"Kenapa?" tanya Valencia yang melihat raut wajah Zyan berubah seketika.
"Kau bertengkar dengan istrimu? Apa gara-gara semalam kau tidak pulang?" tanya Valencia.
"Tidak, kami baik-baik saja," jawab Zyan.
"Sorry, gara-gara aku, kau tidak jadi membeli kue untuk istrimu," ucap Valencia.
"Tak apa, aku beli kue di toko lain saja," ucap Zyan.
"Baiklah, kalau begitu aku turun di sini saja," ucap Valencia, lalu Zyan pun menepikan mobilnya.
"Thank's," ucap Valencia.
"Hmm!" Valencia hanya menghela nafasnya dengan panjang, lalu turun dari mobil Zyan.
Setelah kepergian Zyan, jantung Valencia masih berdetak kencang tidak karuan.
"Hey ... Apa kau sedang berdisko di dalam. Tenanglah, jangan berlebihan seperti ini," ucap Valencia seraya memegang dadanya.
"Ini gila Valen, Zyan itu pria beristri, kau tidak boleh menyukainya, entah kenapa melihat pria itu jantungku seperti ini, saat aku masih memiliki hubungan dengan Yuka, dia selalu berdetak dengan normal," ucap Valencia lalu menghentikan taksi yang lewat di depannya.
***
Zyan memarkirkan mobilnya dengan sempurna di halaman rumahnya yang cukup mewah, walaupun tidak semewah mansion milik Felix kakeknya.
"Opa!" sapa Zyan.
"Kau datang juga akhirnya," ucap Felix.
"Opa datang sendiri?" tanya Zyan.
"Ya, oma sedang menjalani terapi di rumah sakit, tapi tak apa," jawab Felix.
"Ada apa, Opa?" tanya Zyan.
"Opa hanya ingin menanyakan tentang dia," jawab Felix.
"Dia baik-baik saja Opa, tadi aku sudah melihat keadaannya," ucap Zyan.
"Syukurlah," ucap Felix.
"Opa akan menginap di sini?" tanya Ayan.
"Tidak, Opa tidak ingin memberi celah sedikit pun kepada wanita itu, sudah cukup dia menguasai Jonathan," jawab Felix.
"Nanti aku yang akan mengantar Opa pulang," ucap Zyan.
"Kapan kau akan bergabung di Royal?" tanya Felix.
"Aku tidak tau Opa, aku memiliki perusahaan sendiri yang harus aku urus," jawab Zyan.
"Opa tau, perusahaanmu sedang berkembang dengan sangat pesat, tapi kau jangan melupakan jika kau adalah pewaris tunggal Royal, Opa tidak ingin Jonathan sampai memberikan kepemimpinan Royal ke tangan yang salah, Opa membangun Royal dari nol hingga Royal masih bisa berjaya sampai sekarang, Opa tidak ingin Royal hancur gara-gara Jonathan terpengaruh oleh orang lain," ucap Felix.
"Nanti akan aku pikirkan lagi, Opa," ucap Zyan.
"Dan satu lagi, sampai kapan kau akan terus sendiri, menikahlah. Mulai kehidupan barumu, sebelum Opa mati, Opa ingin sekali menimang anakmu," ucap Felix.
"Apa yang Opa katakan?" tanya Zyan dengan alis yang terangkat.
"Kehidupan manusia tidak ada yang tau, Zyan, lepaskan masa lalumu, Opa tidak ingin kau sendirian di hari tua nanti," jawab Felix.
Zyan hanya diam mendengar ucapan Felix. Sungguh, untuk saat ini Zyan tidak bisa membuka hatinya untuk wanita lain, di dalam hatinya hanya ada satu nama yaitu Liona Florencia, wanita yang membawa seluruh hatinya pergi.
"Relakan dia pergi," ucap Felix lagi.
"Tidak bisa, Opa, sebelum aku mendapat keadilan untuknya," ucap Zyan.
"Sikapmu seperti ini, sama saja menyiksa dia," ucap Felix.
"Belum saatnya, Opa," ucap Zyan.
"Sudahlah, Opa akan menjemput Oma di rumah sakit," ucap Felix.
"Aku antar, Opa," ucap Zyan.
"Tidak perlu, Opa diantar supir," ucap Felix lalu pergi dari rumah Zyan.
"Aku sangat menikmati ini, opa," ucap Zyan dan segera berlalu menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.
"Siapkan makanan untukku," ucap Zyan kepada pelayan sebelum masuk ke kamarnya.
Saat masuk ke kamarnya, Zyan tersenyum melihat foto pernikahannya dengan Liona yang sangat besar menempel dengan kokoh di dinding kamar.
"Kau sangat cantik, honey," ucap Zyan, lalu menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Di bawah guyuran shower, Zyan memejamkan mata, tangisan pilu istrinya kembali terngiang, wajah pucat dan ketakutan Liona kembali melintas tanpa bisa dicegah, Zyan membuka mata, emosinya kembali naik mengingat wajah menderita Liona.
Zyan segera menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi, karena sebentar lagi dia harus kembali ke kantor untuk menghadiri rapat penting. Setelah menggunakan pakaiannya, Zyan mengambil foto Liona yang ada di atas nakas.
"Andai waktu itu aku tidak acuh kepadamu, pasti kau masih ada di sini bersama denganku, bukan aku tidak mau menerima keadaanmu, tapi aku merasa menjadi suami yang tidak berguna karena aku tidak bisa melindungi dan memberikan keadilan untukmu, aku akan mewujudkan itu sekarang," ucap Zyan sambil menyentuh foto Liona.
"Tuan, makanannya sudah siap," ucap Pelayan yang mengetuk pintu kamar Zyan.
"Ya," sahut Zyan singkat, dia meletakkan lagi foto Liona dan segera keluar dari kamar, setelah makan siang, Zyan kembali menuju kantornya.
***
"Kau sudah selesai?" tanya Felix saat membuka pintu ruang terapi Elma istrinya, Elma tampak sedang tertawa dengan seorang gadis cantik.
"Ya, di mana Zyan?" tanya Elma.
"Di rumahnya, dia perawat baru?" tanya Felix karena dia baru pertama kali melihat perawat itu.
"Bukan, aku sudah lama mengenalnya, dan aku sangat suka jika dia yang merawatku," jawab Elma.
"Siapa namamu?" tanya Felix.
"Cristie Ainsley, Tuan," jawabnya seraya menganggukkan kepalanya.
"Aku harus memanggilmu siapa?" tanya Felix.
"Panggil saja, Cristie," jawabnya.
"Baiklah, kau antar istriku keluar," ucap Felix.
"Cristie, seperti yang aku katakan tadi, datanglah ke mansionku," ucap Elma, lalu Cristie mendorong kursi roda Elma menuju keluar. Felix yang berjalan di belakang mereka, terus memperhatikan interaksi kedua wanita itu dengan tersenyum simpul.
"Baik, Nyonya, jika ada kesempatan, aku datang berkunjung, aku sangat tersanjung mendapatkan undangan dari keluarga, Harisson," ucap Cristie.
"Jangan begitu, aku sangat ingin memiliki anak dan cucu perempuan, tapi sayangnya Tuhan tidak mengabulkan itu, aku hanya memiliki satu anak lelaki dan satu cucu lelaki," ucap Elma.
"Kau juga seperti orang tuaku, Nyonya," ucap Cristie, sadar apa yang dikatakan olehnya, wajah Cristie menjadi pucat karena dengan lancangnya dia berkata seperti itu, "Maaf, Nyonya, aku sudah lancang berkata seperi itu, tidak sepantasnya aku menganggap Nyonya seperti ...."
"Jika aku seperti orang tuamu, maka tinggallah bersamaku," ucap Elma menyela, entah yang ke berapa kali Elma meminta Cristie untuk tinggal di mansionnya.
"Aku tidak layak tinggal di mansion mewah milik anda, Nyonya," ucap Cristie.
"Kau persis dengan menantuku, dia wanita yang baik. Tapi sayangnya, anakku mudah terpengaruh oleh orang lain, sehingga dia terlalu bodoh untuk menyadari kebaikan dan kesetiaan istrinya," ucap Elma.
"Mari Nyonya, minggu depan kita bertemu lagi," ucap Cristie seraya tersenyum dia membantu Elma berpindah dari kursi rodanya ke dalam mobil.
"Kenapa harus minggu depan? kau benar-benar tidak ingin datang ke mansionku?" tanya Elma.
"Bukan seperti itu Nyonya, tapi ...."
"Kau memang tidak menganggapku sebagai orang tuamu," ucap Elma sendu.
"Baiklah, Nyonya, lusa aku akan datang ke mansionmu," ucap Cristie menyerah, dia tidak sampai hati untuk menolak lagi keinginan Elma.
"Really?" tanya Elma.
Bersambung....