Chereads / Cinta Sang Mafia / Chapter 6 - Penyusup

Chapter 6 - Penyusup

"Hmm!" gumam Zyan, lalu Arthur mulai melangkahkan kakinya.

"Wait!" pekik Zyan dengan mengeluarkan kepalanya melalui pintu mobil.

"Apa lagi?" tanya Arthur yang kembali memutar tubuhnya.

"Kau jangan dulu bermain gila, selesaikan dulu pekerjaan di kantor, setelah itu baru kau boleh menerkam dia sepuasnya," jawab Zyan.

"Diam, jangan mengaturku, sudah pergi saja sana," ucap Arthur, lalu benar-benar pergi.

"Kapan manusia satu itu akan sadar," ucap Zyan, lalu mulai memacu mobilnya menuju suatu tempat.

Hanya perlu waktu satu jam, Zyan sampai di tempat tujuan, semua orang di tempat itu sudah mengenal Zyan, mereka tersenyum dengan ramah saat melihat Zyan datang.

"Selamat siang, Dokter!" sapa Zyan kepada seorang dokter wanita, usianya kurang lebih sekitar empat puluh tahun, dokter itu bernama Grace.

"Selamat siang, Zyan, tidak biasanya kau datang terlambat," ucap Grace.

"Aku harus mengurus beberapa pekerjaan lebih dulu," ucap Zyan.

"Silahkan masuk, aku baru saja meriksa keadaanya, dia sedang tidur sekarang," ucap Grace.

"Apa masih tidak ada perkembangan?" tanya Zyan.

"Ada, tapi hanya sedikit," jawab Grace.

"Aku hanya melihat keadaanya sebentar, mungkin nanti sore aku datang lagi, saat ini pekerjaanku sedang sangat banyak," ucap Zyan.

"Pastinya kau sangat sibuk, silahkan kau temui dia, aku harus memeriksa beberapa pasien lagi," ucap Grace lalu pergi meninggalkan Zyan yang masuk ke ruangan itu.

Saat masuk, Zyan menatap sendu kepada wanita yang berbaring lemah di atas ranjang, dengan perlahan Zyan menghampiri wanita itu, dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.

"Cepatlah pulih, aku sangat merindukanmu, aku sudah memiliki segalanya sekarang, jadi kita tidak akan hidup menderita lagi," ucap Zyan, dengan mata yang berkaca-kaca, dia sangat mencintai wanita ini, Zyan berharap bisa hidup bersama dengannya lagi, menikmati apa yang sudah dia miliki sekarang bersamanya.

***

"Anda mau ke mana, Nona?" tanya salah satu bodyguard kepada Valencia saat melihat wanita itu keluar dari kamar dengan berpakaian rapi.

"Bukan urusanmu," jawab Valencia dengan tatapan tajamnya.

"Itu menjadi urusanku, Nona, karena Tuan Alfred meminta kami untuk menjaga Nona dan mengikuti ke mana pun Nona pergi," ucapnya.

"Aku sudah meminta ijin dia untuk pergi sendiri, jika kau tidak percaya, silahkan kau hubungi dia," ucap Valencia, dia tau para bodyguard ini tidak akan ada satu pun yang membantah perintah dari Alfred, kakaknya.

"Baiklah, Nona, kami akan mengikuti Anda pergi," ucapan bodyguard itu membuat Valencia menghela nafasnya dengan panjang.

"Apa kau tidak mengerti juga apa yang aku katakan tadi?" tanya Valencia dengan kesal.

"Aku mengerti, Anda ingin pergi," jawab bodyguard itu.

"Haiish ... benar-benar bodoh, aku sudah katakan, aku sudah diberi ijin untuk pergi sendiri oleh kakakku, kenapa kau tidak mengerti juga!" ucap Valencia semakin kesal.

"Benarkah, Nona?" tanya bodyguard itu lagi.

"Ya, jika kau tidak percaya, kau telpon saja kakakku!" jawab Valencia.

"Baiklah, Anda boleh pergi!" ucap bodyguard itu. Hal itu membuat Valencia tersenyum penuh kemenangan.

Tipuan Valencia berhasil, para pengawal itu percaya dengan apa yang Valencia katakan.

"Tuan dan pengawal, sama-sama bodoh, mudah sekali untuk aku tipu," ucap Valencia di dalam hatinya lalu dia pergi.

***

Sebenarnya, Zyan masih ingin berada di rumah sakit menemani wanita itu, tapi apa daya, tuntutan pekerjaan selalu menantinya, tentunya dengan misi memberi pelajaran kepada orang yang telah membuat hidupnya seperti ini. Zyan menghela nafasnya lalu memandang lekat wajah wanita yang kini sedang terlelap.

"Aku akan menemukan siapa orang yang telah membuatmu seperti ini, baik-baik di sini, nanti aku akan kembali lagi," ucap Zyan dengan lirih lalu dia keluar dari ruangan itu.

"Zyan, sudah selesai?" tanya Grace saat melihat Zyan keluar dari ruangan itu.

"Ya, tolong jaga dia dengan baik, aku tidak ingin keadaan dia semakin memburuk, jika terjadi sesuatu, kau segera hubungi aku," jawab Zyan.

"Tentu saja, aku tidak akan membiarkan orang lain menyakiti pasienku, kau tenang saja, Zyan," ucap Grace.

"Kau memang selalu menangani pasienmu dengan baik," ucap Zyan.

"Bukan aku saja, bahkan kau juga tidak membiarkan orang asing masuk ke ruangan ini," ucap Grace sambil menunjuk kepada dua orang bodyguard yang berjaga di pintu ruangan wanita itu, mereka tentunya bodyguard yang dibayar oleh Zyan.

"Apa perlu tambahan penjagaan?" tanya Zyan.

"Tidak perlu, dua orang itu pun sudah cukup," jawab Grace sambil tersenyum.

"Baiklah, aku pergi," ucap Zyan.

"Jika kau kembali lagi, jangan lupa belikan apa yang aku suka," ucap Grace.

"Oke," ucap Zyan, lalu dia pergi.

"Kau tenang saja, Zyan, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kakakku lagi," ucap Grace lalu masuk ke ruangan wanita itu.

Grace melirik sekilas ke belakang, dia merasakan seperti ada orang yang sedang memperhatikannya, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa.

"Kalian pergilah, aku akan meriksa keadaanya," ucap Grace kepada dua pengawal yang berjaga sambil memberikan kode kepada mereka.

Kedua pengawal itu pun mengerti maksud Grace karena hal ini memang sering terjadi, lalu kedua pengawal itu pergi menuruti perintah Grace.

"Astaga, aku lupa sesuatu," ucap Grace, lalu dia juga pergi dari ruangan itu untuk mengambil sesuatu.

Tapi, saat Grace pergi, ada seseorang berpakaian serba hitam menggunakan masker masuk ke ruangan itu, dengan menyeringai, dia membawa suntikan obat yang akan membuat si pemakai berhalusinasi, lebih parahnya bisa mengganggu fungsi otak si pemakai jika dipakai dalam jangka panjang.

Saat dia akan menyuntikan obat itu ke cairan infus, tiba-tiba ...

Bugh bugh bugh

Dua orang pengawal itu kembali bersama dengan Grace yang tersenyum penuh kemenangan, mereka langsung menghantam orang itu tanpa ampun. Grace langsung duduk santai di sofa menikmati pertunjukan yang sangat menyenangkan menurutnya, orang itu pun sudah terlihat tidak berdaya.

"Cukup, jangan sampai dia mati, jika dia mati aku tidak akan mendapatkan informasi apa-apa," ucap Grace, lalu ....

Srug

Kedua pengawal mendorong orang itu hingga dia tersungkur di bawah kaki Grace.

"Siapa yang menyuruhmu memberikan obat sialan itu kepada kakakku?" tanya Grace dengan emosi yang memuncak, tapi orang itu hanya diam, tidak mau mengatakan apa-apa.

"Cepat katakan!" bentak Grace, namun dia masih enggan mengatakan apapun.

"Cih ... sangat membuang waktu, katakan kepadanya jika kau sudah melakukan apa yang dia suruh, kalau kau berani datang ke sini lagi dan dia tau kejadian ini, aku akan meminta mereka melepaskan kepalamu dari lehermu," ucap Grace dengan tatapan tajam.

"Awasi dia, jika dia berbuat macam-macam lagi, habisi atau kalian penggal kepalanya," ucap Grace kepada dua pengawalnya.

Lalu kedua pengawal membawa pria itu pergi, Grace beranjak dari tempatnya menghampiri wanita yang masih terpejam karena pengaruh obat penenang.

"Entah berapa ratus kali dia memberimu obat sialan itu, hingga kau menjadi seperti ini," ucap Grace dengan tatapan sendu.

Bersambung....