Maika menaiki anak tangga satu demi satu hingga akhirnya ia mencapai puncaknya. Setelah ia berada di lantai paling atas dari gedung enam.
"Terus ini kita kemana lagi?" tanya Maika kepada Laena.
"Aku rasa kita harus mengambil arah kanan dan tetap lurus," balas Laena.
"Oke deh," jawab Maika yang langsung mengikuti arahan dari Laena.
Intuisi Laena selama ini tak pernah salah kini Maika sudah berada di depan pintu kelasnya.
"Benar apa kata aku kan?" tanya Laena.
"Iya La," balas Maika.
"Iya sudah ayo masuk!" seru Laena.
"Tapi La aku sedikit takut dan juga malu untuk masuk," balas Maika.
"Emang ada apa?" tanya Laena.
"Iya kan aku terlambat," balas Maika.
"Iya sudah tidak apa-apa nanti kamu minta maaf saja kepada bapak atau ibu dosen karena kamu telah datang terlambat," balas Laena.
"Huft," Maika menghela nafas panjangnya.
Maika pun langsung segera membuka pintu ruang kelasnya perlahan dan masuk ke dalam.
"Selamat pagi semua," ucap Maika gugup.
Seketika semua pasang mata menatapnya dengan sinis membuat Maika memilih untuk menundukkan kepalanya.
"Kenapa terlambat? Padahal ini hari pertama kamu masuk kuliah," tanya ibu dosen.
"Maafkan saya ibu karena tadi jalanan begitu padat," balas Maika yang masih saja menundukkan pandangannya.
"Lain kali berangkat lebih pagi ya! Supaya tidak terjebak macet," balas ibu dosen.
"Baik ibu," balas Maika.
"Iya sudah kalau begitu silahkan duduk!" seru ibu dosen.
Maika pun langsung segera duduk di bangku yang kosong. Ia menaruh tasnya dan mengambil buku dan juga alat tulisnya.
"Baik terima kasih atas kehadirannya kali ini, sampai jumpa di pekan depan," ucap ibu dosen menutup perkuliahan hari ini.
"Baik ibu terima kasih kembali," ucap para mahasiswa dan mahasiswi.
Ibu dosen pun langsung segera mengambil tasnya dan pergi meninggalkan ruang kelas.
"Padahal baru aja sampai udah selesai aja," kata Maika mengeluh.
"Iya kan kamu terlambat Mai," balas Laena.
"Iya sih," jawab Maika.
"Hai nama kamu siapa?" tanya seorang anak lelaki yang mengenakan kacamata.
"Aku Maika, kalau kamu?" tanya Maika balik.
"Aku Fedli," balasnya.
"Oh salam kenal ya!" balas Maika.
"Iya kalau boleh tau yang ada di belakang kamu itu namanya siapa?" tanya Fedli.
"Hah?" Maika bingung karena ternyata Fedli juga dapat melihat Maika.
"Iya itu yang di belakang kamu siapa? Kayaknya dia orang luar ya?" tanya Fedli lagi.
"Kamu bisa lihat dia juga?" tanya Maika.
"Maksudnya? Dia bukan dari golongan manusia kayak kita?" tanya Fedli.
"Iya bukan," balas Maika.
"Emm aku memang bisa melihat yang tidak kasat mata sedari kecil tapi aku sangat sulit untuk membedakan mana yang manusia dan mana yang bukan manusia?" balas Fedli.
"Emm kalau gitu kita sama dong," balas Maika.
"Iya aku senang akhirnya punya teman yang sama-sama bisa melihat hal yang tak kasat mata," balas Fedli.
"Iya aku juga," balas Maika tersenyum.
"Oh ya dia namanya Laena dia memang seorang wanita Belanda," sambung Maika yang memperkenalkan sahabatnya.
"Kalian berteman dari dulu?" tanya Fedli.
"Iya dia sahabat ku dari kecil hingga sekarang kita sudah sepantaran dan tahun depan usia ku akan lebih tua darinya," balas Maika.
"Salam kenal Laena," ucap Fedli.
"Salam kenal," balas Laena.
"Aku bisa mendengarkan suaranya Mai," balas Fedli.
"Iya syukur lah kalau begitu kita bertiga bisa menjadi teman," balas Maika.
"Iya Mai," jawab Fedli.
"Iya udah aku balik duluan ya!" pamit Maika.
"Oh ya silahkan," balas Fedli.
Maika dan Laena pun langsung segera meninggalkan ruang kelas.
***
Alish berjalan dengan penuh percaya diri, pesonanya yang selalu menyilaukan mata siapapun yang melihatnya membuatnya semakin tampak begitu sulit untuk digapai.
"Lan itu Alish," kata Ronan.
"Eh iya bener," balaa Nolan.
"Katanya kamu mau menyatakan perasaanmu sekarang, apa jadi?" tanya Ronan.
"Iya mau sih tapi aku masih ragu," balas Nolan.
"Lah ragu kenapa?" tanya Ronan
"Iya ragu aja takut ditolak sama Alish," balas Nolan.
"Iya coba dulu lah Lan! Kalau nggak dicoba ya kita nggak akan tau hasilnya bagaimana?" balas Ronan.
"Iya udah deh sebentar ya kamu tunggu sini!" pintah Nolan.
"Iya udah aku tunggu sini, kamu tadi udah beli coklatnya kan?" tanya Ronan.
"Iya sudah kok," balas Nolan.
Dengan keberanian penuh Nolan pun langsung menghampiri Alishba dan menyatakan perasaannya sementara Ronan hanya dapat menyaksikannya di sudut lorong kampus.
"Alish!" panggil Nolan kepada Alishba.
"Eh iya ada apa?" tanya Alish.
"Kamu ada waktu sebentar nggak?" tanya Nolan.
"Iya ada sih, emang kenapa Lan?" tanya Alishba balik.
"Aku mau ngobrol sebentar aja, boleh nggak?" tanya Nolan.
"Oh ya boleh ngobrol aja!" balas Alish.
"Jadi gini Al sebenarnya aku udah lama suka sama kamu tapi baru sekarang aja aku berani ngomongnya," balas Nolan menyatakan perasaan.
"Ini juga ada cokelat buat kamu karena aku tau kamu penggemar berat cokelat," sambung Nolan sembari memberikan cokelatnya kepada Alishba.
"Wah terima kasih ya Lan buat cokelat dan rasa kamu ke aku," ucap Alishba.
"Iya sama-sama Al," balas Nolan.
"Aku boleh nanya nggak sekarang?" tanya Nolan.
"Iya boleh aja sih," balas Alishba.
"Apa kamu juga ada rasa yang sama dengan aku? Atau tidak?" tanya Nolan serius.
"Emmm gimana ya ngomongnya?" tanya Alishba balik.
"Iya nggak apa-apa ngomong aja walaupun misalnya kamu nggak ada rasa lebih ke aku karena jawaban pasti dari kamu yang paling aku butuhkan," balas Nolan.
"Iya sebenarnya aku juga suka sih sama kamu tapi aku malu bilangnya berhubung kamu sudah bilang duluan ke aku dan kamu nanya bagaimana perasaan aku ke kamu? Ya udah deh sekalian aku jawab aja sejujurnya," balas Alishba.
"Kamu serius?" tanya Nolan tak percaya.
"Iya serius lah emang wajahku terlihat seperti orang yang lagi bercanda?" tanya Alishba balik.
"Jadi cewek ku ya?" tanya Nolan lagi.
"Boleh," balas Alishba tersenyum.
"Terima kasih ya," ucap Nolan yang langsung memeluk erat Alishba.
"Terima kasih juga!" balas Alishba.
Ronan yang melihat kejadian itu dari kejauhan pun langsung ikut merasakan bahagia akhirnya sahabat baiknya mendapatkan wanita idamannya selama ini.
"Ah akhirnya," batin Ronan merasa lega.
Nolan yang mengetahui bahwa temannya Ronan menunggu dan mengamatinya pun langsung memberikan kode kedipan mata dan juga senyuman kepada Ronan. dimana kode itu hanya mereka yang dapat mengetahui maknanya. Ronan pun juga langsung membalas kode yang diberikan Nolan dengan menunjukkan kedua jari jempolnya.
"Aku balik dulu ya," pamit Ronan yang hanya menggunakan gerakan bibir tanpa bersuara.
Nolan hanya membalas Ronan hanya dengan sekedar menganggukkan kepalanya yang berarti ia mengizinkannya.