"Setidaknya nikmati masa muda ini, Zyan. Kau memiliki segalanya, tapi kau tidak bisa menikmati apa yang kau punya, belum lagi kau adalah pewaris tunggal Royal, wanita mana yang tidak mau denganmu, mereka tidak tau kau keturunan Harisson saja, banyak yang mendekatimu, tapi kau tetap menutup hati," ucap Arthur.
"Terbukti, jika tidak ada wanita yang seperti Liona, dia menerima aku apa adanya, walaupun dulu aku tidak memiliki apa-apa untuk dia," ucap Zyan.
Memang benar, saat Zyan menikah dengan Liona, Zyan hanya berprofesi sebagai arsitek yang belum memiliki apa-apa, belum lagi Zyan harus menopang kehidupan ibunya di rumah sakit.
Lalu kenapa Zyan tidak menggunakan fasilitas yang diberikan oleh kakeknya? Itu karena Zyan bersitegang dengan ayahnya dan bersumpah tidak akan menggunakan apa yang dimiliki oleh keluarga Harisson.
Zyan lebih memilih pergi dan menyembunyikan identitasnya, sejak sekolah Zyan banting tulang mencari pekerjaan dari cafe sana ke cafe sini, sampai menjadi office boy di perusahaan milik orang tua temannya, saat malam hari Zyan bekerja sebagai bartender di salah satu cafe untuk membiayai kuliahnya, dari situlah Zyan bertemu dengan Liona.
Zyan menyunggingkan senyuman tipis saat mengingat pertama kali Zyan bertemu dengan Liona, dia memang memiliki kekurangan, tapi Liona terlihat sempurna di mata Zyan.
"Zyan, are you okay?" tanya Arthur seraya mengibaskan telapak tangannya di hadapan wajah Zyan.
"Hmm!" gumam Zyan.
"Sudahlah, lebih baik aku mencari teman tidur malam ini," ucap Arthur yang mulai beranjak dari kursinya.
"Kau bisa tertular penyakit berbahaya jika seperti ini terus," ucap Zyan.
"Aku tau," ucap Arthur.
"Lalu?" tanya Zyan, Arthur tidak menghiraukan ucapan Zyan, dia segera pergi dari rumah mewah itu.
"Ck ... dasar pria itu," ucap Zyan.
"Zyan, ikut aku!" ucap Arthur yang kembali masuk ke rumah Zyan.
"Ke mana?" tanya Zyan.
"Ikut saja, kau pasti akan suka," jawab Arthur. Saat di luar, terlintas ide gila Arthur untuk membawa Zyan ke suatu tempat yang menurutnya sangat asik.
"Aku tidak mau ikut, kau pasti akan pergi mencari wanita untuk teman ONS," ucap Zyan.
"Tidak, ayolah ikut, bersenang-senang sedikit, untuk melepas lelah setelah seharian bekerja," ucap Arthur
"Oke, jika kau memaksa aku menemui wanita, aku akan melenyapkanmu" ucap Zyan.
"Lenyapkan saja aku, asal kau bisa lepas dari belenggu ini, aku tidak takut," ucap Arthur dengan santainya.
Zyan pun merapikan laptopnya dan beranjak mengikuti langkah Arthur, keduanya masuk ke mobil Arthur dan pergi.
"Pergi ke mana?" tanya Zyan lagi.
"Diamlah!" jawab Arthur ketus.
"Haiish ... Kalau begitu, antar dulu aku ke rumah sakit," ucap Zyan.
"Bukankah tadi kau sudah menemui, madam?" tanya Arthur.
"Ya, tapi dia sedang tidur, mampir dulu ke restoran sushi," jawab Zyan.
"Oke," ucap Arthur, lalu mereka berhenti di salah satu restoran sushi yang cukup terkenal, Zyan membelikan apa yang diinginkan oleh Grace, wanita itu memang sangat menyukai sushi dan sashimi.
"Untuk siapa?" tanya Arthur.
"Dokter Grace," jawab Zyan.
"Kau menyadari sesuatu atau tidak?" tanya Arthur.
"Apa?" tanya Zyan dengan kening yang berkerut.
"Kau perhatikan wajah Dokter Grace, bukankah dia sangat mirip dengan, madam?" mata Zyan terbelalak sempurna saat dia mendengar pertanyaan Arthur. Zyan pun cukup lama terdiam untuk mencerna apa yang Arthur katakan, selama ini kenapa dia tidak menyadari itu sama sekali, padahal Zyan yang sering berinteraksi dengan Grace.
Wanita itu, baru empat tahun ini menjadi dokter ibunya. Ya, wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu adalah Kellie, ibu kandung Zyan.
Sudah bertahun-tahun Kellie dirawat di rumah sakit jiwa, sebelum Grace yang menangani Kellie, keadaan wanita itu tidak ada perubahan sama sekali, malah keadaannya semakin memburuk dan kejiwaannya semakin terguncang, hingga pimpinan rumah sakit merekomendasikan Grace kepada Zyan untuk merawat ibunya.
Tentu saja Zyan tidak sembarangan menerima, Zyan menyelidiki siapa Grace terlebih dahulu, tapi orang kepercayaannya hanya memberikan informasi Grace adalah dokter terbaik lulusan Jerman.
Semenjak kehadiran Grace, keadaan Kellie berangsur-angsur pulih, kini Kellie bisa diajak komunikasi walaupun sesekali masih merasa ketakutan dan Kellie akan meracau tidak jelas.
"Zyan, kau jangan diam saja bodoh," ucap Arthur dengan gemas karena Zyan masih diam dan tidak menanggapi apa yang dia katakan sama sekali.
"Aku tidak menyadari sama sekali apa yang kau katakan tadi, Arthur," ucap Zyan.
"Apa madam tidak memiliki keluarga yang lain?" tanya Arthur.
"Setau aku tidak, mom tidak pernah menceritakan apa-apa kepadaku karena keadaan mom seperti itu," jawab Zyan.
"Madam memang tidak bisa mengatakan apa-apa, tapi kakek dan nenekmu kan bisa, mereka tidak tau jika madam memiliki keluarga?" tanya Arthur.
"Aku tidak pernah bertanya, oma dan opa pun tidak pernah bercerita," jawab Zyan.
"Jika Dokter Grace memang saudara madam, berarti selama ini madam ditangani oleh orang yang tepat," ucap Arthur.
"Entahlah, terlalu banyak rahasia yang harus aku ungkap di keluargaku, semua itu gara-gara wanita sialan yang selalu menghasut Jonathan," ucap Zyan dengan gemas.
"Sepertinya perjalanan kita untuk mencapai tujuan semakin panjang, Zyan," ucap Arthur.
"Ya, kita harus mengungkap semuanya satu persatu, berarti keputusanku mencari orang untuk selalu mengawasi rumah sakit jiwa sudah tepat," ucap Zyan.
"Apa yang kau maksud?" tanya Arthur dengan kening yang berkerut.
"Aku meminta Mike mencari orang untuk selalu mengawasi keadaan di sana, aku rasa, selalu ada hal yang mencurigakan di sana," jawab Zyan.
"Apa kedua bodyguard yang ada di sana tidak pernah memberikan informasi apa-apa?" tanya Arthur.
"Tidak, mereka hanya pernah memberi tau kalau ada penyusup yang masuk ke ruangan mom," jawab Zyan.
"Aku rasa Madam menjadi seperti ini karena ulah seseorang," ucap Arthur.
"Memang, mom depresi karena melihat Jonathan menikah lagi dengan wanita sialan itu," ucap Zyan dengan rahang yang mengeras.
"Kau benar-benar bodoh, bukan itu maksudku," ucap Arthur.
"Lalu apa?" tanya Zyan dengan alis yang terangkat.
"Madam sengaja dibuat gila oleh seseorang," jawab Arthur.
"Maksudmu ada yang memberikan obat yang membuat halusinasi dalam jangka panjang?" tanya Zyan.
"Ya, bisa jadi seperti itu, pemakaian obat dalam jangka panjang dapat membuat kerusakan fungsi otak dan mengakibatkan si pengguna hilang kewarasan," jawab Arthur membuat Zyan terdiam.
Kenapa selama ini dia tidak pernah memikirkan hal itu, Zyan hanya mengira jika Kellie benar-benar depresi karena Jonathan sudah mengkhianatinya.
"Apa yang kau pikirkan, Zyan?" tanya Arthur.
"Semua yang kau ucapkan tadi," jawab Zyan.
"Kau mengerti sekarang?" tanya Arthur.
"Ya, aku mengerti, jika yang kau katakan itu benar, aku tidak akan pernah mengampuni orang itu," ucap Zyan dengan tatapan yang berapi-api.
Bersambung....