Chereads / One Night Stand With My Teacher (IDN) / Chapter 46 - Berbuat Dosa

Chapter 46 - Berbuat Dosa

Siang jelang sore hari di mansion Agung Bramasta, hanya tinggal satu dua pegawai di sana yang masih belum menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan yang lainnya tampak sudah terlihat santai dan sebagain lagi telah beristirahat.

Semenjak pindahnya Harry Wardana dari mansion itu, tugas ataupun pekerjaan yang biasa di jalankan oleh adik angkat Agung Bramasta tersebut otomatis di kembalikan lagi kepada kepala pembantu.

Meskipun hanya beberapa bulan saja sang guru muda itu tinggal di bangunan mewah dan megah itu, sejatinya semua pekerja di mansion tersebut merasa senang dan cocok dengan sosok pria tampan yang murah senyum itu.

Selain itu juga, sewaktu guru ganteng tinggal di mansion, sang pemilik yakni tuan Agung Bramasta tidak pernah ikut campur dengan semua masalah pekerjaan karena sudah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada saudara angkatnya tersebut.

Satu lagi hal yang disukai oleh hampir semua pekerja dari lelaki muda nan tampan rupawan itu, cara dia berinteraksi ataupun pendekatan serta mengarahkan pekerjaan, semua dilakukan dengan ketulusan hati tanpa menunjukkan rasa emosi.

Berbeda jauh dengan karakter tuan Agung Bramasta yang sangat mudah terpancing emosi serta selalu mengedepankan kekerasan. Harap dimaklumi karena background dua lelaki itu sangat berbeda.

Meskipun sama-sama pernah mengenyam pendidikan tinggi, namun langkah ataupun jalan hidup keduanya berlawanan.

Harry Wardana hidup di komplek pedesaan yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian, sedangkan Agung Bramasta hidup di kota metropolitan yang keras, apalagi ayah kandung Rendi tersebut semasa mudanya lebih sering hidup di jalanan.

Saat ini putra sulung Agung Bramasta terlihat sedang serius belajar di kamarnya. Nampak pemuda itu duduk bersandar di kursi putar depan meja belajar sambil tatapan matanya tajam kearah layar laptop yang menyala, sesekali juga ia serius membaca buku yang sedang dipegangnya.

Belakangan ini memang sang pemuda sangat rajin belajar sesuai perintah pamannya karena beberapa hari lagi ujian akhir kelulusan akan dilaksanakan.

'Paman minta, kamu harus lebih giat lagi belajarnya, Nak Rendi. Supaya nilai ujianmu bagus dan bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa menumpang nama besar ayahmu,' kalimat itulah yang ia ingat dan dijadikan sebagai cambuk oleh sang pemuda tiap kali rasa malas mulai muncul dalam dirinya.

Namun terkadang, ada saja godaan ataupun tantangan yang datang menghampiri. Seperti halnya yang terjadi hari ini, saat ia sedang serius belajar tiba-tiba Alex datang tanpa permisi.

"Dorr!! Kakak serius amat sih belajarnya," ucap pemuda belia yang sudah berada di depan pintu kamar sambil memukul daun pintu sehingga mengagetkan Rendi.

"Ya, Tuhan. Alex, kamu ngagetin kakak deh. Masuk kamar itu ketuk pintu atau permisi dulu! Bukan cengar cengir begitu," omel sang kakak dengan wajah kesalnya sambil spontan melempar pulpen yang sedang ia pegang kearah adik kecilnya.

"Eit,, tidak kena. Jangan gampang emosi, Kak. Nanti kena stroke lho," jawab pemuda kecil yang masih berdiri di depan pintu sambil menghindari lemparan serta menjulurkan lidahnya untuk mengejek sang kakak.

"Kamu ngapain kesini, emang gak boci apa?" tanya sang kakak yang mulai curiga dengan kemunculan adiknya tersebut.

"Ya aku kan kangen sama kakakku satu-satunya yang tampan rupawan serta baik hati dan penyayang ini," jawab sang adik dengan senyum manisnya sambil mendekati lalu mengelus-elus punggung sang kakak.

'Waah, repot ini bocah. Mau minta diantar kemana lagi ini,' gumam Rendi saat Alex tiba-tiba muncul, karena ia paham betul dengan karakter adiknya yang akhir-akhir ini semakin manja kepadanya.

"Sudah lah, Alex. Tidak usah basa-basi, To the points aja deh," jawab sang kakak menekan suara karena ia tidak ingin berlama-lama dalam penasarannya.

"Santai, Bro. Alex hanya ingin menjelaskan, kita jadi pergi ke pantai bersama paman Harry apa tidak?" bisik si kecil sambil mulutnya didekatkan ke telinga kakaknya.

"Oh iya, Kakak hampir saja lupa kalau sore ini kita mau latihan silat di pinggir pantai. Sebentar, Alex. Kakak telpon paman Harry dulu," jawab Rendi dengan sedikit menegakkan posisi duduknya sambil meletakkan buku yang tadi ia baca ke atas meja belajar.

"Buruan, Kak. Alex sudah tidak sabar untuk ketemu paman secepatnya," balas putra bungsu Agung Bramasta dengan girang lalu ia melangkah ke arah ranjang king size milik Kakaknya untuk mengambilkan ponsel sang Abang yang tergeletak di sana.

Kemudian pemuda belia itupun segera memberikan ponsel sang kakak dengan sopan dan senyum yang di buat-buat, sengaja ingin menggoda abangnya tersebut.

Rendi segera menerima ponselnya dan mengucapkan terimakasih sambil mencubit pipi tembam sang adik. Setelahnya, pemuda tampan itu pun mencari kontak Harry Wardana, lalu menelpon paman sekaligus gurunya tersebut.

Setelah beberapa kali melakukan panggilan, namun tidak juga di angkat. Rendi memutuskan dan mengajak adiknya untuk langsung berangkat ke rumah sang paman karena kuat dugaannya kalau pamannya sedang tidur untuk istirahat.

Tidak lama setelah itu, nampak kakak beradik itu sudah berada di dalam mobil sport yang parkir di halaman mansion dan bersiap untuk berangkat.

"Alex, kita jemput teman kakak dulu ya," ucap Rendi setelah ia berada di belakang kemudi. Karena putra sulung Agung Bramasta tersebut memang sudah berjanji kepada Rian sahabatnya, untuk ikut serta dalam acara sore ini.

Mobil sport warna merah itu sudah terlihat keluar dari gerbang mansion Agung Bramasta dan melaju kencang menyusuri jalanan ibukota untuk menuju ke rumah Rian sebelum menjemput paman Harry.

Sementara di rumah kontrakan Harry Wardana, dua insan berlainan jenis yang sedang di kuasai oleh napsu setan, tidak memperdulikan suara telepon genggam yang berkali-kali berdering.

Pria dan wanita yang sudah di kuasai oleh nafsu birahi dan tengah melakukan perbuatan terlarang tanpa adanya ikatan tersebut masih saja bergulat penuh gairah.

"Sayang, ponselmu terus berbunyi itu, angkat dulu. Siapa tahu panggilan penting dari keluarga atau mungkin temanmu," ucap wanita yang sedang di kungkung oleh pria bertubuh kekar sambil menghentikan aktivitas lidahnya serta tangan kecilnya mendorong tubuh yang berada di atasnya.

"Biarkan saja, Sayang. Nanti akan aku telpon balik. Sekarang kita nikmati saja kegiatan ini," jawab sang lelaki sambil tangan kanannya merah ponsel di dekat mereka lalu mematikan benda kecil tersebut.

Ia pun terus saja melancarkan aksi bejadnya tanpa memperdulikan sang wanita yang berusaha untuk berontak dan mengalihkan tubuh kekar yang masih menghimpit tubuh seksi tersebut.

Hingga akhirnya, satu kalimat keluar dari bibir tebal dan sensual sang wanita yang spontan menyadarkan keduanya.

"Kita telah berbuat dosa, Pak Harry," ucap lirih sang wanita dengan mata terpejam seolah merasa malu dan bersalah, sambil kedua tangannya mendorong kasar tubuh kekar sang lelaki.

"Oh, Tuhan. Apa yang sudah aku lakukan?" ucap sang pria sambil menghentikan aksi tak terpujinya lalu segera bangkit dan melepaskan tubuh sang wanita yang sedari tadi ia tindih.

"Maafkan saya, Nagita. Saya khilaf," lanjut sang lelaki tampan yang sudah bermandikan peluh di sekujur tubuhnya. Lalu ia bergegas meraih selimut kemudian menutupi tubuh mulus sang wanita yang masih terbaring lemas di atas ranjang.

Sang guru muda itu pun segera berlari keluar kamar menuju kamar mandi sambil memungut handuk yang tergeletak di lantai dapur.

Sedangkan sang wanita cantik masih terdiam di atas ranjang, nampak jelas dari raut wajahnya kalau ia terlihat kesal dan menyesali perbuatannya.

Kini sang lelaki kekar nan tampan itu sudah kembali ke kamar dengan membawa pakaian sang wanita cantik yang tadi tercecer di lantai ruang belakang.

To be continue...