Om Darno alias papa Alishba masih dengan sabar menunggu kedatangan polisi untuk memberikan bukti rekaman CCTV meski cukup lama ia telah berada di kantor polisi.
"Selamat siang pak," sapa pihak kepolisian.
"Iya siang bapak, apakah rekaman CCTV kecelakaan putri saya sudah ada?" tanya Darno.
"Sudah pak," balas pihak kepolisian.
"Apa saya boleh melihatnya sekarang?" tanya Darno yang sudah penasaran dengan kasus tabrak lari yang menimpa putri kesayangannya.
"Iya pak boleh, mari ikut dengan saya!" ajak petugas kepolisian.
"Baik terima kasih," ucap Darno sembari mengikuti langkah bapak polisi yang ada di depannya.
Polisi itu membawanya ke dalam suatu ruangan lalu memutarkan rekaman CCTV yang telah ia dapatkan. Darno pun mengamati rekaman CCTV dengan seksama demi mendapatkan siapa pelaku penabrakan putrinya itu.
"Nah itu sedang hitam yang dimaksud Nolan,' kata Darno.
"Iya pak mari kita amatin plat nomornya semoga terlihat jelas di sini," kata petugas kepolisian.
Setelah mobil sedan hitam itu mendekat ke arah CCTV jalan terlihat jelas plat nomornya.
Pihak polisi pun langsung menjeda rekamannya dan bersiap untuk mencatat plat nomor mobil sedan hitam itu.
Sementara Darno merasa tak asing dengan plat nomor yang kini ia lihat terlebih lagi mobil sedan hitam itu sangat familiar di otaknya.
"Sepertinya aku tau mobil ini milik siapa?" tanya Darno di dalam hatinya.
"Meisya! Iya Meisya sudah pasti ini miliknya karena aku yang membelikannya mobil sedan hitam ini," balasnya di dalam hati.
"Dasar wanita tidak tau diri! Sudah diberikan apa yang dia inginkan masih saja mengusikku dan keluarga ku, kali ini aku nggak bisa biarkan dia begitu saja!" ujar Darno di dalam hati.
"Baik pak akan kami usut kasus ini lebih lanjut sepertinya ini tidak akan membutuhkan waktu yang lama karena plat nomor kendaraannya sudah terlihat begitu jelas," kata pak polisi.
"Baik pak terima kasih," balas Darno yang langsung terbuyarkan lamunannya.
"Sama-sama saya izin kembali bertugas dulu," pamit pak polisi.
"Iya pak silahkan," jawab Darno.
Setelah bapak polisi pergi Darno pun langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir di area depan kantor kepolisian.
"Meisya!" katanya kesal.
Mata Darno kini sungguh menunjukkan amarah dan kekesalan, telapak tangannya pun mengepal dengan kerasa seraya akan memukulnya. Namun ia tetap berusaha tenang dan masuk ke dalam mobilnya. Ia tau kemana angin akan membawanya pergi kali ini, tentu saja ia akan pergi menemui Meisya yang telah menyelakai putrinya itu.
Namun sayangnya ketika ia sampai di depan rumah Meisya sudah tak ada lagi orang di sana sepertinya Meisya telah meninggalkan rumah lamannya dan entah berpindah kemana ia sekarang? Darno pun berusaha menanyakan ke beberapa orang di sekitar rumah Meisya namun sayangnya ia masih saja tak dapat informasi dimana Meisya tinggal sekarang.
"Ah sial!" ujarnya.
***
Matanya tak henti menatap layar laptop yang ada di depannya namun ia hanya meratapinya tanpa melakukan apapun, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu yang berat namun tak dapat mengungkapkan atau bahkan sekedar berkeluh kesah kepada siapapun.
"Bu Meisya," kata Rini juniornya.
"Iya Rin ada apa?" tanya Meisya.
"Kata Pak Kurniawan ibu telah mendapatkan email data darinya mohon untuk segera diperiksa ya bu!" pinta Rini menyampaikan pesan dari atasan.
"Oh iya Rin pasti akan segera saya periksa datanya, terima kasih ya sudah mengingatkan saya," balas Meisya.
"Iya ibu sama-sama," jawab Rini.
Setelah Rini meninggalkannya Meisya pun segera membuka file email yang telah dikirim oleh manajernya dan memeriksa datanya.
"Ah hari ini aku susah fokus sekali," ujar Meisya.
"Rasa bersalah pada gadis itu terus saja menghantuiku, apa aku terlalu jahat kepadanya?" tanya Meisya.
"Apa kabarnya sekarang apa dia telah tersadar dan membaik atau kah mungkin malah?" tanya Meisya.
"Ah tidak aku nggak mau membayangkannya!" balasnya kepada dirinya sendiri.
"Lagi pula dia sudah terlalu lama merasakan hidup yang bahagia memiliki seorang ayah pengusaha kaya raya dan juga keluarga yang harmonis, sementara Sena harus bekerja keras dan menghadapi kerasnya hidup ini tanpa sosok ayah di dalam hidupnya sejak hari pertamanya di dunia, ini sungguh tidak adil bagi Sena! Jadi jika gadis itu menderita sesekali aku rasa itu wajar," balas Meisya kepada dirinya sendiri untuk membunuh rasa bersalahnya.
"Tapi bagaimana pun juga gadis itu tak salah apapun, aku harus bagaimana?" tanya Meisya yang terus saja mendebat dirinya sendiri.
Kini Meisya hanya dapat meneteskan air mata penyesalan dan juga amarahnya kedua telapak tangannya menutup rapat wajahnya.
***
Nolan membawa pipet tetes itu perlahan dan mencucinya, memang semua mahasiswa dan mahasiswi yang telah melakukan praktikum di laboratorium wajib untuk membersihkan peralatan yang telah digunakan sendiri dan mengembalikannya ke tempat semula.
"Nol kamu nggak balik? Katanya mau nemenin Alishba di rumah sakit," tanya Ronan.
"Iya Ron abis ini aku balik kok tapi ini mau bersihin alat-alatnya dulu," jawab Nolan.
"Udah taruh aja di situ biar aku yang cuci dan beresin semuanya, kamu fokus aja urus Alishba," balas Ronan yang berusaha mengerti dan membantu keadaan sahabatnya.
"Serius Ron?" tanya Nolan.
"Iya serius lah," jawab Ronan.
"Terima kasih banyak ya Ron! Kamu emang pengertian banget jadi sahabat," ucap Nolan.
"Iya udah sana cepat balik!" pinta Ronan.
"Iya udah deh aku balik dulu ya!" balas Nolan sembari melepas jas labnnya lalu melipatnya dan memasukkannya ke dalam tas kemudian ia bergegas meninggalkan laboratorium. Sementara Ronan dan teman-temannya yang lain melanjutkan berberes sebelum mereka meninggalkan laboratorium.
***
Sesampainya di rumah sakit yang Nolan temui pertama adalah Om Darno yang tengah duduk melamun sendiri di depan kamar Alishba.
"Om," kata Nolan.
"Eh iya Nol," balas Om Darno.
Nolan pun langsung mengulurkan tangan kanannya untuk salim kepada Om Darno.
"Kamu udah selesai kuliahnya?" tanya Om Darno.
"Iya om sudah mangkannya Nolan bisa ke sini sekarang," balas Nolan.
"Oh gitu," jawab Om Darno.
"Oh ya om kalau boleh tau tadi gimana kelanjutannya di kantor polisi?" tanya Nolan.
"Iya tadi om sudah melihat rekaman CCTV jalan tepat dimana Alishba kecelakaan dan sekarang polisi sedang berusaha mengusut kasusnya hingga tuntas," balas Om Darno.
"Ah syukur kalau gitu! Semoga kasus ini segera tuntas," ucap Nolan sedikit lega.
"Aamiin," balas Om Darno.
"Emm Nolan izin menemui Alishba di dalam ya om," kata Nolan.
"Iya Nol silahkan, kamu ajak ngobrol dia juga ya! Siapa tau dengan kamu ajak ngobrol dia jadi cepat sadar dari komanya," pinta Om Darno.
"Iya om pasti saya ajak ngobrol Alishba," balas Nolan tersenyum.