Setelah dirasa cukup dalam pemantauan dan sepertinya acara Mila beserta kawan-kawannya sudah hampir usai, dua pegawai khusus Anggara Kurniawan itupun pamit mohon diri kepada petugas keamanan restoran yang sudah menemani mereka tadi.
Keduanya masuk kedalam mobil dan segera pergi dari lokasi parkir restoran lalu mencari tempat yang lebih tepat lagi untuk menunggu keluarnya mobil yang di kemudikan oleh pacar baru Mila. Sengaja mereka pergi sebelum acara gadis-gadis muda itu berakhir agar putri dari Anggara Kurniawan tidak mencurigainya.
Selanjutnya mobil yang dikemudikan oleh Herman sudah menepi dan berhenti di dekat barisan pedagang kaki lima yang lumayan ramai kondisinya. Sengaja kedua lelaki tersebut memilih lokasi di pinggir jalan raya, agar mereka bisa dengan mudah memantau.
Benar saja, tidak lama setelah mereka berhenti dan menunggu, tiga mobil yang membawa rombongan gadis-gadis SMA terlihat mulai keluar dari arah restoran. Firman dan Herman pun segera bersiap untuk kembali membuntuti rombongan tersebut.
Kebetulan mobil yang di kemudikan oleh Faizal dan membawa Mila berada diposisi paling depan dari rombongan sehingga Herman beserta seniornya bisa dengan leluasa mengikuti dari belakang tanpa menimbulkan kecurigaan.
Sesudah berjalan cukup jauh, Herman sedikit kebingungan saat menyadari kalau tiga mobil yang ia ikuti ternyata menuju ke arah sekolah Mila, Firman pun segera meminta agar mobil yang mereka kendarai untuk menepi terlebih dahulu dan memantau dari kejauhan saja.
Benar saja, sebagian dari penumpang mobil tersebut ternyata turun di depan gerbang sekolah. Begitu halnya dengan mobil yang di kemudikan oleh kekasih Mila juga menurunkan satu penumpangnya.
Setelah menurunkan satu teman Mila, mobil mewah tersebut kembali melaju. Herman pun segera tancap gas untuk mengikuti dari belakang dengan jarak yang lumayan jauh namun masih tetap bisa memantau kemana arah tujuan selanjutnya.
"Sialan! hampir saja kita ketahuan, Brother," ucap Herman penuh kekesalan sambil menoleh ke arah seniornya yang duduk disebelah kirinya dan terlihat sangat santai.
"Haha.. Kamu ini, macam anak kecil saja Her," jawab Firman yang seolah-olah sedang mengejek rekannya yang sedang serius mengemudi.
"Sudahlah, ikuti saja arahanku. Sekarang kita langsung ke rumah Dilla, pasti mereka akan mengantar gadis itu," Firman kembali berucap sambil meminta sang pengemudi untuk mengikuti sarannya.
Herman pun mengikuti saran dari seniornya dan melambatkan laju mobil untuk menuju ke rumah sahabat nona muda mereka. Ternyata benar tebakan Firman, begitu mobil yang di kemudikan oleh Herman hampir sampai komplek perumahan tempat tinggal Dilla, mereka melihat mobil Faizal sudah keluar dari komplek tersebut.
Kemudian dua pegawai khusus Anggara Kurniawan itu pun kembali membuntuti mobil mewah yang membawa anak gadis dari bos besar mereka. Hingga sampailah kedua mobil yang beriringan namun dengan jarak yang lumayan jauh di jalan yang mengarah ke mansion Anggara.
Firman kembali meminta kepada Herman untuk menepi dan berhenti di dekat ujung jalan sambil tetap mengamati dari jauh.
Setelah penjaga membukakan gerbang, mobil mewah yang di kemudikan oleh pacar baru Mila pun masuk ke dalam mansion megah dan parkir di halaman yang luas nan asri.
Setelah memastikan kalau Mila dan kekasihnya sudah masuk kedalam mansion, Herman kembali melajukan mobilnya menuju kesana. Setelah melewati gerbang mansion, mereka pun berhenti. Firman yang sedari tadi duduk di sisi kiri segera turun dan menghampiri penjaga yang sedang bertugas.
"Setelah ini kami akan kembali ke kantor dulu sebentar, tolong sampaikan kepada bik Minah. Kalau ada apa-apa agar segera memberi tahu kepada kami," ucap Firman kepada penjaga sambil memastikan kalau tidak ada yang melihat kehadirannya.
"Baik, Bos. Saya akan kasih tahu bik Minah secepatnya," jawab singkat sang penjaga karena ia juga menyadari kalau lawan bicaranya sedang buru-buru.
"Terima kasih, Pak. Kami pamit dulu," ucap Firman kemudian sambil melangkah kembali dan masuk kedalam mobil. Sang penjaga hanya membalas dengan anggukan kepala dan juga segera masuk ke dalam pos jaga.
Sementara di halaman samping mansion, setelah mobil berhenti. Faizal segera turun dan membukakan pintu untuk gadis cantik pujaan hatinya serta mempersilakan turun.
"Terima kasih, Sayang," ucap Mila sambil keluar dari mobil dengan senyum tipisnya yang membuat sang cowok semakin gemas.
"Ayo, kita masuk dulu," sambung sang gadis cantik tersebut sambil menggandeng tangan kekar pacar barunya. Faizal hanya tersenyum dan mempererat genggaman tangannya sambil mengikuti ajakan dari gadis cantik yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Selamat sore, Nona dan Tuan," sapa bik Minah yang sudah menunggu kedatangan mereka di depan pintu.
"Selamat sore juga, Bik Minah," jawab Mila dan Faizal bersama-sama sambil melangkah masuk ke dalam. Bik Minah pun mengikuti nona mudanya dari belakang.
Setelah mempersilakan kekasihnya untuk duduk dan menawarkan minum, Mila segera menghampiri pembantunya yang masih berdiri di dekat pintu.
"Bik, tolong buatkan kopi hitam untuk Faizal. Gulanya sedikit saja ya," pinta Mila kepada bibik pembantu kesayangannya sambil mencolek pinggang perempuan paruh baya tersebut.
"Siap, Non. Segera saya buatkan. Non Mila mau request minum apa?" jawab bik Minah dengan hormatnya yang membuat nona muda terkekeh.
"Buatkan aku orange jus saja deh, Bik," jawab singkat sang gadis cantik sambil mendekat ke arah pacar barunya dan duduk disebelah cowok ganteng tersebut. Bik Minah pun segera berlalu dari hadapan mereka dan bergegas ke dapur.
Setelah ngobrol sebentar kemudian Mila mendekatkan dirinya dan berbisik kepada cowoknya.
"Sayang, aku mandi dan ganti pakaian dulu ya. Badanku sudah lengket karena keringat," ucap lirih sang gadis cantik dengan imutnya kemudian segera bangkit setelah ia tahu kalau tangan Faizal hendak meraih tangannya.
"Baiklah, Sayangku. Mandilah, biar aku tunggu di sini," jawab Faizal dengan malas dan wajah kecewa karena gagal memeluk tubuh kekasihnya. Mila pun berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya. Sementara sang cowok meraih tabloid yang terletak di rak buku dekat tempat duduknya.
Sedangkan bik Minah yang sudah sampai di dapur terlihat sedang meminta Yanti untuk membantunya membuatkan kopi dan ia sendiri menyiapkan orange jus permintaan nona mudanya.
Setelah dua minuman tersebut sudah siap, bik Minah pun segera membawa masuk ke dalam, dimana nona muda dan pacar barunya sedang menunggu disana.
Namun sesampainya di ruangan besar, bik Minah tidak menjumpai nona mudanya, ia pun segera meletakkan minuman di meja dan berniat menanyakan kepada pemuda tampan yang sedang serius membaca majalah.
Namun, belum sempat bik Minah bertanya, sang pemuda sudah menerangkan terlebih dulu.
"Mila ada di lantai atas, sedang mandi, Bik," ucap Faizal sambil tersenyum karena ia tahu kalau perempuan paruh baya itu pasti akan menanyakan keberadaan nona mudanya.
"Tuan ini, kayak paranormal saja. Sudah tahu apa yang mau saya tanyakan," jawab bik Minah sambil tersipu malu dan garuk-garuk kepala.
"Silakan di minum kopinya, Tuan. Kopi kalau dingin kurang nikmat, katanya," sambung bik Minah untuk menutupi rasa groginya.
"Iya, Bik. Terima kasih," balas cowok ganteng tersebut sambil mersih gelas kopi di hadapannya.
To be continued..