Langkah kakinya membuatnya terus berlari dan berlari Sean tak mempedulikan apa yang ada di depannya karena ia hanya berfokus dengan apa yang ada di belakangnya.
"Brak!" bunyi tabrakan.
Sepertinya kini Sean benar-benar telah menabrak seseorang. Tanpa pikir panjang ia pun langsung menoleh ke arah depan untuk melihat siapa yang telah ia tabrak barusan. Terlihat seorang gadis berambut hitam panjang tersungkur kesakitan karenanya. Sean pun langsung berjongkok dan berusaha menolong gadis itu, namun sebelum tangannya benar-benar menolong gadis itu, gadis itu telah berdiri tegak kembali sembari membereskan buku-bukunya yang terjatuh.
"Maaf ya aku nggak sengaja," ujar Sean.
"Iya tidak apa-apa lain kali tolong lebih hati-hati ya!," balas Maika.
"Emm iya sekali lagi maaf ya," balas Sena merasa sangat bersalah.
"Iya," jawab Maika tersenyum dan meninggalkan Sena.
"Hai!" panggil Sena sembari berlari kecil menyusul langkah Maika.
"Iya ada apa?" tanya Maika.
"Kalau boleh tau nama kamu siapa?" tanya Sena.
"Oh aku Maika, kamu?" tanya Maika balik.
"Aku Sena" balas Sena tersenyum.
Maika hanya tersenyum kecil setelah Sean memperkenalkan dirinya, ia tak tau harus menjawabnya seperti apa lagi.
"Oh ya kamu pasti kuliah di sini juga kan? Jurusan apa? Dan semester berapa?" tanya Sena.
"Iya aku kuliah di sini juga kok jurusan kimia, baru aja semester satu, kalau kamu?" tanya Maika.
"Oh masih mahasiswa baru, aku udah semester enam sih," balas Sena.
"Oh maaf mas aku nggak tau kalau ternyata kamu kakak tingkat," balas Maika sungkan.
"Iya santai aja kali!" balas Sean.
"Masnya dari jurusan apa emangnya?" tanya Maika.
"Aku mah anak shosum nggak jago hitung-hitungan gitu," balas Sena.
"Ih tapi keren juga loh anak shosum emang jurusan apa sih?" tanya Maika lagi.
"Jurusan seni lukis," balas Sena.
"Oh keren tuh jago gambar berarti? Aku aja nggak pernah bisa gambar dari SD," tanya Maika.
"Iya lumayan sih," balas Sena.
"Ah nggak mungkin lumayan pasti jago banget," balas Maika.
Sena pun hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Maika yang tengah memujinya.
"Oh ya mas aku duluan ya!" kata Maika yang kini tengah berada di depan gedung fakultasnya.
"Oh iya silahkan," balas Sena tersenyum ramah.
Maika pun meninggalkan Sena dan segera menuju ke gedung falkutasnya sebelum ia benar-benar terlambat.
"Untung aja aku bisa kabur dari kejaran Rexel dan teman-temannya itu," ujar Sena.
Sena pun melanjutkan perjalanannya untuk segera tiba di gedung falkutasnya. Gedung falkutasnya memang terletak di paling belakang sehingga butuh cukup energi untuk tiba tepat waktu di sana.
"Cewek itu manis juga, baik hati lagi," ujarnya dalam hati.
Sena hanya bisa tersenyum kecil ketika mengingat Maika yang tadi tak sengaja ia tabrak.
"Bodohnya aku tadi nggak sekalian minta nomor teleponnya," ujarnya lagi.
"Ah tapi cewek baik-baik kayak dia nggak mungkin mau sama aku, Sena ayo lah sadar diri!" katanya.
Sedari kecil Sena memang anak yang pemalu dan tidak percaya diri mungkin itu juga yang menjadikannya melajang hingga saat ini.
***
"Mai," sapa Fedli yang telah dahulu tiba di ruang kelas.
"Iya Fed," balas Maika sembari menaruh tasnya di bangku yang berada tepa di samping kiri Fedli.
"Aku kira tadi kamu nggak masuk," balas Fedli.
"Iya memang aku selalu datang mepet atau bahkan telat kan Fed karena harus bantuin nenek aku dulu di rumah, jadi jangan heran!" balas Maika tersenyum.
"Iya sih sebenarnya ini kalau menurut jam kamu dah telat tapi karena dosennya belum datang jadi mungkin nanti di absen kamu nggak datang telat," balas Fedli.
"Iya ya dosennya belum datang, beruntung juga aku hari ini," balas Maika.
"Selamat pagi anak-anak!" kata Bu Dewi yang baru saja memasuki ruang kelas.
"Pagi ibu," jawab para mahasiswa dan mahasiswi.
"Maaf sekali ya hari ini saya datang terlambat karena tadi di jalan ban mobil saya bocor dan juga jalanan lumayan macet hari ini," ujar Bu Dewi.
"Iya ibu tidak apa-apa," balasan beberapa mahasiswa.
"Iya sudah kalau begitu langsung saja kita mulai perkuliahan hari ini," balas Bu Dewi sembari membuka laptopnya yang berwarna hitam.
***
Kini Pak Darno papa dari Alishba dan juga Nolan tengah berada di kantor polisi untuk melaporkan kasus kecelakaan Alishba beberapa hari yang lalu.
"Selamat pagi pak, ada yang bisa kami bantu?" tanya pihak kepolisian.
"Jadi begini pak saya ingin melaporkan kasus kecelakaan pada putri saya, sekitar tiga hari yang lalu putri saya tertabrak mobil sedan ketika hendak menyebrang ke kampusnya padahal ia sudah menyalakan tombol penyebrangan jalan dan parahnya mobil sedan itu langsung pergi setelah menabrak putri saya Alishba, padahal kini putri saya sedang koma di rumah sakit," balas Pak Darno menjelaskan.
"Baik apakah bapak ada saksi? Agar kami dapat bertanya lebih rinci dan kasusnya bisa segera kami usut lebih lanjut," tanya pihak kepolisian.
"Ada pak," jawab Pak Darno.
"Saya saksinya pak," ujar Nolan.
"Baik kalau begitu bisa tolong anda ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pihak kepolisian.
"Tentu bisa," jawab Nolan.
Kemudian Nolan pun berusaha menjelaskan dan menceritakan secara rinci kronologi kecelakaan Alishba agar kasus ini segera dapat di usut.
"Baik saya rasa kami bisa membantu untuk memeriksa CCTV jalan di jam kecelakaan yang telah disebutkan oleh saudara Nolan sebelum kamu mengusut tuntas kasus ini, mohon bersabar menunggu rekaman CCTV nya," balas pihak kepolisian.
"Baik pak terima kasih banyak," balas Pak Darno.
"Sama-sama bapak," jawab pihak kepolisian.
di tengah-tengah menunggu salinan rekaman CCTV jalan ponsel Nolan bergetar karena ada panggilan masuk.
"Siapa sih?" kata Nolan sembari mengambil ponselnya dari saku celananya.
"Ronan, ada apa dia menelpon?" tanyanya heran.
tanpa pikir panjang lagi Nolan pun langsung menerima panggilan telepon dari sahabatnya itu.
"Hallo Ron, ada apa?" tanya Nolan.
"Kamu nggak masuk kuliah lagi Nol? Hari ini kita ada praktikum loh," balas Ronan.
"Yah Ron maaf banget ya aku hari ini nggak bisa ikut praktikum karena aku harus ke kantor polisi sama papanya Alishba buat mengusut kasus kecelakaannya Alishba kemarin, tolong juga kamu bilangin ucapan maaf ku ini ke anggota kelompok kita yang lainnya ya!" pinta Nolan.
"Iya deh tapi kata dosennya yang tidak hadir praktikum hari ini tidak mendapatkan nilai Nol dan ini akan berpengaruh dengan IP kita, katanya kamu mau lulus cumlaude, ya tapi. terserah sih kamu tentukan aja dulu yang mana prioritas kamu," balas Ronan.
"Serius kamu Ron?" tanya Nolan.
"Iya serius ngapain aku bohongin kamu di saat genting begini Nol?" tanya Ronan balik.
"Duh gimana ya? Aku binggung banget nih Ron," tanya Nolan.
"Iya sudah kamu pikir dulu baik-baik Nol aku cuman bisa bantu doa semoga kasusnya cepat selesai," balas Ronan.
"Iya deh Ron makasih," ucap Nolan.
"Sama-sama Nol! Aku tutup dulu ya teleponnya," ujar Ronan.
"Iya Ron, bye!" balas Nolan.
"Bye!" balas Ronan dan langsung mematikan panggilannya.
"Ada apa Nol?" tanya Om Darno.
"Ini nih om kata Ronan tadi ada praktikum di kampus dan yang nggak datang praktikum tidak bisa dapat nilai," balas Nolan.
"Oh gitu ya sudah nggak apa-apa sekarang kamu ke kampus aja dulu! Ingat kuliah saat ini adalah prioritas kamu," balas Om Darno.
"Iya tapi kan ini belum selesai om, terus apa om di sini sendirian nggak apa-apa?" tanya Nolan.
"Iya kan tinggal menunggu salinan rekaman CCTV nya Nol! Lagi pula kamu sudah beri kesaksian tadi itu sudah lebih dari cukup, kalau masalah om di sini sendirian ya juga tidak apa-apa kan om bukan anak kecil," balas Om Darno.
"Iya om maaf banget ya Nolan harus ke kampus dulu," balas Nolan.
"Iya sudah tidak apa-apa nggak perlu merasa bersalah begitu kamu memang masih punya kehidupan dan juga masa depan yang bukan hanya tentang Alishba lagi pula om harus berterima kasih banyak ke kamu karena kamu sudah mau repot-repot buat Alishba," balas Om Darno.
"Iya kan memang seharusnya begitu om nggak perlu om berterima kasih banyak ke saya," jawab Nolan.
"Iya sudah kalau begitu sekarang kamu cepat ke kampus aja gih! Nanti kamu terlambat datang bisa," pinta Om Darno.
"Iya om kalau gitu Nolan pamit dulu ya! Nanti tolong kabarin perkembangan kasunya ya!" pinta Nolan.
"Iya pasti Nol, kamu hati-hati di jalan!" balas Om Darno.
"Iya om," jawab Nolan yang segera meninggalkan kantor polisi.