Chapter 41 - Hamil

Ketidak hadiran sang bunga sekolah hari ini telah membuat banyak persepsi di kalangan siswa-siswi sekolah. Hal itu di karenakan selama menjadi siswi di sekolah tersebut, gadis cantik jelita yang jadi sosok idola lelaki baru kali ini libur sekolah.

Di tambah lagi adanya kabar miring yang sengaja di hembuskan oleh pesaing-pesaing Mila, yang memanfaatkan situasi. Liburnya sang bunga sekolah hari ini di karenakan tengah hamil muda.

Berita bohong dari oknum yang tidak bertanggung jawab itu pun dengan mudah beredar dan kian santer menjadi perbincangan di kalangan siswa-siswi sekolah. Terutama bagi siswi yang suka menggunjing dan kurang menyukai gadis cantik tersebut.

Beredarnya berita yang tidak jelas kebenarannya itu tidak hanya membuat heboh dikalangan siswa-siswi sekolah, bahkan kabar tersebut juga sudah sampai di telinga dewan guru yang tengah istirahat di kantor.

Dengan adanya kasak kusuk kabar yang tidak jelas itu membuat Harry Wardana, salah satu guru di sekolah tersebut yang juga sedang memendam rasa cinta terhadap sang bunga sekolah menjadi panas rasa.

Setelah tadi pagi ia menemui guru konseling, siang ini sang guru muda tersebut kembali menemui ibu Anggelina untuk memastikan kebenaran berita yang membuat hatinya tidak tenang.

Namu. apa yang terjadi, bukan jawaban atau kepastian berita yang ia dapatkan dari guru konseling, justru sang guru tampan rupawan itu kembali mendapat sindiran yang tidak mengenakkan.

"Lebih baik Pak Harry menanyakan langsung kepada orang tua Mila atau bila perlu, datang ke rumahnya saja," jawab guru bertubuh subur dengan wajah sadisnya.

Hal itu di karenakan dalam satu hari ini sudah kedua kalinya kehadiran Harry Wardana di ruangan guru perempuan tersebut dan selalu menanyakan tentang Mila, sehingga membuat Anggelina merasa emosi.

"Baiklah, Ibu Anggelina. Saya minta maaf sekiranya kehadiran dan pertanyaan saya kurang berkenan di hati anda," balas sang guru tampan itu sambil membungkukkan badan serta merapatkan kedua telapak tangan di depan dada.

Kemudian ia pun segera mohon diri lalu keluar dari ruangan tersebut dengan rasa yang malu. Sedangkan Anggelina hanya tersenyum getir sambil menatap kepergian sang guru muda yang tampan rupawan itu.

'Sial, ada apa denganku ini. Kenapa tingkahku jadi konyol seperti ini,' gumam Harry Wardana dengan wajah tertunduk sambil mengayunkan langkah kakinya kembali ke kantor.

Sementara di dalam Kamila's butik, tepatnya di ruangan kerja Yurike Kurniawan, terlihat perempuan paruh baya yang masih nampak cantik dan energik itu sedang merapikan tumpukan kertas yang merupakan berkas laporan penjualan dan baru saja ia pindah ke dalam laptop

Setelah menarik napas dalam-dalam dan membuangnya sambil mendorongkan punggungnya pada sandaran kursi putar. Ia segera mengambil smartphone yang tersimpan di dalam handbag kesayanganya.

Kemudian mengusap dan menscroll layar smartphone tersebut serta menemukan kontak seseorang, ia pun segera melakukan panggilan telepon.

Tidak lama untuk menunggu karena dalam sekejap seseorang yang di seberang sana sudah menerima panggilannya.

"Hallo, Bik Minah. Apakah kamu masih di kamar nona muda sekarang?" tanya perempuan yang masih terlihat segar dan cantik tersebut, meskipun usianya sudah melewati 40 tahun sambil tangan kirinya membetulkan kancing bajunya yang hampir terlepas.

"Iya, Hallo. Maaf, saya sedang di dapur, Nyonya. Karena tadi nona muda sedang tidur, jadi saya tinggal sebentar," jawab perempuan di seberang sana dengan gugup yang ternyata adalah kepala pembantu mansionnya.

"Baguslah kalau begitu. Bagaimana keterangan dari dokter tadi, Bik. Sakit apa yang di derita oleh gadis kesayanganku itu?" lanjut Yurike setelah mengetahui bahwa putri cantiknya sedang tidur.

Sejatinya dalam hati perempuan paruh baya istri Anggara Kurniawan itu sangat cemas dengan kondisi yang sedang dialami oleh putri semata wayangnya tersebut.

"Tidak ada, Nyonya. Dokter cuma bilang kalau Non Mila hanya kecapekan dan meminta untuk istirahat beberapa hari," sahut bibik pembantu dan menyampaikan keterangan dari dokter keluarga.

"Bik Minah, Kamu tidak bohong dengan ucapanmu kan?" desak nyonya Yurike dengan suara di tekan dan tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.

Ia khawatir kalau-kalau putrinya yang masih duduk di bangku SMA itu sedang hamil muda. Karena ia melihat dari raut wajah gadis cantiknya yang terlihat sangat pucat dan kondisi badannya yang sangat lemah.

Wajar saja kalau nyonya Anggara Kurniawan punya kekhawatiran seperti itu. Karena akhir-akhir ini putrinya tersebut sering keluar dan pulang malam serta selalu gonta ganti pasangan.

"Betul, Nyonya. Saya mengatakan yang sebenarnya. Kalau saya bohong, berani di sambar petir deh," jawab bibik pembantu dengan bersungguh-sungguh meyakinkan majikannya.

"Memangnya ada apa, Nyonya. Sepertinya anda mengkhawatirkan sesuatu?" sambung sang pembantu di seberang sana yang sedikit curiga dengan kata-kata nyonya besar Yurike.

"Iya-iya, Bik Minah. Aku percaya banget sama kamu. Syukurlah kalau cuma kecapekan," jawab nyonya Yurike dengan rasa lega sambil menghembuskan nafas panjangnya.

"Terus terang tadinya saya khawatir kalau putri kesayanganku itu tengah hamil muda, Bik," lanjut perempuan pemilik Kamila's butik itu menerangkan kepada kepala pembantu kepercayaannya, sengaja ia sampaikan karena tidak ingin membuat pengasuh putrinya itu makin penasaran.

"Oh my God. Kenapa Nyonya Yurike sampai berpikir jelek begitu?" jawab bik Minah sambil geleng-geleng kepala dan menutup mulutnya yang yang sedang terbuka lebar karena begitu terkejutnya.

"Maafkan saya, Bik Minah. Terus terang, akhir-akhir ini saya sangat khawatir dengan perubahan dan perkembangan putri cantikku," ucap nyonya besar yang masih terlihat sangat cantik dengan suara terbata-bata.

"Amit-amit deh, Nyonya. Jangan sampai hal itu terjadi pada Nona Muda. Meskipun dalam hati saya sendiri juga merasakan ketakutan seperti Nyonya Yurike khawatirkan itu," jawab bik Minah berterus terang.

"Ya sudah, Bik. Saya mau kerja lagi. Jangan lupa, obatnya diminumkan lho ya," ucap Nyonya Anggara yang sudah merasa tenang sekarang, lalu menutup panggilan telponnya.

"Siap laksanakan!" jawab bik Minah penuh semangat dengan suara lantang dan membuat tiga pembantu lainnya yang sedang berada di dapur saling memandang kemudian tertawa lebar.

Setelah selesai menerima panggilan telepon dari nyonya besar, lalu perempuan paruh baya yang menjadi kepala pembantu di mansion itu segera meminta salah seorang pembantu yang sedang berada di dekatnya untuk membuatkan minuman hangat, yakni jahe susu yang tadi diminta oleh nona muda sebelum gadis cantik itu tidur.

Tidak butuh waktu lama, pembantu yang usianya sebaya dengan bik Minah itu sudah selesai menyiapkan minuman pesanan nona muda, kemudian menyerahkan kepada kepala pembantu tersebut.

Setelah menerima satu gelas besar berisi jahe susu dan meletakkan di atas nampan, perempuan paruh baya yang sudah mengasuh nona muda sejak balita itu pun kemudian melangkah masuk dan menuju kamar dimana nona muda sedang tidur.

Ia berharap nona Mila itu sudah bangun agar bisa dengan segera menikmati jahe susu yang masih hangat untuk menambah kebugaran tubuh gadis cantik kesayangannya tersebut.

To be continue...