Chereads / Kekejaman Dunia / Chapter 11 - Firasat

Chapter 11 - Firasat

Nenek Khom pun menganggukinya, tetapi pandangannya tetap tidak beralih dari wajah cucunya.

Kini sudah tengah malam, hanya Kakung Karman dan Pak Yuan saja yang tidur. Sedangkan Nenek Khom menjaga Vanda yang mungkin nanti tiba tiba menangis lagi.

Sebenarnya tadi Pak Yuan ingin menemani anaknya, tapi dilarang oleh Nenek Khom karena besok Pak Yuan harus bekerja.

"Jangan Wan, biar Ibuk aja," tolak Nenek Khom secara halus.

"Lagian besok kamu harus kerja, kalo ga kerja nanti susah bayarin Vanda kalo tambah sakit gimana."

"Cuman kamu yang bisa di andalin Wan, biarin Ibu yang jaga aja kamu tiduro aja," pelan pelan Nenek Khom memberi penjelasan agar Pak Yuan tidak ngotot ingin menemani putrinya yang sedang sakit.

"Yauda iya Buk, kalo ada apa apa langsung bangunin Yuan ya," pamitnya dan pergi keluar kamar untuk tidur meskipun pikirannya sangat sulit untuk Pak Yuan hilangkan. Rasa khawatir kepada putrinya mampu menghilangkan rasa ngantuknya.

Di luar negeri, tepatnya di Singapura, Ibu Tina sedang liburan bersama teman temannya dan kini mereka menginap di hotel.

"Gimana tadi gaes? seru ga?" tanya seorang temannya bernama Rani.

"Seru banget woyy gilaa! apalagi triple date gini," sahut temannya lagi yang bernama Jihan.

"Gimana kalo lo Tin? seru kan ama cowo itu," tanya Rani.

"Ya seru lah, malah tambah lengket tuh sama William," goda Jihan.

"Apasihh, jangan mulai deh. Gue ngantuk mau tidur duluan," melangkahkan kakinya keluar kamarnya Rani menuju kamarnya sendiri.

Mereka liburan berenam, cewe 3 dan cowo 3. Entah apa yang di pikirkan oleh Ibu Vanda sampai sampai tidak ingat jika ada keluarga yang sedang menunggu kabarnya di rumah.

Ibu Tina mencuci wajahnya dan sikat gigi terlebih dulu sebelum tidur. Mengganti bajunya dengan pakaian tipis tanpa dalamannya. Karena itu sudah menjadi kebiasaanya ketika ingin tidur hanya memakai baju tipis karena lebih nyaman di pakai ketika tidur.

Matanya perlahan lahan mulai terpejam, dengkuran halus mulai terdengar. Tak selang beberapa lama, ada suara langkah kaki dari luar kamar menuju pintu kamar Ibu Tina. Entah dari mana orang itu tau pin kamarnya Ibu Tina.

Memencet tombolnya satu persatu, dan kini kamar Bu Tina telah terbuka. Terlihat Ibu Tina sudah terlelap dalam mimpinya, Kasur yang menyelimuti tubuhnya sudah acak acakan. Pakaian tipis yang tadi dia kenakan terlihat sedikit naik ke atas perutnya.

Orang yang tadi membuka pintu kamar Ibu Tina, ketika melihat posisi tidur Ibu Tina sekarang itupun menyunggingkan senyum.

Perlahan orang itu mengunci lagi pintunya, menguncinya dari dalam sehingga tidak ada orang yang bisa membukanya dari luar.

"Enghhhh… ," Ibu Tina berganti posisi, kini selimutnya sudah benar benar tidak menutupi tubuhnya lagi. Tubuhnya terekspos lebih jelas, apalagi tidak memakai pakaian dalam, hanya sebuah kain tipis yang menerawang.

Orang itu menoleh ketika mendengar lenguhan dari Ibu Tina, merasa was was takut Ibu Tina terbangun. Ternyata hanya pindah posisi saja, perasaanya lega melihat itu.

Orang itupun berjalan menuju kamar mandi, untuk berganti pakaiannya. Pria itu kemudian keluar dari kamar mandi hanya menggunakan boxer saja, melangkah mantap ke arah kasur yang di buat tidur Ibu Tina.

Menaiki kasur dengan pelan pelan, mengelus lembut kulit Ibu Tina yang halus. Mendekatkan hidungnya ke telinga Ibu Tina dan bernafas lembut disana. Ibu Tina merasa terusik dengan nafasnya sehingga membuatnya menggeliat.

"Let's start the game," membisikkan pelan ke telinga Ibu Tina, mengendus ke leher kemudian tatapannya jatuh kepada bibir Ibu Tina yang tebal. Mengecupnya pelan hingga akhrinya menutupi kedua tubuh mereka dengan selimut.

Sedangkah di rumah, Nenek Khom kelimpungan menidurkan Vanda yang masih sangat panas tubuhnya. Demam nya tak jkunjung turun, padahal ini sudah menunjukkan pukul tiga pagi yang berarti beberapa jam lagi sudah akan pagi.

"Sakit kali Buk, coba sini," menempelkan telapak tangannya di dahi Vanda. Dan benar dahinya terasa lebih hangat dari biasanya.

"Iya bener dia panas badannya, kompres gih Bu. Sini Vanda biar aku yang gendong," Kakung Karman menyuruh Nenek Khom mengambil kompresan agar panas Vanda bisa turun.

Dengan buru buru Nenek Khom segera mengambil kompresan di dapur.

Pak Yuan membuka pintu kamarnya sambal mengedip kedipkan matanya untuk melihat apa yang terjadi. Tidurnya terganggu karena mendengar suara gaduh di luar kamar.

"Ssssttt, bobo ya nakk," Nenek Khom menepuk nepuk Vanda pelan agar bisa tertidur. Tak lupa juga Nenek Khom mengganti kompresannya terus menerus ketika sudah terasa mulai dingin.

"Semoga aja pagi ini panasnya cepet turun," bergumam pelan sembari melihat wajah cucunya dengan belas asih. Sangat kasihan melihatnya.

"Ibu kamu sebenernya kemana to ndukk, sudah beberapa bulan ini tidak ada kabar," keluhnya pada diri sendiri.

"Apa ga kangen kamu to nduk. Nenek kasian sama kamu, sudah bertahun tahun di tinggal Ibukmu pergi ke luar negeri untuk bekerja."

"Tapi sekarang gada kabar sama sekali tentang ibukmu."

"Semoga saja Ibukmu bisa cepet pulang ya nduk biar kita semua bisa kumpul bareng lagi," Nenek Khom menyeka air matanya yang tak terasa sudah menetes.

"Biar bisa ngeliat kamu sudah mulai bisa jalan. Nenek sayang banget sama Ibukmu nduk," Nenek Khom kali ini memang benar benar kangen sekali dengan Ibu Tina.

"Firasat Nenek ga enak nduk, semoga saja Ibukmu baik baik aja ya," memang benar, sedari tadi Nenek Khom terlihat gelisah seperti ada sesuatu yang terjadi.

Di sisi lain, Ibu Tina sudah mulai merasakan tubuhnya seperti di terkam seseorang.

"Arghhh siapa sihhh!" Ibu Tina berusaha membelot agar tubuhnya terlepas dari pria tersebut.

Terus memberontak hingga akhirnya pria tersebut berbicara. "Ssssttt babyyy, ini aku sayangg," ucap pria tersebut.

"Kok bisa masuk sihh?" ketus Ibu Tina.

"Bisa dong, apa yang aku ga bisa," ucap pria tersebut dengan sangat santai.

"Lepasin! bisa minggir ga!" Ibu Tina terus memberontak sampai tubuhnya terlepas dari pria itu.

"Hey hey, kamu bisa nurut apa ga! klo masih mau berontak si aku jamin gajimu kamu bakal turun," mendengar ucapan bosnya seketika langsung luruh.

Yaps benar, pria tersebut adalah bosnya di Singapura saat ini. Ibu Tina tidak bisa lagi berontak jika sudah menyangkutkan gajinya seperti ini.

"Sudah bisa di mulai lagi kan?" tanya bosnya itu dengan senyum seringai.

Ibu Tina tidak menjawab satu kata pun, hanya pasrah saja denga napa yang nanti dia terima.

"Nikmatin setiap sentuhanku sayangg," bos tersebut memulai lagi aksinya yang sempat tertunda karena perihal Ibu tina terbangun. Tetapi justru permainan ini lebih seru jika semua sama sama menikmatinya bukan?.