Setelah ambulan pergi membawa Alishba, Nolan, dan juga Naura pun akhirnya sekumpulan masa mulai masuk kembali ke dalam area kampus. Namun samar-samar bisikan nama Nolan pun terdengardi telinga Maika.
"Kak Nolan emang keren banget! Selalu siap siaga di saat pacarnya membutuhkan ya," kata seorang gadis.
"Iya kamu benar dia boyfriend material banget pokokknya beruntung banget Kak Alishba pacarnya itu," balas seorang temannya.
"Ih Kak Alishba mah emang cantik, pintar dan baik hati jadi pantas aja dapat Kak Nolan, lagi pula sekarang dia lagi kasihan kali abis kecelakaan separah itu," balas gadis itu.
"Eh udah apa aja ya? Ada orang abis kecelakaan malah bergossip harusnya tuh doain biar orangnya selamat dan cepat pulihnya," sahut Ronan yang tak terima sahabatnya menjadi bahan pergossipan.
"I-iya kak maaf tapi kita bicarakan yang baik-baik kok tenang aja nanti pasti juga kita kirim doa baik," balas gadis itu.
"Ya udah deh bagus kalau begitu," jawab Ronan yang langsung meninggalka kedua gadis itu.
Terlihat setelah itu Ronan yang terngah terburu-buru menyalakan mesin sepeda motornya untuk segera menyusul kepergian ambulan yang tengah membawa kedua teman baiknya itu.
"Kak Ronan ganteng juga ya," ujar para gadis yang terdengar samar-samar di telinga Maika.
"Oh ternyata mereka memang idola para cewek di kampus," batin Maika.
"Mai!" panngil Fedli membuyarkan lamunannya.
"Eh iya Fed ada apa?" tanya Maika.
"Ayo masuk ke kelas! Malah melamun di sini," ajak Fedli.
"Oh iya deh," balas Maika.
Kini Naura dan Nolan hanya dapat menunggu di luar ruangan untuk menanti kabar dari dokter yang sedang berusaha menyelamatkan nyawa Alishba di ruang operasi. Air mata yang terus mengalir di pipi Naura menandakan betapa takutnya ia kehilangan kakak sepupunya itu. Sementara Nolan tak hentinya berjalan mondar-mandir ke sana dan kemari sembari bibirnya tak berhenti mengucapkan doa yang ia harap dapat memberikan keajaiban.
Tak lama kemudian orang tua Alishba datang dengan wajah yang tampak panik dan sedih.
"Apa yang sedang terjadi? Kenapa bisa begini?" tanya Ibu Alishba yang kini berada di hadapan Nolan dan juga Naura.
"Nau juga nggak tau tante, tiba-tiba tadi hamper sat kampus rame berlarian ke luar karena katanya ada yang kecelakaan di depan kampus dan kabarnya yang kecelakaan Kak Alishba, Naura langsung lari ke luar berharap apa yang Naura dengar itu salah tapi nyatannya tidak, itu benar," balas Naura menangis.
"Ma.. Tenang dulu!" pinta papa Alishba.
"Iya gimana aku bisa tenang? Anak ku sekarang kritis di dalam ruang operasi," tanya mama.
"Iya Tante Lina benar kata Om Darno, walaupun Nau tau sulit untuk tenang di saat seperti ini tapi panik juga nggak akan meneylesaikan masalah malah bisa-bisa menambah masalah," balas Naura.
"Tante duduk dulu, Tarik napas dalamm-dalam terus minum ya!" pinta Nolan sembari memberikan sebotol air mineral yang masih tersegel rapat kepada Tante Lina.
Tante Lina pun menuruti permintaan Nolan untuk terlebih dahulu duduk dan menarik napas lalu menerima pemberian air mineral dari Nolan.
"Nolan apa kamu bisa ceritakan ke om bagaimana kronologi kejadiannya?" tanya Om Darno.
"Jadi tadi Alishba bilang dia udah sampai di depan kampus lalu saya langsung menyusul dia ke depan kampus om," balas Nolan.
"Lalu?" tanya Om Darno lagi.
"Lalu Ketika saya sampai di depan kampus Alishba sudah mau menyebrang jalan semuanya baik-baik saja sampai kemudian mobil sedan hitam melaju begitu kencang dan menabrak Aluishba, saya berniat untuk menyelamatkan Alishba tapiu saya tidak bisa karena kejadian itu begitu cepat dan juga saya berada cukup jauh dari Alishba karena itu saya merasa sangat bersalah sekali tidak dapat menolong Alishba," balas Nolan menjelaskan.
"Ini bukan salah kamu Nol, terima kasih sudah langsung membantu membawa Alishba ke rumah sakit sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa dan mengharapkan hadirnya keajaiban dari sang maha kuasa," balas Om Darno.
"Iya om," balas Nolan sembari menundukkan kepalanya.
"Lalu kemana Nol perginya mobil sedan hitam itu? Kok dia nggak ada pertanggung jawabannya sama sekali sih?" tanya Tante Lina.
"Nah itu tan Nolan juga nggak tau dia langsung pergi aja karena Nolan panik dan fokus pada Alishba jadi Nolan tidak terlalu memperhatikan mobil sedan hitam itu, padahal Nolan rasa mobil sedan hitam itu jelas salah karena pertama Alishba telah memencet tombol penyebrangan jalan, kedua dia melaju melebihi batas normal," balas Nolan.
"Dan yang ketiga dia tidak bertanggung jawab ini bis dikategorikan tabrak lari seharusnya," sambung Om Darno.
"Seharusnya kita bisa lapor kepolisian pa kalau begitu," balas Tante Lina.
"Iya ma tapi sekarang kita kan lagi fokus pada penyembuhan Alishba," balas Om Darno.
Ronan yang baru saja tiba di parkiran rumah sakit pun langsung mematikan mesin sepeda motornya dan berlari kecil masuk ke dalam rumah sakit. Ia tak tau dimana keberadaan kedua temannya itu sekarang. Sehingga Ronan memutuskan untuk bertanya kepada petugas rumah sakit.
"Selamat pagi bu saya mau bertanya pasien bernama Alishba yang baru saja kecelakaan ada dimana ya sekarang?" tanya Ronan.
"Maaf mas pasien dengan nama itu sedang berada di ruang operasi, jadi belum bisa dijengguk," balas petugas rumah sakit.
"Oh kalua begitu dimana keluarga dari pasien? Pasti mereka ada di sin ikan?" tanya Ronan.
"Iya mereka ada tapi berada di ruang tunggu, kalua boleh tau memang masnya ini siapanya pasien ya?" tanya petugas rumah sakiti.
"Saya sahabatnya bu, boleh beritahu saya dimana tempat keluarga pasien menunggu?" tanya Ronan.
"Keluarga pasien menunggu tepat di depan ruang operasi mas, dari sini mas lurus aja nanti ada tangga mas belok kiri kemudian lurus lagi nanti mas akan lihat tulisan ruang operasi di sana nah tepat di depan ruang operasi itu ada ruang tunggu untuk para keluarga pasien," balas petugas rumah sakit.
"Baik terima kasih," ucap Ronan.
"Iya sama-sama," balas petugas rumah sakit.
Ronan pun langsung bergegas ke ruang tunggu dengan arahan yang diberikan oleh petugas rumah sakit.
"Gimana Nol?" tanya Ronan yang baru saja tiba.
"Masih di dalam ruang operasi," balas Nolan sedih.
"Hufft," Ronan menghela napas Panjang.
"Duduklah dulu!" pinta Nolan.
"Om, Tante," sapa Ronan kepada orang tua Alishba sembari menjabat tangan mereka berdua.
"Iya mas, kamu Ronan ya?" tanya Tante Lina.
"Iya tante saya Ronan," balas Ronan.
"Terima kasih ya sudah dating ke sini," balas Tante Lina.
"Iya tante sama-sama saya kan teman Alishba dan juga Nolan jadi udah sewwajarnya kalau saya ada di sini sekarang," balas Ronan.
Setelah berbincang tipis dengan orang tua Alishba, Ronan pun menoleh ke arah sebelah kanannya dan melihat Naura yang sedari tadi meneteskan air matanya.
"Nau," kata Ronan.
"Iya kak?" tanya Naura.
"Sabar ya!" pinta Ronan.
"Iya tapi Nau takut kehilangan Kak Alish karena sejak Nau masuk SMA orang tua Nau harus pindah ke Australia untuk bekerja dan Nau cuman punya Kak Alish di sini itu juga yang jadi alas an Nau untuk memilih melanjutkan kuliah di Indonesia ketimbang di Australi karena Nau nggak bisa jauh dari Kak Alish," balas Naura.
"Iya Nau aku paham sekarang kita berdoa yang terbaik aja ya buat Kak Alish! Karena cuman itu yang bisa kita lakukan sekarang, lagi pula aku tau kok kalau Kak Alish tuh kuat banget pasti dia bisa melewati masa-masa kritisnya," balas Ronan menenangkan.
"Iya kak," balas Naura.