Dengan perlahan Zyan membaringkan Valencia di atas ranjang, saat Zyan akan beranjak Valencia malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Zyan berusaha untuk melepaskan cengkraman Valencia, tapi ...
Bruk
Valencia menarik Zyan dengan kuat, hingga Zyan tersungkur tepat di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Valencia lakukan, mata Zyan semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Valencia, itu membuat jantung Zyan berdetak dengan sangat kencang tidak karuan.
Zyan berusaha untuk melepaskan diri, tapi Valencia malah mengecup bibir Zyan dengan menuntut dan menggebu, apa yang Valencia lakukan membuat Zyan merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Zyan terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Valencia.
"Lepaskan, Zyan, ini tidak benar, kau sudah melukai Liona." batin Zyan berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Valencia.
"Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Valencia, Zyan hanya diam mematung tidak ingin membalas ucapan gadis itu.
"Hidupku rumit, kakak yang over protective, si pria sialan itu yang lebih memilih wanita murahan dari pada aku, balum lagi kedua orang tuaku yang tidak pernah terlihat harmonis, dan sekarang kau juga melalukan hal itu kepadaku," racau Valencia.
"Melakukan apa?" tanya Zyan.
"Dasar bodoh, andai saja kau belum menikah, aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku," jawab Valencia dengan mata yang tetap terpejam.
"Ternyata minuman itu membuat dia semakin tidak waras," ucap Zyan.
"Hey ... aku masih waras, aku hanya sedikit merasa terbang karena meminum itu," ucap Valencia.
"Tidurlah, ucapanmu semakin tidak karuan," ucap Zyan, lalu beranjak dari tempatnya, tapi Valencia menahan lengan Zyan.
"Kau mau ke mana?" tanya Valencia yang sedikit membuka matanya.
"Pulang!" jawab Zyan singkat.
"Jangan tinggalkan aku sendiri di sini, katakan pada istrimu, aku meminjam suaminya hanya untuk malam ini, aku benar-benar membutuhkan teman," ucap Valencia.
"Memangnya aku barang yang bisa kau pinjam sesuka hati," ucap Zyan dengan kesal.
"Whatever, but please, jangan tinggalkan aku, setelah ini aku janji tidak akan mengganggumu lagi, jika kau bertengkar dengan istrimu gara-gara aku, biar aku yang memberikan penjelasan kepada istrimu, kau lelaki yang sangat baik dan selalu menolongku, walupun kau sangat menyebalkan dan seperti gunung es," ucap Valencia.
"Cih ... kau meminta bantuan tapi malah mengejek aku," ucap Zyan semakin kesal.
Bruk
Valencia menarik lagi lengan Zyan hingga membuat Zyan kembali terjatuh di atasnya.
"Hey ... jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, aku tidak akan memberikan barang berhargaku kepada lelaki yang bukan suamiku,"
Pletak
"Aww!" Valencia meringis karena Zyan menyentil keningnya dengan kencang.
"Benar-benar gadis bodoh, kau yang menarikku, bukan aku yang sengaja tidur di atasmu," ucap Zyan.
"Hmm!" gumam Valencia, "kau tidur di sini," ucap Valencia sambil menepuk tempat di sampingnya.
"Tidurlah," ucap Zyan lalu dia berbaring di samping Valencia.
Valencia pun memejamkan mata hingga membuat dia terbuai ke alam mimpi, Zyan terus memandangi wajah Valencia yang sedang terlelap, jantungnya semakin berdetak tidak karuan.
"Sial!" umpat Zyan, "kenapa seperti ini lagi," ucap Zyan lalu berpindah posisi membelakangi Valencia hingga dia juga terbuai ke alam mimpinya.
Malam semakin larut, pasangan anak adam itu tidak menyadari jika mereka tidur dalam keadaan saling berpelukan, tak mereka sadari juga jika ada seseorang yang memperhatikan mereka, siapa lagi jika bukan Arthur.
Setelah menyelesaikan pertarungan sengitnya, Arthur mencari Zyan ke sana-kemari, sampai bertanya kepada satpam yang berjaga, lalu seorang pelayan menunjukkan di mana Zyan tidur. Awalnya, Arthur tak percaya saat pelayan itu mengatakan Zyan masuk ke kamar dengan seorang wanita, dan ternyata pelayan itu tidak berbohong.
Saat sampai di kamar, Zyan tidak mengunci pintu, jadi Arthur bisa dengan mudah masuk ke sana, mata Arthur terbelalak sempurna melihat siapa wanita yang ada di dekapan Zyan, wanita yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Walaupun aku tidak berhasil membuatmu merasakan surga dunia lagi, tapi setidaknya ada kemajuan untukmu, lalu kenapa kau malah tidur dengan wanita menyebalkan ini," ucap Arthur seakan dia akan mendapatkan jawaban dari Zyan yang sudah tidur dengan lelap.
"Aku ingin membantumu untuk menyembuhkan luka karena kepergian Liona," ucap Arthur lagi lalu pergi dari tempat itu.
Pagi harinya, Valencia terbangun dan merasakan ada tangan kekar yang melingkar di perutnya, mata Valencia membulat sempurna melihat siapa pemilik lengan kekar itu.
Valencia kembali memejamkan matanya mencoba untuk mengingat, apa yang sudah terjadi tadi malam hingga membuat dia bisa tidur di samping Zyan, Valencia menepuk keningnya mengingat apa yang sudah dia lakukan semalam.
"Cari mati kau, Valen, bagaimana jika istri Zyan tau kau tidur dengan suaminya, tapi tidak masalah karena kami hanya tidur, tidak melakukan apa-apa lagi," ucap Valencia lirih.
"Zyan, bangun," ucap Valencia sambil memindahkan lengan Zyan perlahan, tapi Zyan malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Bangun, Zyan, ini sudah pagi," ucap Valencia lagi.
"Hmm ... sebentar lagi, Lio, aku masih mengantuk." Valencia merasakan sesuatu saat Zyan menyebut nama wanita lain, entah perasaan sakit hati atau apa, Valencia merasa tidak nyaman mendengar itu.
Zyan yang sadar dengan ucapannya terbangun dan langsung duduk menyandarkan kepala di tepi ranjang, begitu juga dengan Valencia yang ikut duduk dan merapikan pakaiannya.
"Sorry," ucap Valencia.
"Jangan bahas sekarang, ini masih pagi, aku tidak ingin merusak moodku dengan kejadian ini," ucap Zyan lalu dia beranjak menuju kamar mandi.
"Kenapa aku merasakan hal seperti ini saat Zyan menyebut nama wanita lain, ayolah Valen sadar, kau tidak boleh menghancurkan rumah tangga orang lain, apalagi pria baik seperti Zyan, jika semalam kau tidur dengan pria lain, sudah dipastikan pagi ini duniamu akan runtuh," ucap Valencia, tak lama Zyan keluar dari kamar mandi.
"Kau akan pulang sendiri atau pulang bersamaku?" tanya Zyan.
"Kau pulang saja duluan, istrimu pasti sudah menunggu, jika kalian bertengkar, hubungi saja aku, aku akan membantu memberi penjelasan kepada dia," jawab Valencia lalu mengambil kartu nama milik Zyan yang diletakkan di atas nakas, Valencia pun menyalin nomer ponsel yang ada di sana ke ponselnya lalu menghubungi Zyan.
"Itu nomer ponselku," ucap Valencia lalu pergi menuju kamar mandi.
Zyan mengambil ponsel dan dompetnya lalu pergi, tanpa berpamitan kepada Valencia.
"Dasar bodoh, Zyan, kenapa kau meninggalkan gadis itu sendirian," ucap Zyan di dalam hatinya.
Akhirnya Zyan memutuskan untuk menunggu Valencia di parkiran sambil menunggu supir menjemputnya, lima belas menit menunggu supir Zyan datang bersamaan dengan Valencia yang baru saja keluar.
"Kau masih di sini?" tanya Valencia.
"Masuk lah, aku akan mengantarmu pulang," jawab Zyan.
"Tidak, Zyan," ucap Valencia, tapi Zyan malah menarik Valencia untuk masuk ke mobilnya.
"Zyan, jangan ...."
"Jalan!" perintah Zyan kepada supirnya.
"Kau tidak perlu melakukan ini, aku bisa ...."
"Diamlah, kau ini sangat ceroboh!" ucap Zyan menyela lagi membuat Valencia kesal.
Bersambung....