Chereads / One Night Stand With My Teacher (IDN) / Chapter 43 - Indahnya dunia

Chapter 43 - Indahnya dunia

Rangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dikepalai oleh Pak Bayu sudah selesai terlaksana dan berjalan dengan baik serta lancar.

Usai terdengar bell sekolah tanda berakhirnya pelajaran, masing-masing guru yang bertugas pun segera mengakhiri pengajarannya lalu mempersilakan semua anak didiknya berkemas untuk pulang.

Guru-guru yang mengajar pelajaran akhir pun sudah terlihat keluar dari ruangan kelas, di ikuti oleh sorak girang siswa-siswi yang mulai berhamburan keluar kelas kemudian saling berlomba menuju gerbang depan sekolah.

Hanya beberapa menit dari itu, suasana sekolah sudah terlihat sepi. Hanya tinggal beberapa murid yang sedang duduk-duduk di dekat pintu gerbang sembari menunggu jemputan.

Beberapa siswa laki-laki ada yang terlihat berkelompok dan berjalan kaki menyusuri trotoar jalan raya di depan gedung sekolah, sepertinya ada kegiatan yang akan mereka lakukan, itu karena nampak kegembiraan dari wajah mereka.

Rendi yang pagi akhir-akhir ini sudah berangkat dan pulang dengan mengemudi mobil sportnya sendiri juga sudah terlihat keluar melewati gerbang bersama Rian sahabat baiknya.

Seperti hari-hari biasanya, saat pulang sekolah ia selalu mengantar sahabatnya tersebut sampai di depan komplek perumahan tempat tinggal Rian, baru selanjutnya Rendi pulang ke mansion Agung Bramasta.

Sementara di kantor sekolah, beberapa guru juga sudah mulai terlihat keluar dan berjalan menuju kendaraan masing-masing yang terletak di area parkir sekolah.

Sedangkan Guru baru, Harry Wardana nampak masih di depan pintu kantor dan tengah berbincang dengan sang kepala sekolah yakni pak Bayu.

Entah apa yang sedang di bicarakan oleh dua guru beda generasi tersebut, terlihat begitu serius namun sesekali juga terlihat senyum lebar diantara keduanya.

Kurang lebih lima menitan Pak Bayu dan pak Harry terlibat perbincangan serius. Kemudian kedua guru tersebut sudah berjalan berdampingan menuju tempat parkir.

Sesampainya di dekat mobil masing-masing, keduanya saling melambaikan tangan lalu masuk kedalam mobil dan segera menyalakan mesin.

Sebagai junior, Harry Wardana tidak ingin lancang sehingga ia pun mempersilakan kepada atasannya untuk melaju lebih dulu, baru kemudian mobil butut yang ia kemudikan mengikuti di belakang mobil klasik yang di kemudikan oleh pak Bayu.

Dua mobil jenis lama itu terlihat sudah melewati gerbang besar. Setelah menyapa dua penjaga keamanan yang sedang bertugas, mobil yang di kemudikan oleh pak Bayu dan pak Harry pun meninggalkan gedung sekolah dan melaju menuju kediaman masing-masing.

Lama dua mobil tua tersebut berjalan beriringan, hingga sampailah kedua kereta besi itu di pertigaan yang memisahkan jalur mereka.

Sebenarnya tempat tinggal Harry yang sekarang masih satu arah dengan kediaman pak Bayu. Namun sengaja ia belok kanan dari pertigaan untuk mengambil jalur pintas agar bisa sedikit menghemat bahan bakar.

Semenjak permasalahan yang terjadi di komplek kontrakan kepunyaan Agung Bramasta tempo hari bisa di selesaikan dengan mudah oleh Harry Wardana, sudah hampir dua minggu ini sang guru muda itu sekarang menempati salah satu rumah tersebut.

Semua itu atas perintah dan kepercayaan dari Agung Bramasta yang merupakan saudara angkat dari Harry Wardana.

Sesuai dengan keputusan sang pemilik perusahaan Bramasta Shield kalau beberapa usaha di bidang kontrakan dan perumahan miliknya sudah dipercayakan kepada Harry Wardana.

Hal yang mendasari keputusan Agung Bramasta adalah semakin bertambahnya bidang usaha yang ia geluti dan sulitnya mencari sosok yang benar-benar mampu mengelola serta yang paling penting adalah menemukan orang yang bisa di percaya untuk mengemban amanatnya.

Harry Wardana adalah putra dari Shindu Wardana, guru sekaligus orang tua angkat Agung Bramasta, yang sudah tidak diragukan lagi akan kemampuan dan kejujurannya. Itulah kenapa Agung lebih memilih saudara angkatnya tersebut untuk mengelola bidang usaha yang satu ini.

Mobil butut yang dikemudikan oleh Harry Wardana masih melaju menyusuri jalanan kecil nan padat dan mulai masuk ke kampung penduduk, arah dimana letak kontrakan tempat tinggalnya, sekaligus komplek yang ia kelola.

Sampailah sudah kereta besi tua yang masih bandel itu di depan deretan bangunan petak nan padat tersebut. Sang guru muda pun segera memarkir mobilnya tepat di depan rumah yang ia tempati.

Tidak lama setelah itu, Harry sudah terlihat keluar dari mobil dan mengayunkan kaki menuju pintu rumahnya, sambil sesekali mengangguk dan menjawab sapaan dari penghuni rumah kontrakan lainnya.

Sebagai komplek kontrakan yang sederhana, maklum saja kalau rata-rata penghuni di sana berasal dari kalangan bawah dan itu yang membuat Harry begitu mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Hanya saja kalau di jam siang seperti ini yang banyak di rumah adalah kaum emak-emak.

"Selamat siang, Pak Harry. Sepertinya anda baru pulang dari dinas?" sapa perempuan kitaran 25 tahunan yang sedang duduk santai di teras dengan emak-emak lainya.

"Selamat siang juga, Ibu-ibu. Bukan dinas, tetapi habis dari nguli," jawab sang guru muda dengan tatapan lembut dan senyum di bibirnya sambil tangannya sibuk membuka pintu.

"Eh, Pak Harry. Salah lobang itu," teriak ibu dengan bodi jumbo sambil jarinya menunjuk ke arah pintu yang sedang di buka oleh Harry.

Sang guru muda yang sediki terkejut, kemudian manik hitamnya melihat ke arah pintu dan segera menyadari kalau tangannya memang salah memasukkan kunci. Dengan jiwa yang sudah terdidik, ia pun segera mengatasi kepanikannya.

"Oh, iya. Salah lobang. Habisnya saya grogi sih, di lihatin terus oleh wanita-wanita cantik," ucap dan goda sang guru muda tersebut sambil tangannya menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.

Sengaja ia lakukan dan berkata seperti itu karena sejatinya ia merasa malu dengan kebodohan yang baru saja dilakukannya.

"Cantik kalau di lihat dari puncak monas ya, Pak Harry?" jawab perempuan yang paling muda dan terlihat paling bersih serta cantik dibandingkan dengan emak-emak lainya sambil tersenyum manis ke arah guru muda tersebut.

"Haha, Mbak ini bisa saja. Mari ibu-ibu, saya masuk dulu," jawab singkat dari Harry sambil melangkah masuk ke dalam rumah kemudian melepas sepatu dan kemeja dinasnya.

Selanjutnya, sang guru muda segera bergegas menuju dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dari keringat. Sesampainya di dalam, dirinya tidak langsung mandi.

Akan tetapi, sang guru muda yang kini hanya mengenakan pakaian dalam bagian bawah, pasca membasuh muka , tubuh kekar itu sekarang terlihat sedang berdiri di depan cermin dan menatap tajam kearah gambar yang ada dalam cermin tersebut.

'ugh.. seperti inikah nasib orang yang hidup bagaikan angka satu? Mandi sendiri, masak sendiri, makan sendiri, tidur sendiri bahkan nyuci baju pun sendiri,' gumam lelaki tampan bertubuh laksana atlit binaraga tersebut sambil berkali-kali membasuh mukanya.

'Kapan aku akan menemukan pendamping hidup yang bisa menemani hari-hariku dengan kebahagiaan? Andai saja Mila sudi menjadi istriku. Alangkah indahnya duniaku ini,' batin sang guru muda sambil senyum-senyum sendiri laksana orang yang kurang waras.

Setelah merasa bosan dengan ocehannya sendiri, Kemudian lelaki ganteng itu pun kini sudah berada dibawah shower dan tengah mengguyur tubuhnya sekedar untuk menghilangkan kepenatan diri.

To be continue...