara kerena aku, aku tidak ingin mendengar lagi dia mengatakan aku pembawa sial dan wanita murahan, sekarang aku sudah lepas dari belenggunya, dan itu sudah cukup untukku, aku juga tidak ingin melibatkanmu dalam masalahku," ucap Cristie lalu beranjak dari tempatnya berbaring.
"Lebih baik kita pergi, oma pasti sudah menunggu kedatangan kita," ucap Cristie lalu pergi lebih dulu dari ruangan dokter.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Zyan.
"Seperti yang Anda katakan, dia pasti sering mengalami kekerasan, aku melihat ada lebam juga di pundaknya," jawab Dokter, lalu menuliskan resep obat dan salep untuk Cristie.
Setelah membeli obat, Zyan pun menyusul Cristie yang sudah menunggunya di parkiran.
Zyan segera membuka pintu mobilnya, tanpa diminta lagi Cristie langsung masuk ke mobil Zyan. Zyan pun mengirim pesan kepada Arthur agar dia tidak jadi ke kantor polisi sesuai keinginan Cristie. Di perjalanan, keadaan kembali hening hingga mereka sampai di mansion, ternyata Felix, Elma dan Jonathan sedang bicara di sofa.
"Kenapa kalian lama sekali?" tanya Elma.
"Tadi ada kejadian ...."
"Aku kebingungan mengemas pakaian oma, ayahku menahan aku untuk pergi, jadi aku mencoba memberikan pengertian dulu kepadanya," jawab Cristie menyela Zyan.
Zyan yang mendengat itu mengerutkan keningnya, kenapa Cristie harus berbohong kepada Elma.
"Benarkah? Sepertinya ayahmu sangat menyayangimu?" tanya Felix dengan alis yang terangkat.
"I ... Iya Opa, dia sangat menyayangi aku, sampai-sampai aku menangis karena aku akan bekerja di sini dan tinggal di sini," jawab Cristie, sedangkan Zyan yang mengetahui keadaan sebenarnya melayangkan tatapan tajam kepada Cristie, untuk apa Cristie menutupi perbuatan buruk ayahnya. Cristie hanya menjawab tatapan Zyan dengan menggelengkan kepala.
Mata Elma memicing saat melihat sesuatu yang tidak beres dengan keduanya.
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing.
"Ti ... tidak, Oma," jawab Cristie dengan gugup.
"Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma.
"A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur," jawab Cristie.
"Astaga ... dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Zyan lirih dengan gemas karena kebodohan Cristie.
"Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma.
"Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Cristie mengalihkan pembicaraan.
"Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Cristie mendorong kursi roda Elma menuju kamar.
Zyan juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Felix.
"Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Zyan.
"Duduk, Opa ingin bicara dengan kalian, tidak ada yang bicara dengan emosi," ucap Felix. Zyan pun dengan malas menuruti perintah Felix.
"Sampai kapan kalian akan seperti ini?" tanya Felix sambil menatap Zyan dan Jonathan bergantian.
"Sampai wanita itu mengakui kejahatannya," jawab Zyan dengan malas.
"Dad dengar, dia selalu bersikap kurang ajar," ucap Jonathan.
"Apa kalian tidak bisa memberikan aku ketenangan di usiaku yang sudah tua ini? Apa sampai aku mati kalian akan bersikap seperti ini, atau kalian akan saling membunuh?" tanya Felix dengan tatapan tajamnya, baik Zyan maupun Jonathan tidak ada yang bicara lagi.
"Hanya kalian penerus keluarga Harisson, jika kalian saling membenci bagaimana dengan keluarga ini, kau harus bersikap sopan kepada ayahmu, Zyan, selama ini Opa tidak pernah mendengar kau memanggilnya Ayah atau Daddy. Dan kau Jonathan, jangan terlena dengan apa yang diucapkan oleh istrimu, apa yang kau lihat belum tentu itu yang terjadi," ucap Felix seraya menatap anak dan cucunya bergantian.
"Maksud Daddy apa?" tanya Jonathan.
"Kau jangan terlalu percaya dengan ucapan Merlin, semuanya harus diselidiki terlebih dahulu," jawab Felix.
"Untuk apa diselidiki, semuanya sudah jelas, Kellie mengkhianati aku, bahkan dia tidur dengan laki-laki lain, jika saja dulu Daddy tidak melakukan test DNA, mungkin aku akan ragu jika Zyan adalah anakku," ucap Jonathan.
"What? Test DNA?" tanya Zyan memekik.
"Ya, aku ragu karena ibumu terbukti tidur dengan pria lain," jawab Jonathan dengan datar.
"Aku tidak percaya Mom melakukan itu, aku yakin semuanya adalah manipulasi istrimu, kau yang tega mencampakkan Mom dan aku hanya demi dia," ucap Zyan.
"Tidak ada manipulasi Zyan, semuanya sudah jelas," ucap Jonathan tetap pada pendiriannya.
"Tidak, kau ...."
"Hentikan, aku sudah katakan jika tidak ingin bicara dengan emosi, apa urusan seperti ini saja harus aku yang turun tangan untuk menyelesaikan?" tanya Felix.
"Maksud, Opa?" tanya Zyan.
"Kau pasti tau apa yang Opa maksud, Zyan. Dan Jonathan, kau terlalu dibutakan oleh istrimu," jawab Felix.
"Dia wanita yang baik Dad, kalian yang selalu berburuk sangka kepada Merlin," ucap Jonathan.
"Cih ... wanita baik, aku muak mendengarnya," ucap Zyan lalu beranjak dari tempatnya berlalu menuju lift.
"Zyan tunggu, aku belum selesai bicara!" pekik Jonathan.
"Simpan semua omong kosongmu untuk orang lain, akan aku buktikan jika istrimu bukan wanita baik-baik," ucap Zyan sebelum dirinya benar-benar masuk ke lift.
"Kau lihat Dad, bahkan dia semakin liar dan tidak sopan," ucap Jonathan.
"Kau yang tidak bisa mengendalikan dia," ucap Felix, berlalu menuju kamarnya.
"Apa yang salah dengan Merlin, kenapa mereka mengatakan seperti itu." Jonathan menghempaskan kepalanya di sofa.
"Kellie, andai saja kau tidak berkhianat, mungkin kita akan hidup bahagia bersama Zyan sekarang," ucap Jonathan.
Merlin yang sejak tadi memperhatikan perdebatan mereka, dari lantai dua mengepalkan tangannya dengan kuat, "Sial ... mereka membuat keyakinan Jonathan goyah, kita lihat saja nanti apakah Jonathan akan mempercayai kalian atau aku."
"Hei wanita ular, kau sedang menguping pembicaraan kami? Dasar tidak tau malu," ucap Zyan dengan tatapan tajam, saat akan masuk ke lift, Zyan melirik sekilas ke lantai dua melihat Merlin diam-diam memperhatikan mereka.