Chapter 34 - Belum puas

Mila, Dilla dan siswi lainnya melambaikan tangan kepada dua satpam yang berjaga di gerbang saat mobil yang membawa mereka mulai berjalan meninggalkan sekolah. Kedua petugas itupun membalasnya dengan lambaian tangan sambil tersenyum.

"Anak-anak jaman sekarang, hanya bersenang-senang saja," celoteh petugas yang berumur lebih muda sambil menutup gerbang sekolah.

"Tidak semua anak sekarang seperti itu, masih banyak kok yang gigih belajar dan berjuang agar tetap bisa melanjutkan sekolah, karena orang tua sudah tidak mampu membiayai," bantah petugas yang lebih senior sambil meraih botol mineral di sebelahnya kemudian meminumnya.

Sesaat kemudian kedua petugas itupun melanjutkan pekerjaan mereka, sambil menunggu kepulangan beberapa guru yang masih berada di kantor, termasuk pak Bayu sang kepala sekolah yang belum terlihat keluar dari sekolah.

Sampailah sudah tiga mobil yang membawa rombongan siswi sekolah ternama tadi di sebuah restoran besar dengan nuansa alaminya. Adanya parit buatan dengan aneka jenis ikan air tawar di dalamnya dan mengelilingi beberapa gazebo yang terletak di beberapa lokasi, serta pohon jambu sedang berbuah juga menambah cantiknya restoran.

Sampan-sampan kecil juga banyak tersedia di beberapa titik sebagai sarana penyeberangan bagi pengunjung yang akan masuk ke dalam restoran, hingga menambah indahnya pemandangan.

Setelah mobil berhenti dan parkir didekat sungai kecil tersebut, Mila dan teman-temannya segera turun dan berkumpul di satu titik. Kemudian satu persatu dari mereka menaiki sampan untuk menuju ke dalam area restoran.

Kebetulan hari masih siang dan bukan akhir pekan sehingga tidak begitu banyak pengunjung yang datang ke lokasi tersebut. Sehingga gadis-gadis cantik murid pak Bayu tersebut bisa dengan leluasa merayakan acara mereka. Sejatinya kedatangan mereka adalah untuk merayakan ulang tahun salah satu dari siswi tersebut yang kebetulan adalah putri dari pemilik restoran.

Sengaja acara diadakan siang hari dan hanya mengundang beberapa teman dekat saja serta dengan perayaan sederhana karena sang putri tidak ingin mengganggu dan merepotkan pegawai restoran.

Setelah semuanya menyeberang dan berkumpul di satu gazebo besar yang sudah terata rapih dengan beberapa hidangan, acara pun segera di mulai. Seperti biasa, Mila sang bunga sekolah lah yang menjadi pembawa acaranya. Kali ini didampingi oleh gadis yang punya hajat dan juga tidak kalah cantik darinya.

Acara potong kue ultah dan tiup lilin pun berjalan dengan lancar dan sudah selesai, tibalah mereka untuk menikmati hidangan ringan yang tersedia.

"Maaf, teman-teman. Biar tambah seru, acara makan-makannya kita mancing dulu ya," ucap sang gadis yang punya acara di sela-sela kesibukan teman-temannya yang sedang menikmati kue.

"Asyik," jawaban serentak dari semua tamu undangan.

"Beb, boleh tidak kalau kita minta bantuan dari pegawaimu untuk memancing ikannya?" tanya Mila mewakili teman-temannya. Karena ia sendiri tahu kalau sebagian dari temannya tidak bisa memancing ikan.

"Tentu saja boleh, Mila. Sebentar aku bilang pada pegawai laki-laki itu," jawab si gadis dengan bersemangat sambil berjalan keluar menuju tiga pegawai laki-laki sedang duduk santai di samping dapur restoran.

Tidak lama kemudian gadis tersebut sudah kembali bersama tiga pegawainya sambil membawa beberapa joran lengkap di tangan mereka dan langsung di sambut oleh Mila beserta teman-temannya yang sedari tadi menunggu di dalam gazebo.

Selanjutnya mereka berpencar mencari lokasi yang sesuai kemudian mulai sibuk dengan kegiatan dan kehebohan masing-masing dengan teriakan kepanikan serta jeritan kegelian dari gadis-gadis cantik saat umpan pancing disambar oleh ikan di kolam.

Sementara Mila dan kekasih barunya yang sengaja memisahkan diri dari rombongan, juga terlihat sedang serius mancing ikan.

"Sayangku, Faizal. Coba aku yang melempar pancingnya. Siapa tahu ikannya minta di pancing oleh cewek cantik!" pinta Mila kepada pujaan hatinya sembari mendekat ke arah Faizal dan meraih gagang pancing di tangan cowok tersebut karena dari tadi belum ada satupun ikan yang di dapat olehnya.

"Silakan, Sayang. Iya, mungkin ikannya hanya mau dikasih makan oleh cewek cantik sepertimu," jawab sang cowok sambil menyodorkan joran pancing kepada Mila kemudian berdiri disamping gadisnya. Benar saja, tidak sampai satu menit, pancing yang dipegang oleh Mila langsung disambar oleh ikan besar, sang gadis pun kaget dan terlihat panik.

Faizal yang sedari tadi siaga, langsung meraih gagang pancing yang hampir terlepas dari tangan Mila dan segera menarik ikan. Sedangkan sang gadis di sebelahnya terlihat sangat girang dan jingkrak-jingkrak sehingga membuat Dilla dan satu teman lainnya mendekat.

"Yeiyyyy... Aku dapat ikan besar," teriak Mila saat ikan yang di tarik oleh Faisal sudah sampai di semak-semak hijau.

Faizal segera memanggil pegawai restoran yang juga sedang ikut mancing dengan para gadis untuk membantu melepaskan ikan dari kailnya.

"Terima kasih, Brother,' ucap sang putra pejabat tinggi negara itu setelah ikan berhasil dimasukkan ke dalam jaring kantong. Ia pun melanjutkan aksinya kembali, sedangkan Mila dan Dilla masih setia menunggu di belakang Faizal sambil duduk di rumput hijau nan bersih terawat.

Sementara itu, putri pemilik restoran yang sedang berulang tahun dan di bantu oleh dua temannya, terlihat mondar mandir ke dapur mempersiapkan peralatan untuk membakar ikan yang sudah di dapatkan oleh teman-temannya.

Sengaja acara bakar-bakar ikannya di lakukan di luar dapur resto untuk memberikan kebebasan kepada gadis-gadis cantik agar bisa mempraktekkan kreasi mereka masing-masing.

Mila yang sedang asyik memancing dan mesra dengan pacar barunya tidak menyadari kalau Dilla sudah membawa ikan besar yang didapatnya tadi dan sekarang sudah bergabung kembali dengan teman lainya untuk melanjutkan acara bakar-bakar di dekat gazebo utama.

"Sayang, habis ini kita jalan yuk," ucap datar Faizal sambil menatap wajah cantik gadis yang sedang bersandar di pundak kirinya.

"Faizal, dari tadi kita sudah berduaan, apa kamu masih belum puas?" tanya sang gadis dengan manja sambil mengedipkan satu matanya, sengaja menggoda pria tampan rupawan disebelahnya.

"Puas? Aku tidak pernah puas bila berdua denganmu, Sayang," lanjut sang pria ganteng sambil mengusap lembut rambut gadis cantik kekasihnya tersebut.

"Ya sudah. Nanti kamu antar aku dan Dilla pulang dulu, baru kita keluar lagi," jawab Mila dengan tatapan mata cantiknya yang kian membuat sang cowok leleh tak berdaya.

"Dengan senang hati, akan ku turuti semua permintaanmu, Sayang," balas sang cowok yang juga tidak kalah dalam rayuannya.

"Woi,, Ayo kesini buruan. Ikan bakarnya sudah matang ini," terdengar suara dari kejauhan yang mengejutkan dua insan yang sedang dimabuk asmara. Keduanya menoleh bersamaan ke arah sumber suara, ternyata Dilla sedang melambaikan tangan memanggil mereka.

Mila dan pacar gantengnya pun segera bangkit berdiri dan melangkah ke arah gazebo sambil mengembalikan joran yang telah mereka pinjam kepada pegawai restoran. Kemudian mencuci tangan, lalu masuk kembali ke dalam gubuk nan teduh tersebut.

Sementara di area parkir restoran nan luas. Firman dan Herman yang sedang bertugas untuk memantau putri dari bos besar mereka, terlihat sedang mengobrol dengan salah satu pegawai keamanan restoran sambil menikmati kopi hitam yang sudah mereka pesan.

Sangat kebetulan karena tempat mereka berbincang itu sangat mudah untuk memantau gadis-gadis SMA yang sedang mengadakan acara di salah satu gezebo besar milik restoran, termasuk juga acara mancing mania yang mereka kerjakan tadi.

To be continued...