Chapter 39 - Menggeliat

Semua hidangan sarapan pagi sudah siap dan tersaji di meja makan. Anggara Kurniawan dan juga istri cantiknya sudah duduk bersebelahan untuk menikmati sarapan pagi sebelum berangkat menuju kantor masing-masing.

Namun kelihatannya mereka berdua masih menunggu putri semata wayangnya yang pagi ini bangun kesiangan, sehingga telat untuk memulai acara sarapan bersama seperti hari-hari sebelumnya.

Gadis cantik yang sedang mereka tunggu juga sudah terlihat tengah berjalan menuruni anak tangga menuju ke arah meja makan dengan diiringi oleh bibik pembantu setianya.

Biasanya nona muda akan turun dengan sendirinya, namun tidak dengan hari ini. Sedari tadi, bik Minah sengaja menunggu dan membantu gadis cantik tersebut untuk mandi dan menyiapkan diri untuk bersekolah.

Karena perempuan paruh baya itu tahu kalau kondisi gadis yang di asuhanya sejak kecil tersebut sedang tidak baik.

Hal itu yang membuat nyonya Yurike merasa curiga dengan kejadian pagi ini. Di tambah lagi dengan kondisi putri cantiknya itu nampak tidak begitu bersemangat.

"Selamat pagi, Pa, Ma," sapa gadis cantik yang sudah mengenakan seragam sekolah tersebut dengan senyum tipisnya sambil menarik kursi lalu duduk di sebelah mamanya.

"Pagi juga, Sayang," jawab sang ayah dengan balasan senyum lembutnya.

Lain halnya dengan nyonya Yurike, sebagai seorang ibu yang sudah sangat mengenal putrinya itu, nalurinya tidak bisa berbohong melihat kondisi anak gadisnya yang sekarang sudah duduk di sebelah kirinya dan terlihat masih bermalas-malasan.

"Mila sayang, kamu kenapa. Apakah kamu sakit?" jawab sang ibu dengan raut wajah penuh kecemasan sambil tangan kanannya menyentuh kening sang gadis cantik disebelahnya.

Belum sempat gadis cantik itu menjawab pertanyaan ibunya, sang ayah pun menimpali.

"Iya sayang, kenapa wajahmu begitu pucat? Kalau kamu sakit, tidak usah masuk sekolah dan istirahat dulu. Biar nanti Bik Minah yang memanggil dokter dan menemanimu di rumah," ucap sang ayah yang juga tidak kalah cemasnya sambil bangkit dari duduknya kemudian membelai lembut rambut sang gadis.

"Tidak ada. Mila baik-baik saja kok Ma, Pa," jawab sang gadis cantik dengan wajah yang memelas dan terlihat manik beningnya mulai berkaca-kaca.

Meskipun sebenarnya Mila memang merasakan tubuhnya sedang tidak fit, namun ia berusaha menutupi dari kedua orang tuanya.

Alasan kenapa matanya berkaca-kaca,itu karena sang gadis merasa begitu terharu dengan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Apalagi disaat ia melihat dan merasakan belaian lembut dari ayahnya, seolah membawanya jauh kembali ke masa lalu.

Bagaimana tidak, sentuhan dan belaian lembut yang sudah sangat lama tidak ia dapatkan dari sang ayah, hari ini dirasakan kembali oleh gadis cantik tersebut.

"Iya, Sayang. Kamu libur sekolah dulu. Besok kalau sudah sembuh, barulah berangkat sekolah lagi," ucap sang ibu dengan isak tangis karena ikut larut dalam emosi putrinya sambil memeluk erat dan mencium gadis cantik itu.

Sementara sang ayah segera meraih ponsel yang tergeletak di meja dan menghubungi dokter keluarga mereka, tanpa menunggu jawaban dari putri kesayangannya.

Suasana sarapan pagi yang biasanya hangat dan penuh dengan keceriaan, hari ini terlihat sangat dingin karena tangis haru yang pecah di ruangan tersebut.

Setelah Yurike menyuapi Mila dengan menu roti bakar favorit anak gadisnya itu dan meminumkan susu murni kesukaannya, ia pun meminta dan mengantar putri semata wayangnya itu untuk istirahat di kamar.

Sengaja nyonya Anggara Kurniawan meminta putrinya untuk istirahat di kamar bawah saja, karena sebentar lagi dokter keluarga akan datang untuk memeriksa kesehatan putri kesayangannya tersebut.

Sedangkan sang ayah pun sudah menghubungi pihak sekolah Mila untuk meminta izin kalau hari ini putrinya tidak masuk sekolah karena sakit.

Kemudian lelaki paruh baya yang masih terlihat segar dan ganteng itu pun mengikuti istrinya mengantar putri semata wayangnya ke kamar untuk istirahat.

Sementara bik Minah yang menyaksikan kejadian itu pun berinisiatif untuk segera menyusul ke dalam kamar nona muda.

Setelah semua di pastikan aman, Anggara Kurniawan dan istrinya pun melanjutkan menyantap hidangan sarapan di meja makan yang sempat terjeda.

Tidak butuh waktu lama bagi pasangan pengusaha sukses itu untuk menyelesaikan sarapan karena waktu sudah semakin siang, keduanya pun segera mengambil tas kerja masing-masing.

Sesudah berpamitan kepada putri mereka dan memberi arahan pada kepala pembantu, Suami istri itu pun bergegas melangkah keluar.

Keduanya saling berpamitan dan memberi suport, lalu berjalan menuju mobil masing-masing, dimana sang sopir sudah menunggu dan membukakan pintu untuk mereka.

Dua mobil BMW beda seri itu sudah terlihat melaju beriringan keluar dari mansion megah milik Anggara Kurniawan.

Penjaga pun segera membukakan gerbang dan memberi hormat dengan membungkukkan badan saat dua mobil itu melewatinya.

Setelah melewati gerbang mansion, dua mobil mewah yang di kemudikan oleh pak Darno dan satu sopir lainya, nampak sudah melaju namun dengan arah yang berlawanan.

Karena kantor pusat Kurnia Jaya Grup memang lokasinya berbeda arah dengan butik yang di kelola oleh Yurike Kurniawan.

Itulah kenapa pasangan suami istri yang sama-sama sukses itu tidak pernah berangkat dan pulang kerja bersama dalam satu mobil.

Selain letak kantor mereka yang berjauhan dan berlawanan arah, juga karena jam kerja keduanya tidak sama.

Kembali ke mansion Anggara Kurniawan. Kepala pembantu yang juga perempuan pengasuh nona Mila, terlihat masih setia menunggu di samping gadis cantik yang sedang terbaring lemas di atas ranjang king size.

"Apa yang Non Mila keluhkan? Mungkin bibik bisa membantu Non," tanya perempuan paruh baya dengan nada cemas sambil menatap dalam ke wajah gadis cantik putri Yurike.

Sejatinya bik Minah sangat khawatir dengan nona Mila yang terbaring di depannya, kondisi tubuh gadis itu semakin lemah dan wajahnya begitu pucat.

"Kenapa badanku terasa sakit semua ya, Bik?" jawab nona muda dengan suara lirih sambil menatap kosong ke langit-langit ruangan.

"Mungkin Non Mila terlalu capek. Sambil menunggu dokter datang, biar bibik pijat ya, Non," balas bik Minah sambil tangannya mulai memijat bagian kaki gadis cantik yang masih tertutup selimut.

"Geli, Bik. Jangan terlalu kuat dong," ucap sang gadis sambil berontak dan menggeliat serta tertawa lebar.

Sementara bik Minah justru semakin sengaja dengan ulah dan pijatannya. Dalam hati perempuan paruh baya itu berbisik 'Lebih baik nona muda tertawa ngakak karena geli seperti ini, daripada diam terus dan membuatku cemas,'

"Bik Minah, Aku pengin ganti baju. Tolong ambilkan baju santai untukku ya," sambung Mila sambil meraih dan menggenggam tangan pembantu kesayangan tersebut dengan harapan agar ia menghentikan pijatannya.

Karena dari pagi ia berbaring di ranjang dan masih mengenakan seragam sekolah, membuat gadis cantik putri Yurike itu merasa risih sehingga berniat untuk mengganti bajunya.

Perempuan paruh baya yang disuruh oleh nona mudanya itu pun bergegas melangkah keluar dari ruangan lalu menuju lantai atas ke kamar sang putri untuk mengambilkan baju yang diminta oleh gadis cantik yang sudah ia asuh sejak masih balita tersebut.

To be continue...