Chereads / Hitam Dan Putih / Chapter 1 - Dunia Maika

Hitam Dan Putih

Nona_Pena
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Dunia Maika

Seorang gadis berambut hitam, tebal dan lurus yang tengah duduk bersantai di halaman rumahnya sembari membaca buku tebal miliknya.

"Di sini anginnya lumayan kencang ya?" tanya gadis itu.

"Iya lah kan aku lagi ada di halaman rumah," timpalnya dalam hati.

Maika membalik halaman demi halaman bukunya dan sesekali ia menyelipkan rambutnya ke dalam telinga namun tiap kali angin berhembus rambutnya kembali diporak-porandakan. Meski begitu Maika sama sekali tak menyerah untuk menyelipkan kembali rambutnya ke dalam telinganya, baginya memperbaiki hal yang telah dihancurkan berulang-ulang kali adalah hal yang biasa.

Maika terbiasa bangkit dan bangkit setiap kali ia terjatuh ia tahu bahwa ia akan tetap baik-baik saja ketika ia tetap bangkit dan terus berlari walaupun hingga kini ia juga tak memahami kenapa ia terus saja berlari?

"Mai!!" panggil seorang wanita yang berusia lanjut dari dalam rumah.

"Iya nek," balas Maika.

"Tolong kamu ke sini dulu," pinta sang nenek.

Maika pun langsung kembali menutup bukunya dan menaruhnya sejenak untuk membantu sang nenek yang memang sudah tua dan sangat membutuhkan bantuannya.

***

"Ada apa nek? Apa nenek perlu bantuan?" tanya Maika.

"Iya Mai," balas nenek.

"Apa yang bisa Maika bantu?" tanya Maika.

"Apa kamu mau pergi ke supermarket untuk membelikan nenek minyak goreng dan juga sabun pencuci piring?" tanya nenek.

"Iya nek bisa," balas Maika menyanggupinya.

"Kalau begitu ini uangnya kamu pilih yang harganya paling murah ya! Karena kita harus berhemat," pintah nenek.

"Iya nek," balas Maika.

Maika pun membawa uang pemberian nenek untuk membeli minyak goreng dan juga sabun pencuci piring.

Sebenarnya Maika juga tak terlalu memahami jalanan di sekitar rumah nenek namun ia tetap menyanggupi permintaan neneknya. Semenjak kepergian kakeknya untuk selama-lamanya membuat neneknya hidup seorang diri di rumah besarnya dengan bangunan yang terlihat tua, karena Maika merasa iba dengan keadaan neneknya ia pun rela untuk melanjutkan pendidikan S1 nya di kota tempat nenek tinggal karena jika bukan dirinya maka siapa lagi? Cucu dan anak-anak nenek lainnya sudah pada sibuk mengejar impian dan dunianya, ada yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di universitas ternama dan ada juga yang sibuk membina keluarga harmonisnya, tak ada pilihan lain selain dirinya yang menemani nenek di rumah tuanya. Maika merasa banyak berhutang budi kepada kakek dan juga neneknya karena sedari kecil mereka berdua lah yang merawatnya sementara bundanya harus bekerja mencarikan nafkah untuknya dan ayahnya? Entahlah ia tak ingin sama sekali mengingat memori pahit Ten lelaki yang seharusnya menjadi cinta pertamanya itu.

***

Maika menyalakan mesin sepeda motornya namun sebelum itu ia terlebih dahulu menguncir rambut hitam panjangnya dan menggunakan helm agar aman dalam mengendarai sepeda motor.

***

"Aku dimana lagi ini?" tanya Maika.

Maika terlihat begitu bingung dengan keadaannya saat ini namun ia juga tak ada niatan sama sekali untuk bertanya kepada orang lain.

Maika memang pribadi yang sangat pemalu dan tertutup terkadang ini adalah hal baik tapi juga terkadang ini tak cukup baik di saat-saat sulit seperti ini.

Raut wajah kebingungan darinya terlihat begitu jelas membuat seorang remaja lelaki itu pun menyadari, ia yang berhati hangat pun langsung segera menghampiri Maika.

"Permisi," ucap lelaki itu.

"I-iya?" tanya Maika gugup.

"Tenang aja saya nggak bermaksud jahat kok saya cuman mau nanya aja kamu mau kemana? Kok kelihatannya wajah kamu terlihat kebingungan?" tanya lelaki itu.

"Iya kebetulan saya lagi cari supermarket di dekat sini, apa ada?" tanya Maika.

"Oh ada udah dekat banget kok dari sini," balas lelaki itu dengan senyuman hangatnya.

"Kalau boleh tau di sebelah mana ya?" tanya Maika.

"Kamu tinggal lurus saja dari sini sekitar lima menit lagi nanti di kanan jalan ada supermarket kebetulan di sana barang-barangnya juga lengkap kok," balas lelaki itu.

"Oh iya terima kasih mas," ucap Maika.

"Sama-sama," balas lelaki itu.

Maika langsung kembali menancap gasnya untuk menuju ke supermarket yang dimaksud oleh lelaki tersebut. Dan benar saja sekitar lima menit ia melihat supermarket di kanan jalan, Maika pun menyebrang jalan dengan penuh kehati-hatian. Hingga akhirnya ia tiba di depan supermarket.

"Huft," Maika menghela nafas panjang.

"Akhirnya sampai juga di supermarket," ucap Maika lega.

Maika pun segera memasuki supermarket dan mencari minyak goreng serta sabun pencuci piring yang paling murah.

"Dah lah ini aja yang paling murah kan kata nenek tadi," gumamnya.

Setelah selesai memilih Maika pun segera membawanya ke kasir untuk membayar barang belanjaannya.

"Sudah ini saja?" tanya petugas kasir.

"Iya sudah mbak itu saja," balas Maika.

"Baik," balas petugas kasir yang langsung menghitung total belanjaan milik Maika.

"Totalnya tiga puluh ribu rupiah ya," ujar petugas kasir.

"Iya mbak," balas Maika yang langsung memberikan sejumlah uang.

"Saya terima uang ya senilai lima puluh ribu ya, berarti kembali dua puluh ribu rupiah?" tanya petugas kasir memastikan.

"Iya benar mbak," balas Maika.

Petugas kasir itu pun memberikan sisa uang kembaliannya kepada Maika dan Maika mengambil barang belanjaannya setelah ia menerima uang kembalian tersebut.

"Terima kasih," ucap petugas kasir.

Maika pun langsung melewati petugas kasir tersebut dan keluar dari supermarket.

Maika memang pribadi yang sangat cuek dan sering kali tak peduli dengan lingkungan di sekitarnya hal ini adalah hal yang sebenarnya sangat tidak baik dan karenanya Maika tak pernah memiliki teman dekat selama di sekolah maupun di lingkungan manapun ia pernah berada. Meski begitu Maika tak pernah mengambil pusing hal tersebut karena ia masih memiliki sahabat baiknya Laena yang meski ia sadari bahwa Laena tak pernah tampak di mata manusia normal.

***

"Mai," kata Laena berbisik memanggil namanya.

"Ada apa La?" tanya Maika.

"Kamu habis membeli apa ini?" tanya Laena.

"Aku habis membeli minyak goreng dan juga sabun pencuci piring untuk nenek," balas Maika.

"Oh begitu," balas Laena.

"Aku suka suasana kota Surabaya, kamu suka juga nggak La?" tanya Maika.

"Suka!" balas Laena antusias.

***

Terlihat dua pria yang berjalan berpapasan melintasi Maika dan juga Laena namun yang dapat mereka lihat hanyalah Maika, hal itu yang membuat mereka berpikir Maika sudah tidak waras karena mengobrol seorang diri.

"Tuh anak udah gila kali ya ngomong sendiri?" tanya seorang pria kepada temannya.

"Iya kayaknya sih gitu coba kamu lihat aja dari cara berpenampilannya," balas temannya.

"Eh tapi kenapa orang gila bisa mengendarai sepeda motor ya?" tanya pria itu lagi Ketika melihat Laena menghidupkan mesin sepeda motornya.

"Iya juga ya, mungkin karena gilanya belum totalitas kali ya? Jadi masih bisa mengendarai sepeda motor," balas temannya yang menebak-nebak.

Mereka pun akhirnya tertawa bersama-sama karena menganggap hal tersebut sebagai lelucon.

Maika tak sengaja mendengar percakapan mereka berdua namun ia tetap memilih untuk tidak peduli dan mengabaikannya.

"Mai apa kamu tidak marah mereka berbicara buruk tentang kamu?" tanya Laena.

"Nggak La biarkan aja itu juga kan karena mereka nggak bisa lihat kamu," balas Maika.

"Iya kamu benar Mai tapi apa kamu tidak sakit hati dikatakan gila oleh mereka berdua?," tanya Laena.

"Hufft." Maika menghela nafas panjangnya.

"Memang bukan aku yang gila tapi mereka yang tidak dapat menyadari kehadiran kamu," balas Maika.

Laena hanya mengedipkan kelopak matanya yang indah sembari mata bulatnya yang berwarna biru memperlihatkan keluguannya, mungkin jika Laena masih bernapas ia akan menjadi gadis Belanda idaman para lelaki.