Selama di perjalanan, Zyan hanya diam memikirkan apa yang diucapkan oleh ibunya, apakah Zyan memiliki adik atau kakak yang dilenyapkan oleh orang lain?
"Ah ... Sial!" umpat Zyan.
"Kau mengerti apa yang dimaksud oleh, madam?" tanya Arthur.
"Jika aku mengerti, aku tidak akan mengumpat seperti ini," jawab Zyan semakin kesal.
"Iya juga," ucap Arthur.
"Semuanya malah semakin bertambah rumit," ucap Zyan dengan menghela nafasnya panjang.
"Kau punya adik atau kakak?" tanya Arthur.
"Mana aku tau, mereka selalu mengatakan jika aku anak tunggal, dasar bodoh," jawab Zyan yang memaki Arthur.
"Lalu siapa yang dimaksud oleh madam, jika hanya kau anak madam, kenapa madam bisa berkata seperti itu, siapa yang sudah mereka bunuh?" tanya Arthur.
"Jangan membuat kepalaku semakin pusing dengan pertanyaan bodohmu, Arthur!" maki Zyan, Arthur pun menjadi bungkam seketika.
Zyan semakin tenggelam dalam pikirannya hingga tidak menyadari jika Arthur menghentikan mobilnya di salah satu club malam.
"Turunlah, kita bersenang-senang sejenak," ucap Arthur dengan senyuman menyeringai.
"Kau!" pekik Zyan saat dia menyadari mereka ada di mana.
"Ayolah, nikmati saja malam ini, agar kau bisa melupakan masalahmu sejenak, Zyan," ucap Arthur.
"Kau sangat tau aku tidak suka datang ke tempat seperti ini," ucap Zyan dengan kesal.
"Aku tau, kau terlalu kolot, Zyan, datang ke tempat seperti ini saja tidak mau, please sekali saja, jangan menolak," ucap Arthur dengan tatapan memohon sebenarnya di dalam otak Arthur, sudah tersusun rencana
"Sekali saja, jika kau memaksaku lagi datang ke tempat ini, maka aku akan melenyapkanmu," ucap Zyan dengan tatapan tajam, sedangkan Arthur tersenyum penuh kemenangan, lalu keduanya turun dari mobil dan masuk menuju club malam.
"Arrgh ... aku tidak suka kebisingan ini," ucap Zyan saat mendengar dentuman musik yang sangat memekakkan untuk telinganya. Zyan benar-benar tidak menyukai tempat bising seperti ini, dia lebih suka datang ke tempat sunyi saat dia ingin melepas penat dari segala aktivitasnya.
Arthur sudah berkeliaran untuk pergi mencari mangsa, sedangkan Zyan hanya duduk diam di meja paling pojok, dia tidak ingin berbaur dengan kegaduhan yang terjadi di sana.
Kini Arthur sudah bersama seorang wanita yang duduk di pangkuannya Ayah hanya menggelengkan kepalanya perlahan saat melihat tingkah sahabatnya, lalu Arthur memanggil seorang wanita yang duduk di sampingnya.
"Baby, kenapa kau malah memanggil wanita lain?" tanya wanita yang duduk di pangkuan Arthur.
"Bukan untukku, Honey, aku meminta dia untuk menggoda temanku yang duduk di meja sana," jawab Arthur sambil menunjuk kepada Zyan karena mereka memang duduk di meja yang berjauhan.
"Jika kau berhasil merayu dia, aku akan memberikan hadiah untukmu," ucap Arthur kepada wanita yang akan menggoda Zyan.
"Serahkan padaku, tidak ada satu pun pria yang mampu menolak pesonaku," ucapnya lalu dia pergi menghampiri Zyan.
"Baiklah, permainan dimulai, Zyan, apa kau akan tahan dengan godaan para wanita di sini?" tanya Arthur dengan senyuman menyeringai sambil menatap Zyan.
"Apa kita akan tetap di sini, Baby?" tanya wanita itu dengan manja kepada Arthur.
"Tunggu sebentar, aku ingin melihat bagaimana temanmu mengalahkan ego si pria dingin itu," jawab Arthur dengan tatapan mata terus memperhatikan Zyan yang sedang digoda oleh wanita suruhannya.
Di sudut lain, Zyan tetap fokus dengan ponselnya, dia tak menghiraukan ulah wanita yang berusaha untuk menggodanya. Karena merasa sangat kesal, Zyan mengeluarkan dompetnya untuk mengambil uang.
"Kau ingin ini kan, ambillah dan pergi dari sini, jangan ganggu aku," ucap Zyan sambil melemparkan uang yang cukup banyak di atas meja.
"Bukan ini yang aku inginkan, tapi kau," ucapnya dengan suara dibuat semenarik mungkin.
"Hmm ... baiklah, kau ingin aku penggal di mana, di sini atau di kamar?" tanya Zyan dengan tatapan dinginnya, apa yang Zyan katakan membuat wanita itu merinding lalu beranjak dari samping Zyan.
"Bawa uangmu, dan katakan kepada si bastard itu, akulah pemenangnya," ucap Zyan lagi dengan sini, dia tau jika ini adalah ulah si pria sialan, siapa lagi jika bukan Arthur.
"Beraninya bermain-main denganku," ucap Zyan sambil merapikan jasnya.
Wanita itu lalu menghampiri Arthur lagi dengan wajah kesal karena dia ditolak oleh Zyan.
"Kau tidak ahli merayu, Nona," ucap Arthur dengan senyuman mengejek.
"Bukan aku yang tidak pandai merayu, tapi temanmu yang memiliki kelainan," ucapnya lalu memberikan uang yang dia ambil dari Zyan kepada Arthur.
"Ambil saja untukmu, aku tidak butuh uang itu," ucap Arthur.
"Cih ... combong sekali," ucap wanita itu lalu dia pergi.
"Ayo, Baby, kita bersenang-senang sekarang, kita sudah membuang-buang waktu dengan memperhatikan temanmu yang seperti bongkahan es itu," ucap wanita yang bersama Arthur.
"Baiklah, puaskan aku sekarang, Baby," ucap Arthur lalu mereka menuju lantai dua, tempat di mana tersedia kamar untuk para tamu yang ingin menghabiskan malam dengan kekasih satu malamnya.
"Sial!" maki Zyan saat dia melihat Arthur naik menuju lantai dua dengan menggandeng seorang wanita sangat mesra.
"Kenapa aku mudah sekali dibodohi oleh manusia tidak berguna itu," maki Zyan lagi.
"Pergi, jangan dekati aku, atau aku akan melenyapkanmu!" Zyan menoleh ke arah suara itu, sepertinya Zyan sangat mengenali suara wanita yang sedang memaki seorang pria.
Zyan langsung beranjak dari tempatnya untuk membuktikan apa yang dia pikirkan benar atau tidak. Tenyata benar dugaan Zyan, wanita itu adalah Valencia yang sudah dalam keadaan mabuk berat.
"Cih ... satu lagi manusia bodoh ada di sini," ucap Zyan, tanpa Zyan duga Valencia berjalan sempoyongan menghampirinya.
"Ternyata kau juga suka datang ke tempat seperti ini manusia kutub," racau Valencia seraya menunjuk Zyan.
"Apa kau bilang?" tanya Zyan dengan rahang yang mengeras.
"Ya, kau manusia kutub, untuk bicara saja kau hanya bisa mengeluarkan satu kata," jawab Valencia.
"Aku benar-benar sial jika bertemu dengan gadis ini," ucap Zyan, lalu dia memutar tubuhnya untuk pergi dari tempat menyebalkan ini tapi tiba-tiba....
Bruk
Valencia jatuh tersungkur mengenai punggung Zyan, dengan sigap Zyan menangkap tubuh Valencia.
"Astaga, jika kau tidak sanggup minum, kenapa kau harus minum, dasar wanita bodoh," maki Zyan lalu dia menggendong Valencia menuju lantai dua, dia tidak mungkin membawa Valencia ke hotel, bukan tidak mungkin, tapi Zyan malas membawa Valencia karena dirinya tidak membawa mobil.
"Jika kau laki-laki, maka aku akan melenyapkanmu, Valencia," maki Zyan kepada Valencia yang kini berada di gendongannya.
Zyan sangat kesal karena bertemu lagi dengan Valencia dalam keadaan seperti ini.
"Buka pintu ini!" perintah Zyan kepada seorang pelayan yang lewat di hadapannya, dengan patuh pelayan itu membukakan pintu kamar untuk Zyan. Zyan pun masuk ke kamar, dia hanya ingin membaringkan Valencia, lalu Zyan segera pergi dari sana, tapi....
Bersambung....