Suasana kantin sekolah yang dikepalai oleh Pak Bayu terlihat sangat sibuk. Seperti biasa sebelum bel sekolah berbunyi, pasti banyak dari siswa yang singgah ke kantin dulu.
Sebagai sekolah favorit dan ternama tentulah tidak sedikit siswa ataupun siswi yang berasal dari luar daerah. Masing-masing dari mereka ada yang tinggal di asrama yang disediakan oleh pihak sekolah. Bahkan tidak jarang pula yang kost di dekat area sekolah.
Siswa-siswi yang tinggal di asrama ataupun kost inilah yang setiap hari tidak pernah absen dan selalu memenuhi kantin, sekedar untuk minum teh dan makan kue. Banyak juga yang membeli dan langsung menyantap sarapan pagi mereka.
Tidak jarang pula yang sudah datang pagi-pagi karena menghindari kemacetan jalan raya ibu kota. Ada juga yang datang lebih awal karena sudah ada janji penting dengan teman ataupun hanya sekedar ingin berbincang.
Seperti tiga siswi cantik yang sedang berbincang riang di area taman sekolah dekat parkiran. Ketiganya nampak begitu menikmati obrolan mereka sehingga tidak menyadari kala ada guru yang sedari tadi berdiri di belakang bangku tempat mereka duduk.
"Ehemm," suara berwibawa sang guru muda nan tampan mengagetkan tiga gadis cantik yang sedang asyik ngerumpi sambil menikmati cemilan di tangan masing-masing.
Seketika dua gadis itu pun menoleh ke belakang, lain halnya dengan satu gadis dengan tubuh paling ramping dan sedang duduk di tengah yang langsung meloncat karena begitu kagetnya.
Akibat loncatan mendadak itulah yang membuat dua temannya tertawa ngakak, begitu juga dengan pak guru yang masih berdiri di belakang bangku panjang tersebut.
"Eh, Pak Harry. Maaf pak, saya sangat terkejut. Bapak sih yang ngagetin kita-kita," sapa gadis cantik nan langsing tersebut sambil garuk-garuk kepala dan tersenyum malu.
"Tidak mengapa. Harusnya bapak yang minta maaf karena sudah ngagetin kalian," jawab guru muda nan tampan rupawan dengan senyum khasnya yang membuatnya semakin mempesona.
"Kok kami tidak tahu tiba-tiba Pak Harry ada disini?" tanya gadis yang berambut panjang disana.
"Bagaimana kalian akan tahu kedatanganku, sedangkan kalian begitu serius ngerumpi," jawab pak Harry sambil melangkah ke depan mereka serta memasukkan dua tangan ke saku celananya yang membuat ia terlihat semakin maskulin di hadapan murid-murid tersebut.
"Bukan serius kok Pak. Kami-kami hanya sedang membicarakan tentang sang bunga sekolah saja," jawab gadis yang tadi sempat jingkrak karena kaget sambil kembali ke tempat duduknya.
"Bunga sekolah? Kalau bapak boleh tahu, siapa itu dan ada apa dengannya? jawab pak Harry dengan pemasaran sambil mendekat kepada tiga siswi tersebut. Meskipun dalam hati sang guru ia sudah tahu tentang siapa yang sedang mereka bicarakan.
Karena tidak ada siswi lain lagi yang di juluki bunga sekolah, kecuali hanya Syifa Kamila. Putri semata wayang dari pengusaha sukses Anggara Kurniawan yang berwajah cantik jelita dengan tubuh tinggi semampai layaknya peragawati dan bodi bak biola spanyol yang selama ini diam-diam ia kagumi dan harapkan jadi kekasihnya.
"Idih.. Masa Pak Harry tidak tahu sih. Itu si Mila, kelas tiga favorit itu lho," jawab siswi yang berambut pendek tersebut dengan muka masamnya sambil meremas bungkus snack yang sudah kosong isinya.
"Oo.. Syifa Kamila maksudmu? Memangnya apa yang terjadi dengan Mila?" jawab sang guru dengan rasa penasaran yang semakin dalam dan kekhawatiran yang nampak juga dari mimik mukanya.
"Tidak ada kok Pak Harry. Cuma saja, hari ini dia tidak masuk sekolah karena sakit. Mungkin bunga sekolah itu terlalu capek karena begadang tiap malam," lanjut si gadis yang terus mendominasi obrolan dengan wajah yang sedikit kurang menyenangkan.
Sang guru terus mendengarkan ucapan dari tiga siswi tersebut yang berbicara secara bergantian. Ia hanya menganggukkan kepalanya sambil sesekali pandangannya kesana-kemari seolah sedang mengawasi area di sekitarnya.
Sejatinya, dalam hati guru muda itu bertanya-tanya keadaan sang bunga sekolah dan mencemaskan sakit yang sedang di alami oleh siswi cantik sang idola setiap siswa di sekolah itu, termasuk juga idola guru muda tersebut.
Di tambah lagi dengan berita dan kenyataan bahwa Mila sudah sering begadang serta pulang malam akibat bergaul dengan kalangan luar.
Meskipun Syifa Kamila terus memusuhinya dan selalu saja menunjukkan rasa tidak suka setiap kali bertemu dengannya, namun Harry Wardana tidak pernah sedikitpun menanggapi perilaku siswi cantik sekaligus idolanya tersebut.
Justru guru muda yang belum lama mengajar tetapi sudah sangat familiar di sekolah favorit tersebut semakin merasa tertantang untuk bisa menjinakkan sang bunga sekolah.
"Sudah-sudah, jangan terlalu banyak menggunjing seseorang, apalagi itu teman kalian sendiri. Selalu berpikir positif saja," pak Harry mencoba mendinginkan suasana hati tiga siswi tersebut, kemudian meminta mereka untuk segera masuk ke dalam kelas karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.
Setelah mendengar arahan dari guru muda, raut wajah ketiga siswi itu pun terlihat kembali cerah dan menuruti arahanan, lalu segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju ruang kelas mereka.
Itulah salah satu metode yang digunakan oleh pak Harry, selalu mendekati dan mendengarkan setiap keluhan siswa-siswinya. Baru setelah itu memberi petunjuk dan pencerahan.
Cara seperti itulah yang membuat namanya meroket dalam sekejap dan langsung di terima oleh hampir semua model dan karakter siswa-siswi sekolah bonafid tersebut.
Setelah tiga siswi cantik itu pergi dari area taman dan di ikuti oleh siswa-siswi lainya yang juga mulai masuk ke ruang kelas masing-masing, Harry pun segera mengayunkan kaki ruang menuju kantor sekolah.
Sesampainya di dalam kantor untuk meletakkan tas kerja, sang guru muda yang baru saja mendengar berita dari tiga siswi di taman sekolah tentang sakitnya sang bunga sekolah tadi.
Kemudian guru tampan itu terlihat bergegas ke ruang konseling, setelah mengetuk pintu dan di persilakan, ia pun segera menghampiri ibu Anggelina selaku guru konseling Mila.
"Selamat pagi, Pak Harry. Ada yang bisa saya bantu?" sapa guru perempuan berkacamata lebar dan bertubuh subur tersebut.
Sejatinya ibu Anggelina itu adalah guru yang cantik wajahnya. Hanya saja perawakannya yang gemuk dan memakai kacamata besar serta bibir yang sangat sulit untuk tersenyum, juga statusnya selaku guru konseling.
Sehingga membuat siapapun siswa atau siswi yang berhadapan dengan beliau secara otomatis langsung mati kutu di buatnya. Namun sebenarnya kalau sudah menyelami sang guru subur tersebut adalah figur yang berhati lembut.
"Selamat pagi juga, Ibu Anggelina. Saya cuma mau menanyakan tentang liburnya Syifa Kamila hari ini, karena sakit atau ada alasan lain?" jawab sang guru berbakat dengan santai sambil merapikan posisi duduknya.
"Oo.. itu? Iya, sewaktu saya masih di perjalanan tadi Ayahnya Mila memintakan izin untuk putrinya yang tidak bisa masuk sekolah karena sedang sakit," jawab detil sang guru konseling dengan wajah sangarnya.
"Kenapa, Pak Harry. Sepertinya anda begitu peduli dengan siswi yang satu ini? Bukannya ia selalu memusuhi anda? Atau jangan-jangan Pak Harry juga sudah terhipnotis oleh kecantikan yang dimiliki sang bunga sekolah itu?" sambung dan cecar sang guru subur itu dengan muka sinisnya.
Karena terlalu serius dan tanpa ada senyum sedikitpun dari bibir guru perempuan itu, sehingga membuat pak Harry salah tingkah di buatnya.
To be continue...