Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 17 - Korban Kekerasan

Chapter 17 - Korban Kekerasan

Cristie tersenyum saat mendengar perdebatan Valencia dan Zyan, dia pikir tidak akan ada orang yang berani melawan Zyan, tapi ternyata gadis itu sangat berani, bahkan dia sampai memaki Zyan. Setelah mengucapkan sumpah serapahnya, Zyan kembali melajukan mobil menuju ke rumah Cristie.

Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Cristie melirik sekilas Zyan yang tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Cepatlah, tidak perlu membawa terlalu banyak barang," ucap Zyan dengan tatapan datarnya.

"Masuklah dulu, aku akan membuatkan teh untukmu," ucap Cristie.

"Tidak perlu!" ucap Zyan, Cristie hanya menghela nafasnya dengan panjang melihat tingkah Zyan. Cristie pun masuk ke rumahnya untuk berkemas.

Cukup lama Cristie di dalam dan membuat Zyan jenuh, akhirnya dia memainkan ponselnya, Zyan kembali menghentikan kegiatannya saat melihat pria paruh baya masuk ke rumah Cristie dengan wajah merah karena dia marah.

"Dasar wanita murahan!" bentak pria itu dari dalam rumah.

"Siapa dia?" tanya Zyan lirih.

"Apa peduliku," ucap Zyan yang kembali fokus menatap layar ponselnya.

BRAAK

"DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu lagi semakin nyalang bahkan suaranya kembali terdengar keluar rumah, Zyan pun kembali menajamkan penglihatan dan pendengarannya.

"Aku baru pulang bekerja." terdengar samar-samar suara Cristie yang ketakutan dari dalam sana.

"Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi.

"Tidak, Dad, aku hanya pergi ke ...."

"Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Cristie.

Zyan yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya, dia yakin jika Cristie sedang dianiaya oleh pria itu, Zyan memang selalu berkata kasar dan terkesan tidak memiliki hati kepada wanita. Tapi sebenarnya, dia tidak bisa melihat wanita dianiaya atau dilecehkan seperti itu.

"Ada apa ini?" tanya Zyan dengan dingin seraya menatap datar kepada pria yang sedang menjambak rambut Cristie, bahkan kedua sudut bibir Cristie sudah mengeluarkan darah segar, mungkin karena ditampar dengan sangat kencang oleh pria itu.

"Oh ... Jadi dia pria yang membayarmu malam ini? Wah ternyata kau pintar sekali mencari mangsa, sepertinya dia orang yang sangat kaya," ucap pria itu, lalu melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Cristie.

"Bukan, Dad, dia adalah ...."

"Memang kenapa jika aku membayarnya untuk menemaniku tidur malam ini?" tanya Zyan dengan melipat tangannya di dada.

"Berapa uang yang kau keluarkan untuk membayar wanita murahan ini?" tanya pria itu.

"Dad!" pekik Cristie, dia tidak menyangka jika ayahnya akan bertanya seperti itu kepada Zyan.

"Diam! Kau wanita murahan sama seperti ibumu, jadi sekalian saja aku jual kau kepada dia, sepertinya dia bisa memberikan aku uang yang sangat banyak." ucap ayah Cristie dengan senyuman menyeringai.

"Aku bukan barang, Dad!" pekik Cristie lagi.

Zyan pun mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, lalu dia lemparkan uang itu kepada ayah Cristie, mata pria paruh baya itu berbinar saat melihat uang berterbangan, lalu dengan cepat dia mengambil uang yang berserakan di lantai.

"Cepat kemasi barangmu," ucap Zyan dengan tatapan tajam kepada Cristie. Cristie pun kembali menuju kamarnya untuk mengambil pakaian, luka yang dia rasakan ditubuhnya tidak seberapa dibanding dengan luka dalam hatinya, ayahnya dan Zyan menganggap dia seperti wanita murahan yang bisa dibeli dengan uang.

"Hei kau, ini hanya untuk sewa satu malam, kau jangan membawa kabur dia," ucap pria itu.

"Cih ... Manusia tidak berguna, berapa yang kau inginkan? Sebutkan saja, aku akan memberikannya," ucap Zyan.

"Tiga puluh ribu dollar," jawabnya, lalu Zyan pergi menuju mobilnya.

"Sangat sombong, tadi dia mengatakan aku meminta harga berapa untuk wanita murahan itu, tapi dia malah pergi, ternyata dia tidak sekaya yang aku pikirkan," ucapnya mengejek.

Tak lama, Zyan pun kembali dengan membawa secarik kertas, lalu melemparkan kepada pria itu.

"Lima puluh ribu dollar," ucap Zyan seraya menatap tajam kepada pria itu.

"Cek ini asli atau tidak?" tanya pria itu.

"Buktikan saja, tapi jika kau berani menemui dia lagi, aku tidak akan segan-segan untuk mencabut kepalamu," jawab Zyan.

"Deal, kau bawa dia, aku sudah tidak memerlukan wanita murahan ini lagi, semoga kau tidak menyesal telah mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli dia," ucapnya lalu pergi dari rumah Cristie. Zyan pun kembali menunggu di dalam mobilnya.

Cristie keluar dari kamar dengan mata sembab, selama merapikan pakaian, air mata Cristie mengalir tanpa bisa dibendung, entah nasib buruk apalagi yang akan menimpanya di kemudian hari.

Ibunya yang meninggal karena kecelakaan, dan ayahnya yang tidak pernah mengakui Cristie sebagai anak kandungnya, sampai-sampai Cristie pernah melakukan test DNA, di rumah sakit tempat dia bekerja untuk membuktikan ucapan ayahnya, Cristie bahkan memberikan hasil test itu kepada ayahnya. Tapi, ayahnya tetap tidak percaya dia malah mengatakan jika Cristie memanipulasi hasil test itu.

Sebelum keluar dari rumah, mata Cristie menyusuri setiap sudut rumah yang meninggalkan banyak kenangan tentang ibunya, entah kesalahan apa yang telah dilakukan oleh ibunya sehingga ayahnya tidak mau menerima Cristie sebagai anak kandungnya.

Cristie mulai menarik kopernya dengan langkah gontai, setelah ini dia tidak tau apa yang akan Zyan lakukan, sekarang Zyan sudah membeli dirinya seperti wanita murahan di luar sana, haruskah Cristie memberikan kehormatan yang selama ini dia jaga demi membayar uang yang telah Zyan berikan kepada ayahnya, mungkin Cristie akan bekerja seumur hidup untuk mengganti semuanya.

Zyan meraih koper yang dipegang oleh Cristie saat wanita itu keluar dari rumahnya, lalu Zyan membawa masuk koper itu ke mobilnya, dilihatnya wajah Cristie yang lebam dan mata yang sembab. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Zyan membukakan pintu mobil untuk Cristie. Cristie yang tidak fokus hanya diam mematung memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini, apakah dia akan menjadi budak nafsu Zyan? Entahlah.

"Masuk!" perintah Zyan membuat Cristie terkejut. Zyan langsung menarik lengan Cristie agar dia masuk ke mobil, setelah Zyan duduk dia mulai melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit, sesekali Zyan melirik Cristie yang masih menghapus air matanya.

"Ternyata dia korban kekerasan." batin Zyan berucap, Cristie yang tidak memperhatikan jalan terkejut karena sekarang dirinya berada di parkiran rumah sakit.

"Turun!" perintah Zyan.

"Untuk apa kita datang ke sini?" tanya Cristie.

"Turuti saja perintahku, tidak perlu banyak bertanya," jawab Zyan lalu dia turun lebih dulu, begitu juga dengan Cristie, dia tidak ingin berdebat lagi dengan Zyan, karena suasana hatinya sedang sangat tidak baik saat ini.

"Dokter, periksa keadaannya," ucap Zyan saat mereka menghampiri salah satu dokter.

"Mari," ucap Dokter itu, Zyan pun pergi mengikuti mereka masuk ke ruang periksa.

Di sana Zyan mengambil ponselnya untuk menghubungi Arthur.

"Di mana kau?" tanya Zyan saat Arthur sudah menerima panggilan telpon darinya.

"Masih di kantor, ada apa?" tanya Arthur.

"Buat laporan pelaku kekerasan," jawab Zyan, Cristie yang mendengarkan ucapan Zyan sangat terkejut.