Chereads / Hitam Dan Putih / Chapter 2 - Pertemuan Pertama

Chapter 2 - Pertemuan Pertama

"Nolan!" panggil seorang wanita dari belakangnya.

Nolan yang akan memasuki ruang kelas pun menghentikan langkahnya sejenak untuk menengok siapa yang berada di belakangnya.

"Iya ada apa Al?" tanya Nolan kepada Alish.

"Ini aku mau mengembalikan buku catatan kamu yang kemarin aku pinjam," balas Alish.

"Oh ini kenapa terburu-buru banget sih minjamnya? Kan aku dah bilang santai aja," balas Nolan.

"Iya nggak apa-apa takutnya kamu juga lagu butuh," balas Alish.

"Nggak juga sih kan ujian tengah semester juga masih lama," balas Nolan.

"Iya nggak apa-apa sih lebih cepat kan lebih baik," balas Alish.

"Terima kasih ya," sambung Alish.

"Sama-sama Al," balas Nolan.

"Aku duluan ya Lan," kata Alish berpamitan.

"Oh ya silahkan," balas Nolan.

Alishba pun langsung melewati Nolan dan pergi menuju ke ruang kelas terlebih dahulu.

"Gila! Cantik banget nih cewek," batin Nolan menjerit.

Sejak dulu Nolan memang sudah jatuh cinta kepada Alishba karena kecantikan dan juga kepintarannya. Meski begitu Alishba tak pernah menyadari bahwa Nolan menaruh hati kepadanya, yang ia tahu Nolan hanyalah sebatas teman yang baik hati kepadanya.

Nolan menatap jam tangannya dan jarum jam itu telah menunjukan pukul 07.45.

"Wah bisa telat nih," kata Nolan yang menyadari bahwa jam masuk kesal tersisa hanya lima menit sebelum ia terlambat.

Nolan pun segera melangkahkan kakinya menuju ke ruang kelas.

"Nolan!" panggil temannya.

"Bisa-bisanya Si Ronan baru datang dan masih bisa santai," batin Nolan.

"Woi tunggu dong!" balas Ronan.

"Ini jam berapa?" tanya Nolan.

"Iya iya, sebenarnya tuh aku sudah datang dari tadi cuman kamu lagi ngobrol sama Si Alish jadi aku tunggu deh sampai kalian selesai ngobrol sambil beli air mineral dulu," balas Ronan menjelaskan kalau dia sebenarnya sudah datang sedari tadi.

"Iya deh iya," balas Nolan.

"Gimana tadi Si Alish?" tanya Ronan.

"Iya dia cuman mau mengembalikan buku catatan ku aja sih," balas Nolan.

"Oh gitu, kamu masih suka sama dia?" tanya Ronan.

"Iya masih suka lah Nan," balas Nolan.

"Iya sudah kalau gitu bilang ke dia, nunggu apa lagi sih?" tanya Ronan.

"Iya kalau dia suka sama aku?" tanya Nolan balik.

"Maksudnya kamu takut ditolak gitu? Woi seorang Nolan yang jadi idola cewek-cewek di kampus takut ditolak?" tanya Ronan menertawakan sahabatnya itu.

"Iya justru karena aku jadi idola cewek-cewek di kampus aku tidak biasa dengan penolakan," balas Nolan.

"Sial!" balas Ronan kesal.

"Yaudah deh kalau misal tuh Si Alish diambil sama ketua hima prodi sebelah ikhlasin ya berarti?" tanya Ronan.

"Fedil maksudmu?" tanya Nolan.

"Iya Fedil kan kabar-kabarnya juga naksir sama Alish," balas Ronan.

"Iya nggak bisa lah enak aja!" balas Nolan.

"Iya sudah kalau gitu tembak aja dulu masalah nanti diterima atau nggak urusan nanti lah, yang penting kamu daj mencoba lebih baik patah hati karena ditolak daripada ditikung sih kalau aku," balas Ronan.

"Iya Nan kamu benar juga," balas Nolan.

"Iya udah nih kapan mau menyatakan perasaan mu?" tanya Ronan.

"Nanti pulang kuliah aja gimana?" tanya Nolan.

"Wah bagus tuh lebih cepat lebih baik," balas Ronan.

"Gimana tapi ngomongnya?" tanya Nolan.

"Iya bilang aja jujur kalau kamu suka sama dia lebih dari seorang teman," balas Ronan.

"Iya udah lah nanti aja dipikir lagi, sekarang kita masuk ke kelas dulu ini dah telat kita," balas Nolan.

"Yaudah deh, ayo!" ajak Ronan.

Nolan dan Ronan pun langsung berjalan menuju ke kelas mereka. Mereka menjadi sorotan perhatian di sepanjang lorong kampus tak jarang para gadis histeris dengan ketampanan dan pesona mereka berdua namun hal ini sudah menjadi hal yang biasa untuk mereka, mereka tetap berjalan cool dan santai tanpa peduli dengan tatapan orang-orang terhadap mereka, hal ini yang membuat pesona idola mereka berdua semakin terpancar.

***

Hari ini adalah hari pertama Maika memasuki dunia kampus namun di hari pertama ia sudah datang terlambat karena sebelum Maika berangkat ke kampus ia terlebih dahulu harus menyelesaikan pekerjaan rumah dan membantu neneknya.

"Aduh aku bisa terlambat nih," kata Maika.

"Tenang saja Mai kuliah sudah tidak seperti waktu kamu sekolah, jika kamu terlambat tidak akan ada yang menghukum kamu di depan pintu gerbang," kata Laena menenangkan.

"Emang kamu tau dari mana La?" tanya Maika.

"Iya karena aku juga sempat merasakan duduk di bangku perkuliahan walau hanya sebentar karena setelah itu aku harus pergi ke alam yang berbeda dan juga sudah selama ratusan tahun aku mengamati pergerakan manusia di muka bumi ini," balas Laena.

"Iya La tapi sama aja kan aku malu nanti waktu masuk ke dalam kelas kalau terlambat pasti semua orang akan memperhatikan aku, belum lagi aku bisa ketinggalan mata kuliah," balas Maika.

"Iya sudah sekarang percepat saja langkahmu untuk segera sampai di ruang kelas," balas Laena memberikan saran.

Maika pun mengikuti saran dari sahabatnya itu ia langsung segera mempercepat kakinya untuk masuk ke dalam ruang kelasnya.

"La aku nggak tau dimana ruang kelas ku?" tanya Maika.

"Apa kamu tidak berusaha menghubungi teman-teman kuliahmu melalui barang kotak canggih itu?" tanya Laena.

"Handphone maksud kamu?" tanya Maika.

"Iya benar," balas Laena.

"Sudah kemarin ada pengumuman di gedung enam, tapi aku tidak tau dimana gedung itu berada," balas Maika.

Raut wajah Maika terlihat begitu kebingungan mencari ruang kelasnya, Ronan dan Nolan yang tak sengaja melintas di samping Maika pun menyadari bahwa Maika adalah seorang mahasiswi baru yang sedang mencari ruang kelasnya.

"Kamu lagi cari ruang kelas kamu ya?" tanya Nolan ramah.

"I-iya mas," balas Maika gugup.

"Kalau boleh tau kelas nomor berapa dan gedung berapa?" tanya Nolan.

"Gedung enam ruang kelas nomor empat ratus dua mas," balas Maika.

"Oh ini sudah benar gedung enam kamu tinggal naik satu lagi anak tangga abis gitu lurus aja nanti di sebelah kanan ada tulisannya kok ruang kelas nomor empat ratus dua," balas Nolan.

"Ucapkan terima kasih cepat!" bisik Laena kepada Maika.

"Iya iya," balas Maika.

"Iya udah paham kan?" tanya Nolan yang mengira Maika sedang berbicara kepadanya.

"Iya mas sudah kok," balas Maika.

"Iya sudah kalau gitu aku duluan ya," balas Nolan berpamitan.

"Iya terima kasih," ucap Maika.

Nolan dan Ronan pun langsung meninggalkan Maika dan segera masuk ke dalam ruang kelasnya.

"Sejak kapan kamu memanggil anak lelaki dengan sebutan mas?" tanya Laena.

"Iya karena kan dia kakak tingkat," balas Maika.

"Kata nenek di Tanah Jawa kalau menyebut lelaki yang lebih tua itu dengan sebutan mas agar terdengar lebih sopan," sambung Maika menjelaskan.

"Oh begitu aku kira sebutan mas itu untuk pasangan suami istri saja," balas Laena.

"Ah sudah lah ayo kita masuk ke kelas!" ajak Maika.

Maika berjalan menuju ke ruang kelasnya sembari terus saja mengobrol dengan Laena yang membuatnya menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Udah gila tuh anak ngomong sendiri tapi kenapa beruntung banget bisa diajak ngobrol sama Ronan dan Nolan tadi," kata seorang gadis yang berbisik kepada temannya.

"Iya beruntung banget tuh cewek freak," balas temannya.

Lagi-lagi Maika mendengar semuanya namun ia memilih untuk tetap diam tak membalas karena malas berdebat dengan orang-orang yang tak mengenal betul dirinya dan juga tak dapat melihat Laena sepertinya.