Angin yang berhembus malam ini kembali membuuka lembaran luka lama Maika ia merekam betul setiap kejadaian yang ia dapat di masa kecilnya, melihat jelas bagaimana tindak kekerasan terjadi di depan matanya. Namun tubuh kecil yang tak berdaya itu hanya dapat meringkih ketakutan sembari terus berdoa agar Tuhan mengirimkan keajaiban untuk menolongnya. Saat itu ia tak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi yang ia tau hanyalah keadaan tak sedang baik-baik saja.
"Waktu adalah obat terbaik untuk segala luka, setiap maklhuk memiliki waktunya sendiri untuk berproses menyembuhkan lukanya, untuk berproses menjadi lebih dewasa dan berproses menjadi sesuatu yang jauh lebih baik lalu iklhas adalah pembalut luka yang paling mujarab," bisik Laena yang mengejutkan Maika.
"La kamu kenapa ada di sini?" tanya Maika.
"Tidak lah mungkin aku meninggalkan mu sendiri di kala air mata mu terjatuh," balas Laena.
"Terima kasih telah selalu ada untuk aku," balas Maika.
"Sama-sama," balas Laena tersenyum kepada Maika.
"Apa kamu masih memikirkan kejadian itu Mai?" tanya Laena.
"Iya La terkadang masih ada rasa amarah ketika mengingatnya dan rasa itu menyakiti ku," balas Maika yang tak dapat berbohong kepada Laena.
"Tidak apa-apa jika hati mu masih marah ketika mengingatnya tak bisa dipungkiri bahwa rasa itu memang menyakitkan tapi kamu juga harus punya kekuatan untuk melepaskan rasa sakitnya sama seperti ketika kamu memiliki kekuatan untuk melaluinya," balas Laena.
"Karena tak pernah baik menyimpan rasa amarah dan dendam terlalu lama, aku hanya ingin meberitahu mu bahwa belenggu paling menyesakkan di dunia ini adalah belenggu amarah dan juga dendam, lepaskan yang memang sepantasnya dilepaskan! Bukan untuk mereka tapi untuk ketenangan hati mu sendiri," sambung Laena.
Mata Maika pun berkaca-kaca mendengar balasan dari sahabatnya Laena yang begitu bijaksana.
"La andaikan aku dapat mendekap raga mu sudah pasti aku akan mendekapnya kali ini tapi sayang aku hanya dapat mendengar hati mu yang berbicara, senang rasanya aku dapat mengenal mu meski tak dapat menmyentuh mu, aku tau bahwa kamu adalah jiwa yang berhati luas dan juga bijaksana semoga semesta memperlancar proses mu," balas Maika.
"Aku juga tak sebijaksana itu kok Mai buktinya aku juga masih di sini karena adanya dendam dan juga amarah kali ini aku sudah ingin melepaskannya tinggal menunggu persoalan waktu yang akan melepaskan aku dari belenggu ini, tapi karena aku tau rasa sesaknya menyimpan dendan dan juga amarah aku tak ingin sahabat ku ini merasakan apa yang telah ku rasakan," balas Laena tersenyum.
Air mata Maika semakin mengalir deras ketika Laena mengucapkan sekata demi sekata apapun yang berasal dari bibir Laena bagai karya seni yang dapat menyejukkan hati, sentuhan kalimatnya dan membuatnya syahdu dalam keheningan malam.
"Sudah malam tutup saja jendela kamar mu! Angin yang masuk terlalu dingin untuk tubuh mu yang rentan sakit ini, terlebih lagi nyamuk di malam hari sedang berkeliaran mencari mangsa," pinta Laena.
"Tapi bukankah para nyamuk mencari mangsa juga untuk sajian makan malam mereka? Toh darah ku tidak akan habis disantapnya," tanya Maika yang berusaha mendebat perkataan Laena.
"Benar-benar susah berbicara dengan makluk berhati lembut yang satu ini, baiklah jiika nyamuk yang mencari mangsa itu tak akan menghabiskan seluruh darah mu tapi bagaimana jika satu nyamuk saja dapat membuat mu demam? Apa kau tak berdosa karena telah menyakiti dirimu sendiri demi kebahagian maklhuk lain?" tanya Laena.
"Bukankah memang kita hidup untuk berbuat baik dan berbagi kebahagiaan kepada sesama?" tanya Maika,
"Iya benar tapi tidak dengan mengorbankan kebaikan dan kebahagiaan diri sendiri karena bukan tugas kita untuk selalu membahagiakan sesama tugas kita adalah menciptakan kebahagiaan kita sendiri di dalam relung hati kita setelah kebahagian kita penuh maka kita dapat membagi kepada sekitar kita itu juga berarti kita tidak pernah bisa menggantungkan kebahagiaan kepada maklhuk, hanya kita dan pemilik alam semesta yang mampu menghadirkan rasa bahagia untuk kita," balas Laena.
"Jika aku berpikir egois speerti itu lalu bagaimana para nyamuk itu mendapatkan makan malamnya?" tanya Maika.
"Tuhan pemilik alam semesta ini pasti telah menjamin makanan para nyamuk itu buktinya banyak orang yang merasakan gigitan nyamuk tapi jika kau menyerahkan diri untuk memberikan darah mu dengan cuma-Cuma itu namanya tidak pintar karena artinya kamu mencari penyakit untuk dirimu sendiri," balas Laena.
"Tapi La dengan aku menyerahkan darah ku secara sukarela bukankah itu berarti aku memudahkan mereka mencari santapan makan malamnya?" tanya Maika.
"Mai… Hidup ini memang penuh dengan perjuangan semua maklhuk yang ada di muka bumi memang harus berjuang, jangan kan yang hidup yang sudah mati seperti ku saja masih harus berjuang melepaskan rasa keduniawian, aku berkata begini bukan berarti melarang mu untuk berbagi kebaikan dan membantu sesama karena kedua hal itu juga wajib dilakukan oleh kita sebagai malkhuk Tuhan tapi tidak dengan cara mengorbankan diri sendiri apalagi hingga membahayakan diri kita sendiri," balas Laena
"Iya deh La," balas Maika yang langsung berdiri dari duduknya dan menutup jendela kamarnya.
"Akhirnya mau nurut juga! Padahal aku hanya menyuruh mu untuk menutup jendela kamar saja tapi harus melalui perdebatan yang cukup panjang dan melelahkan," balas Laena lega.
"Iya La aku nurut karena mana bisa aku mendebat kamu yang pandai berdebat dan juga berkata-kata manis?" tanya Maika meledek.
" Sebelumnya terima kasih telah mengakui kehebatan ku tapi yang perlu diingat jiwa ku sudah jauh dan bahkan sangat jauh lebih tua ketimbang kamu jadi sungguh amat wajar jika aku memenangkan perdebatan ku yakini suatu saat jiwa mu akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih hebat ketimbang aku, kamu belajarlah dan menyerap banyak hal dari ku dan juga pengalaman ku! Jangan pernah melakukan kesalahan yang pernah aku lakukan salah satunya menyimpan dendam dan juga amarah terlalu lama!" balas Laena.
"Meskipun itu terdengar berat untuk dilakukan tapi aku yakin aku pasti bisa La!" balas Maika.
"Pasti bisa karena aku tau kamu akan jauh lebih hebat ketimbang aku," balas Laena tersenyum.
***
Sendunya malam ini membuat mata Maika pun mulai merasa lelah namun pikirannya seakan tak ingin berhenti beristirahat memikirkan hal-hal yang akan terjadi dalam hidupnya.
"Sudah lah Mai tidurlah! Hari esok mungkin memang tak akan mudah namun setidaknya dengan tidur nyenyak malam ini akan membantu mu untuk lebih kuat menghadapi hari, tak ada gunanya kau berpikir keras bagaimana cara menghadapi hari esok malam ini? Karena itu sama sekali tak akan mempermudahnya," kata Laena menangkan.
"Iya kamu benar La," balas Maika.
"Kalau begitu segeralah pejamkan mata mu! Dan bermimpilah indah malam ini," pinta Laena.