"Bik Minah, tolong temani saya di sini ya," ucap Faizal saat melihat perempuan paruh baya tersebut hendak melangkah meninggalkan ruangan tempat ia menunggu kekasihnya yang sedang berada di lantai atas untuk membersihkan badan.
"Baiklah, Tuan," jawab bik Minah dengan sedikit sungkan sembari duduk di kursi empuk yang berada di depan pemuda tampan.
"Maaf, Tuan. Apakah anda hendak mengajak Nona muda, pergi lagi?" setelah duduk, perempuan paruh baya tersebut mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada putra pejabat tersebut.
"Tidak kemana-mana kok Bik. Cuma mau mengajak Mila berkunjung ke Mall, lalu pulangnya mampir ke mansionku sebentar," jawab pemuda tampan rupawan dengan nada datar.
"Ooo Begitu?" jawab singkat bik Minah.
Saat keduanya sedang asyik berbincang, tiba-tiba Yanti sudah muncul dibalik pintu sambil menganggukkan kepala.
"Maaf, Tuan. Saya tinggal ke belakang sebentar," ucap bik Minah karena tahu kalau temannya itu ada perlu dengan dirinya. Kemudian kepala pembantu itu melangkah mendekati Yanti yang dari tadi masih menunggunya di balik pintu.
"Iya, Bik. Silakan," jawab Faizal sambil meraih gelas di meja dan meminum kopi hitam buatan bin Minah.
"Bik Minah, Pak Jono mencarimu, katanya ada hal penting yang mau disampaikan kepadamu. Sekarang dia sedang menunggumu di dapur," bisik Yanti setelah kepala pembantu yang ia panggil sudah berada didekatnya.
"Ada apa yah, kok tidak biasanya orang itu mencariku?" jawab perempuan paruh baya tersebut sambil bergegas melangkah ke dapur, sedangkan Yanti mengikuti di belakangnya.
Sesampainya di dapur, kepala pembantu mansion Anggara tersebut segera menghampiri pria paruh baya yang sedang menunggunya sambil duduk di kursi dapur itu.
"Apakah ada masalah serius, sehingga Pak Jono mencari saya?" tanya bik Minah setelah berada ada di depan penjaga tersebut
"iya, Bik Minah. tadi Tuan Firman menemui saya untuk menyampaikan pesan kepadamu, agar menginformasikan tentang jadwal nona muda kepada pegawai itu," jawab lelaki penjaga pos depan mansion yang langsung di mengerti oleh bik Minah
"Baiklah kalau begitu, Aku akan menelpon Tuan Firman sekarang," balas bik Minah sambil mengambil ponsel di kantong bajunya. Sedangkan pak Jono segera pamit meninggalkan dapur dan kembali ke pos security yang terletak di depan mansion.
"Hallo, Tuan Firman. Saya ingin memberi tahukan kalau sebentar lagi nona Mila akan pergi ke Mall diantar oleh Tuan Faizal," ucap perempuan paruh baya kepada seseorang yang sedang menerima panggilan telepon darinya.
"Siap, Bik Minah. Kami akan meluncur ke posko, sekarang juga. Terima kasih atas informasinya," jawab seseorang di seberang sana yang ternyata adalah Firman. Salah satu pegawai khusus yang di tugaskan untuk mengawasi semua kegiatan nona muda.
"Sama-sama, Tuan," balas bik Minah dan kemudian menutup panggilan telponnya.
Sementara di dalam ruangan besar, salah satu bagian dari mansion Anggara Kurniawan, pemuda tampan kekasih baru Mila terlihat masih serius membaca majalah sambil sesekali menyeruput kopi hitam yang tersedia di meja.
Di dalam kamar yang cukup besar, Mila telah selesai membersihkan dirinya di kamar mandi. Gadis cantik tersebut lalu keluar dari sana dengan hanya berbalut handuk tebal sebatas lutut, berjalan menuju lemari pakaian.
Setelah memilih-milih pakaian, akhirnya ia menemukan gaun yang cocok untuk ia kenakan malam ini. Dress lengan pendek berwarna putih tulang dengan motif bunga. Segera ia memakai dress tersebut lalu menyisir rambut pirang lurus miliknya dilanjutkan dengan sedikit memoleskan make up sederhana di wajahnya.
Tidak lupa, iapun mengambil handbag yang di sesuaikan dengan gaun yang dikenakannya. Lalu sang gadis cantik tersebut pun melangkah keluar dari kamarnya.
Bunyi sepatu high heelsnya ternyata mengagetkan cowok ganteng yang sedari tadi serius membaca majalah di kursi tamu.
Seketika pemuda tersebut mengalihkan pandangannya ke arah tangga dan melihat sang kekasih pujaan hatinya sedang melangkah menuruni anak tangga di sana. Sontak sang pemuda menelan saliva karena melihat pemandangan yang menakjubkan.
Sosok gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai, mengenakkan gaun berwarna putih, rambut pirang terurai panjang,sorot mata yang lembut, benar-benar membuat takjub sang pemuda. Seakan ia tidak percaya dengan kesempurnaan kecantikan yang di miliki oleh kekasihnya, sehingga seolah-olah ia sedang berada di alam mimpi.
Karena terlalu larut dalam lamunannya, pemuda tampan putra dari pejabat tinggi negara itu tidak menyadari kalau gadis cantik yang belum lama ia pacari tersebut sudah berdiri di dekat kursi tempatnya duduk.
"Sayang, kamu sedang membayangkan apa sih? Kok tidak berkedip begitu?" tanya Mila sambil memegang bahu kekar pacar barunya itu yang membuat sang pemuda tampan tersebut kaget.
"Ti-Tidak ada kok, Sayang," jawab singkat dari Faizal dengan gugup dan salah tingkah sambil meletakkan majalah yang dipegangnya ke atas meja.
"Kamu pasti terpesona dengan kecantikanku ya?" tanya sang gadis cantik kemudian. Dengan senyuman dan kepercayaan dirinya yang membuat wajah sang pemuda semakin memerah.
Faizal yang tidak mampu lagi berkata-kata, lalu mengambil gelas berisi kopi hitam di meja dan segera meminumnya. Hanya sekedar untuk menghilangkan kepanikan yang sedang ia rasakan.
Mila yang sedari tadi berdiri dan menyadari kalau pacarnya tersebut sedang panik, langsung duduk dan merapatkan dirinya disebelah kekasihnya sambil meraih gelas berisi orange jus dan meminumnya.
Melihat sang cowok masih terlihat kebingungan, Mila pun meraih tangan sang pemuda dan masih dengan percaya dirinya ia cium tangan tersebut. Sengaja Mila lakukan karena ia merasa senang melihat kepanikan di wajah kekasihnya itu.
"Sayang, Aku mau ke toilet dulu. Dimana letaknya?" tanya Faizal dengan gugup dan wajah yang semakin memerah.
"Di situ, Sayang," jawab Mila sambil menunjuk ke arah pintu kamar mandi yang terletak di ujung ruangan besar tersebut.
"Atau mau aku antar?" sambung sang gadis cantik, sengaja mengerjai cowok ganteng tersebut.
"Baiklah, Aku ke toilet dulu, Sayang," jawab sang pemuda sambil melangkah ke arah ujung ruangan dengan perasaan yang tidak karuan.
'Oh My God, kenapa aku bisa sepanik ini menghadapi Mila,' gumam Faizal saat dirinya sudah berada di dalam kamar kecil tersebut. Sejatinya pemuda itu tidak punya hajat apapun di toilet, sengaja ia lakukan hanya untuk menenangkan diri dan menghilangkan kepanikannya.
'Tunggu pembalasanku nanti, wahai gadis cantikku,' kata hati sang pemuda tampan yang belum pulih dari kepanikannya.
Setelah cukup lama, lalu ia menekan tombol flush valve dan mencuci muka di wastafel, sekedar untuk mendinginkan perasaannya. Faizal pun keluar dan berjalan menuju tempat duduknya tadi.
Sedangkan Mila yang melihat sang pujaan hatinya sedang menuju ke arahnya hanya melempar senyum tipis yang membuat dirinya semakin terlihat cantik mempesona.
Faizal segera duduk dan menempelkan punggungnya pada sandaran kursi, tatapan matanya tertuju ke langit-langit ruangan. Sepertinya ia masih sedikit canggung menghadapi Mila yang super percaya diri tersebut.
Wajar saja kalau Mila selalu percaya diri, karena ia termasuk gadis yang sangat cantik dan menjadi idola di sekolahnya. Selain itu, ia juga tergolong gadis cerdas dan jenius, serta putri tunggal dari Anggara Kurniawan, diplomat muda nan sukses yang namanya masuk dalam lima besar pengusaha kaya di Jakarta.
To be continued...