Siang hari di depan mansion Anggara Kurniawan, tepatnya di pos security yang terletak di sudut halaman dekat gerbang besi nan lebar.
Terlihat dua lelaki dengan postur tubuh tinggi besar memakai pakaian serba hitam dan kaca mata gelap sedang duduk santai dan berbincang sambil menikmati kopi hitam yang diletakkan di atas meja kecil perlengkapan pos security tersebut.
Itu karena hari ini tidak begitu banyak yang keluar masuk gerbang, baik itu penghuni mansion maupun tamu yang datang sehingga dua penjaga keamanan itu bisa sedikit santai.
Akan tetapi kesantaian dua penjaga itu, yakni pak Jono dan satu temannya tersebut tiba-tiba di kejutkan oleh suara klakson dari arah luar gerbang.
Setelah pak Jono mengintip dari jendela kecil yang terdapat di pos itu, ia melihat sebuah mobil Mercedes Benz C-Class warna merah sudah terparkir di depan gerbang.
Karena pintu gerbang tidak segera di buka, sehingga sang pengemudi yang belum diketahui identitasnya itu berkali-kali membunyikan klakson dan membuat bising kedua pegawai mansion yang bertugas sebagai penjaga pintu.
"Siapa tamu yang datang dan tidak sopan seperti itu. Kasany, coba kamu lihat siapa itu yang datang," ucap pak Jono selaku kepala sekuriti meminta bawahannya untuk menghampiri pengemudi yang berada di mobil mewah tersebut.
"Siap, Laksanakan!" jawab sang petugas keamanan dengan semangat dan segera melangkah menuju ke arah mobil yang berada di depan gerbang sambil merapikan topi dinasnya.
"Selamat siang, Bos. Ada yang bisa saya bantu?" tanya si petugas setelah dirinya. berapa di sebelah kanan mobil tersebut, sedangkan sang pengemudi belum juga menurunkan kaca jendela mobilnya.
Hak itulah yang membuat sang petugas keamanan merasa sedikit tidak dihargai. Meskipun ia bisa melihat sosok pemuda yang duduk di belakang kemudi dari kaca depan mobil mewah itu, namun karena sang penjaga tidak mengenali tamu tersebut dan pemuda itu juga tidak mau memperkenalkan diri.
Akhirnya pegawai keamanan yang merupakan salah satu anak buah pak Jono itu pun membalikkan badan dan bermaksud kembali menuju pos security.
Lagi-lagi suara klakson di bunyikan oleh pemuda sombong tersebut, sehingga membuat pak Jono merasa penasaran dan segera bangkit dadi duduknya kemudian berjalan keluar menuju ke mobil hitam tersebut.
"Oh, Tuan muda Faizal. Maafkan anak buah saya yang membuat anda sedikit menunggu," sapa pak Jono sambil membungkukkan badan setelah sekilas melihat dari kaca depan mobil dan mengenali sosok yang duduk di belakang kemudi itu.
Lalu pria paruh baya itu segera membalikkan badan dan berjalan menghampiri rekan kerjanya serta meminta lelaki yang berkulit sedikit gelap itu untuk membuka pintu gerbang.
Sementara pengemudi muda yang masih tetap berada di dalam mobilnya, nampak sedikit kesal dan hanya mengibaskan tangannya sebagai tanda perintah kepada dua satpam itu untuk segera memberi jalan untuknya.
Tidak lama, pintu besar itu pun terbuka dan pemuda tampan yang berada di belakang kemudi Mercedes Benz C-Class tersebut segera melajukan mobilnya melewati dua lelaki paruh baya yang berdiri di depan pos jaga serta memberi hormat kepadanya.
Mobil mewah yang dikemudikan oleh pacar nona Mila yakni Faizal sang putra pejabat tinggi negara itu sekarang terlihat sudah berhenti di depan halaman samping mansion.
Sedangkan dua penjaga keamanan yang sedari tadi memperhatikan dari jauh, kini tengah menutup pintu lebar itu bersama-sama.
"Anak muda jaman sekarang, ada-ada saja tingkahnya," celetuk pria paruh baya yang kulitnya sedikit gelap sambil melangkah menuju pos jaga.
"Jangan sembarangan, Kamu. Pemuda tampan tadi itu adalah pacar nona muda. Dia itu putra pejabat tinggi negara yang kuliah di luar negeri dan sekarang sedang libur," ucap pak Jono dengan suara sedikit dikeraskan sambil meraih kursinya untuk kembali duduk.
"Ternyata pendidikan tinggi tidak menjamin akhlak mulia seseorang ya, Pak Jono?" jawab sang petugas jaga berambut ikal tersebut sambil ikutan duduk di kursi sebelah komandannya dengan menggelengkan kepala.
"Tidak semuanya seperti itu, Kawan. Tergantung sifat dan karakter orangnya saja," balas pak komandan menimpali ucapan bawahannya sambil menyeruput kopi hitam di hadapannya.
Di dalam mansion, tepatnya di dapur. Bik Minah selaku kepala pembantu yang melihat kedatangan mobil mewah berwarna hitam itu sedang memperhatikan dengan seksama.
Dengan ditemani oleh Yanti yang juga ikut-ikutan serius memandangi mobil tersebut, serta tangan kanan sang janda muda itu masih memegang pisau dan buah pepaya yang sedang dikupasnya.
Begitu mobil mewah berwarna hitam itu berhenti dan nampak pemuda berparas tampan, berkulit putih bersih dengan tinggi semampai dan postur tubuh yang sangat sempurna. Kedua pembantu mansion Anggara Kurniawan itu langsung mengenali sosok pemuda tampan tersebut.
Tanpa di komando, kepala pembantu yang masih terlihat segar itu segera berhambur kearah mobil mewah tersebut dan menyambut kedatangan pacar nona mudanya yang anak pejabat tersebut.
"Selamat datang, Tuan Faizal. Silakan masuk," ucap perempuan paruh baya dengan sopan dan membimbing sang pemuda untuk segera masuk ke dalam.
"Iya, Bik Minah. Terima kasih," jawab putra pejabat tinggi negara tersebut sambil mengikuti di belakang kepala pembantu yang sedang berjalan masuk ke dalam mansion.
"Tuan muda, silakan duduk. Nona Mila sedang tidur setelah minum obat tadi,' ucap perempuan paruh baya sambil ibu jarinya menunjuk ke arah sofa yang tersedia di ruangan besar nan mewah itu.
"Baiklah, Bik Minah," jawab sang pemuda ganteng sambil melangkah ke sofa lalu duduk di atasnya.
"Bik Minah, sebenarnya Nona Mila sakit apa sih?" tanya sang pemuda setelah ia duduk dengan wajah cemas.
"Tidak ada, Tuan. Kata dokter, Nona Muda cuma kecapekan saja. Setelah rutin minum obat dan istirahat cukup, nanti juga sembuh," jawab sang kepala pembantu dengan rinci dan hati-hati. Karena ia takut kalau-kalau sang putra pejabat tinggi negara itu tersinggung.
"Jadi begitu ya? Mudah-mudahan Mila segera sehat kembali ya, Bik," jawab sang pemuda dengan wajah penuh harap, namun sudah tidak begitu panik lagi.
"Iya, Tuan. Terima kasih. Oh iya, Tuan Faizal mau minum apa?" balas perempuan paruh baya sambil tersenyum dan menawarkan.
"Buatkan aku kopi hitam yang seperti waktu itu, Bik Minah. Itu takarannya pas dan rasanya nikmat tiada tara lho," jawab sang pemuda dengan semangat dan senyum tipisnya yang menawan sambil tangannya meraih tabloid yang terletak di samping tempat duduknya.
"Baiklah, Tuan Faizal. Saya ke belakang dulu dan menyuruh Yanti untuk mendapatkan kopi pesanan anda," balas bik Minah dengan mengangguk dan tersenyum kemudian melangkah meninggalkan ruangan besar tersebut.
"Iya, Bik Minah. Silakan," sang pemuda menjawab dengan santai sambil manik hitamnya mulai membuka dan membaca isi tabloid yang sedang di pegangnya.
To be continue..