Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 14 - Perjodohan Lagi?

Chapter 14 - Perjodohan Lagi?

Valencia langsung bungkam mendengar ucapan Zyan, kedua matanya kembali memandang wajah Zyan yang fokus menatap ponselnya.

"Sangat tampan," ucap Valencia di dalam hatinya.

"Katakan pada supir, kau akan turun di mana," ucap Zyan tanpa menoleh kepada Valencia sedikit pun.

"Aku turun di sini saja," ucap Valencia, padahal ini masih jauh menuju rumahnya, Valencia tidak ingin terus bersama Zyan karena dia merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya saat berdekatan dengan Zyan.

"Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun, turun saja," ucap Zyan.

"Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Valencia di dalam hatinya.

"Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Zyan lagi.

"Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Zyan," ucap Valencia.

"Benarkah?" tanya Zyan dengan alis yang terangkat.

"Kau punya indra ke enam?" tanya Valencia.

Pletak

"Aww." lagi-lagi Zyan menyentil kening Valencia dan membuat gadis itu meringis.

"Ternyata otakmu tertinggal di club sana," ucap Zyan.

"Menyebalkan!" umpat Valencia, lalu turun dari mobil Zyan yang baru saja berhenti.

"Terima kasih, Pak," ucap Valencia kepada supir Zyan, membuat Zyan mendelik sinis kepadanya.

"Apa? Jangan harap aku akan mengucapkan terima kasih kepadamu," ucap Valencia dengan sengit lalu pergi.

"Gadis tidak tau diri, sudah ditolong malah bersikap kurang ajar," ucap Zyan, lalu sang supir melajukan kembali mobilnya.

"Tuan, kita langsung menuju kantor?" tanya supir.

"Ke rumah dulu, aku harus mengganti pakaian dan mengambil berkas," jawab Zyan, mereka pun menuju rumah terlebih dahulu.

Setelah sampai rumah, Zyan segera menuju kamarnya untuk bersiap.

"Zyan!" siapa lagi jika buka teman kurang ajarnya yang memanggil Zyan dengan sangat kencang.

"Dia mengantarkan nyawa sendiri," ucap Zyan, setelah memakai jasnya, Zyan keluar untuk memaki pria itu.

"Rupanya, semalam kau bersenang-senang," ucap Arthur yang sudah duduk manis di meja makan.

"Sekali lagi kau meminta wanita murahan itu menggodaku, aku akan benar-benar melenyapkanmu." Arthur malah tertawa dengan kencang mendengar ucapan Zyan.

"Kau jangan tertawa, bodoh!" ucap Zyan dengan sinis.

"Kau yang bodoh, semalaman tidur dengan wanita cantik, tapi kau tidak melakukan apapun, membuang-buang waktu, seharusnya kau bermain beberapa ronde dengan dia, bukan malah tidur sampai pagi," ucap Arthur.

"Aku bukan pria bastard sepertimu," ucap Zyan lalu mulai memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh pelayan.

"Kenapa kau bisa tidur dengan gadis menyebalkan itu?" tanya Arthur.

"Lagi-lagi dia mabuk," jawab Zyan.

"Satu atau dua kali bertemu, namanya memang kebetulan, jika ketiga kali bertemu lagi, berarti itu sudah takdir," ucap Arthur.

"Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan," ucap Zyan, dia sudah menghabiskan makanannya, saat akan beranjak, ponselnya berdering.

"Halo, ada apa, Oma?" tanya Zyan.

"Oma, ingin bertemu denganmu, apakah sore ini kau bisa datang ke mansion?" tanya Elma.

"Baiklah, Oma, pulang dari kantor nanti, aku akan menemui Oma," jawab Zyan.

"Oma tunggu, bye," ucap Elma, lalu dia memutuskan sambungan telponnya.

"Kau cari tau siapa lagi gadis yang akan oma jodohkan denganku," ucap Zyan.

"Memangnya, oma mengatakan jika dia ingin menjodohkanmu?" tanya Arthur.

"Tidak, tapi aku yakin oma akan melakukan itu," jawab Zyan.

"Kau terlalu yakin, bisa saja oma benar-benar ingin bertemu denganmu," ucap Arthur.

"Sudahlah ,lebih baik, kita pergi ke kantor sekarang," ucap Zyan lalu beranjak dari kursinya.

Mereka pun pergi menuju kantor Zyan dan mulai bergelut dengan setumpuk pekerjaan.

***

Sore harinya, sebelum Zyan menuju mansion kakeknya, namun Zyan menuju ruangan Arthur terlebih dahulu.

"Mana, siapa dia?" tanya Zyan.

"Aku tidak tau, semua orang sangat sibuk hari ini," jawab Arthur yang tetap fokus dengan kertasnya, hari ini Arthur harus menyelesaikan beberapa pekerjaan.

"Ck ... kau ini," ucap Zyan sambil berdecak kesal.

"Perjodohan tidak akan membuatmu mati, jadi kau tenang saja," ucap Arthur meledek.

Lalu Ztan beranjak dari tempatnya, untuk menuju ke mansion.

"Apa lagi yang akan mereka lakukan?" tanya Zyan lalu mulai melajukan mobilnya.

Beberapa menit di perjalanan, Zyan tiba di mansion bertepatan dengan seorang wanita cantik.

"Sudah kuduga," ucap Zyan lalu mendelik sinis kepada wanita yang malah tersenyum kepadanya.

"Apa ada yang salah denganku?" tanya wanita itu, karena Zyan berjalan di hadapannya tanpa menyapa dirinya.

"Oma, Opa!" panggil Zyan saat melihat kakek dan neneknya sedang duduk menanti kedatangan Zyan.

"Oh ... ternyata kalian datang di waktu yang bersamaan," ucap Elma.

"Kalian merencanakan apa?" tanya Zyan penuh selidik.

"Kau selalu saja berpikiran buruk kepada orang tua ini," jawab Felix.

"Oma, hanya ingin mengenalkan seseorang yang akan merawat Oma di sini," ucap Elma sambil melirik kepada wanita cantik yang ada di samping Zyan, wanita itu adalah Cristie.

"Ayo, kalian berkenalan dulu," ucap Elma.

"Aku harus pergi lagi, Oma," ucap Zyan.

"Kau mau ke mana? Oma sudah meminta pelayan untuk membuat makanan kesukaanmu," ucap Elma.

"Ada pekerjaan yang harus aku urus, Oma," ucap Zyan.

"Ya sudah, kau lupakan keinginan orang tua ini yang ingin makan malam bersama dengan cucunya, pergi sana, Oma tidak ingin melihat wajahmu lagi," ucap Elma dengan memelas.

Elma yakin jika dia sudah bersikap seperti ini, pasti Zyan tidak akan menolak apa yang dia inginkan.

"Cristie!" panggil Elma karena sejak tadi dia hanya melamun.

"Ya, apa Nyonya memerlukan sesuatu?" tanya Cristie dengan lembut.

"Tidak, aku hanya ingin kau duduk di sampingku," ucap Elma.

Lalu Cristie pun duduk di samping Elma. Felix dan Elma saling pandang, lalu menghela nafasnya panjang karena Zyan sejak tadi diam dengan memasang wajah datarnya yang serius menatap ponsel.

"Bongkahan es itu kapan akan mencair lagi?" tanya Felix.

"Entahlah, aku juga tidak tau apa yang membuat bongkahan es itu semakin keras," ucap Elma.

"Tidak perlu menyindir, aku sudah mengerti apa yang dimaksud, Oma dan Opa," ucap Zyan.

"Baguslah jika kau tau, itu artinya kau pintar," ucap Felix.

"Selamat sore, Mom, Dad, Zyan, kapan kau datang?" tanya Merlin yang baru saja sampai, di tangannya sudah membawa beberapa belanjaan, Zyan yakin jika dia sudah berkumpul dengan teman sosialitanya.

"Tidak perlu basa-basi, aku sangat muak mendengarnya," ucap Zyan dengan sinis.

"Sampai kapan kau akan terus bersikap seperti ini kepadaku, aku ini ibumu," ucap Merlin.

"Cih ... ibuku, sampai kapan pun aku tidak akan pernah menganggap kau sebagai ibuku, wanita murahan," ucap Zyan.

"Baiklah, aku minta maaf," ucap Merlin lagi.

"Apa pantas aku memberi maaf kepadamu, setelah semua kejahatan yang kau lakukan?" tanya Zyan dengan sedikit membentak wanita yang masih terlihat sangat santai saat dirinya dimaki oleh Zyan.

"Oma, Opa aku harus pergi, aku muak melihat wajahnya," ucap Zyan lalu berpamitan kepada kakek dan neneknya.

"Apa kau belum juga puas melihat semua kekacauan ini di sini?" tanya Elma dengan tatapan seperti ingin membunuh Merlin.

Bersambung....