"Baiklah, Tuan. Kami siap membantu jikalau nanti anda akan bertemu dengan guru Harry," Firman mencoba menawarkan jasa kepada bosnya dengan bersungguh-sungguh.
"Kita lihat nanti. Sekarang kalian fokus pada tugas yang kuberikan saja dulu," jawaban santai dari pimpinan Kurnia Jaya Grup, sehingga kedua pegawai yang masih ada di hadapannya hanya bisa menganggukkan kepala.
"Siap, Tuan. Sekiranya sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi, kami berdua mohon pamit dulu," sahut Herman mewakili seniornya, kemudian keduanya memberikan hormat dan selanjutnya bergegas keluar dari ruangan Presdir.
Sesampainya di luar, Herman dan Firman tidak langsung turun ke lantai dasar, akan tetapi keduanya kembali singgah ke ruangan Marteen untuk menyampaikan gagasan yang ada dalam angan mereka.
"Bagaimana, Brother. Apakan bos besar puas dengan kinerja kalian?" tanya Marteen setelah kedua pegawai khusus itu duduk di depan meja kerjanya.
"Sepertinya begitu, Bos. Tuan Anggara tidak protes sedikitpun pada hasil kerja kami," jawab Herman mewakili seniornya karena ia melihat kalau rekan di sebelahnya sedang sibuk dengan ponselnya.
"Bagus. Lalu, apa rencana ataupun tindakan kalian dengan keputusan bos besar yang akan menjodohkan putrinya?" lanjut sang asisten menanyakan kepada dua orang yang sedang menemuinya.
"Seperti yang kita tahu. Kalau Tuan Anggara sudah memutuskan sesuatu, tentunya kita tidak bisa menolaknya. Hanya saja kami belum di tugaskan untuk menyelidiki sosok yang di pilih oleh beliau," jawab Firman setelah menyimpan ponselnya dan sudah kembali fokus dengan perbincangan.
Akhirnya Marteen menerangkan panjang lebar dan detil semua rencana bos besar mereka. Termasuk rencana yang sudah pasti akan menjodohkan putri semata wayangnya guna menghindari hal yang tidak di inginkan.
"Jadi, Tuan Anggara sendiri belum mempunyai gambaran dengan siapa putrinya akan di jodohkan?" Herman yang sedari tadi serius mendengarkan keterangan dari sang asisten, tiba-tiba menyela dengan pertanyaannya.
"Ya, begitulah. Sebenarnya aku juga ikut prihatin dengan perubahan dan perkembangan putri sahabatku tersebut. Akan tetapi aku juga tidak berani ikut campur dalam urusan rumah tangganya," jawab Marteen dengan kesedihannya sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.
"Begini, Bos. Bagaimana kalau kita tawarkan Harry, guru muda yang mengajar di sekolah Nona Mila itu. Sepertinya guru itu juga menyukai Nona Muda, kebetulan Harry itu adalah putra dari guru besar, jadi kami tahu betul siapa dan bagaimana guru muda tersebut," Firman mencoba menerangkan kepada sang asisten pribadi Anggara Kurniawan tentang sosok yang akan ia tawarkan nantinya.
"Kami berharap, Bos Marteen bisa menyampaikan usulan dari kami kepada Tuan Anggara nantinya. Sebagai sahabat tentunya akan sedikit dipertimbangkan," Herman menimpali sebelum sang asisten menanggapi usulan dari Firman barusan.
"Kebetulan sekali kalau begitu," jawab sang asisten yang juga menerangkan bahwa tempo hari, atasannya itu juga sempat menyampaikan keinginan untuk bertemu dengan guru muda yang sedang viral di sekolah Mila. Namun karena jadwal kerja yang sangat padat sehingga sampai sekarang keinginannya belum bisa terwujud.
Ia juga menyatakan kepada dua pegawai khusus tersebut untuk fokus menjalankan tugas, mengawasi semua kegiatan nona muda sampai saat kelulusan sekolah tiba. Setelah itu barulah membahas dan menyampaikan usulan mereka kepada atasan sekaligus sahabatnya tersebut.
Marteen adalah pegawai paling senior di perusahaan Kurnia Jaya Grup dan juga sebagai saksi sejarah berkembangnya perusahaan raksasa tersebut. Ia sudah berteman baik dengan Anggara Kurniawan sejak keduanya masih berstatus mahasiswa, hingga setelah lulus kuliah Anggara mencoba merintis karir di bidang properti.
Marteen jualah yang selalu setia menemani dan membantu sahabatnya tersebut. Jatuh bangun sudah mereka rasakan bersama, sampai usaha yang ditekuni oleh Anggara berkembang pesat hingga tumbuh menjadi perusahaan raksasa seperti sekarang.
Anggara tidak akan pernah melupakan jasa-jasa sahabat setianya tersebut, sehingga sampai sekarang ia masih mempercayakan Marteen sebagai asisten pribadi sekaligus konsultan bagi dirinya.
Dua pegawai khusus Anggara Kurniawan terlihat sudah keluar dari ruangan sang asisten, kemudian mereka berjalan menuju pintu lift untuk turun ke lantai dasar dan meneruskan pekerjaan mereka.
Sepasang lelaki bertubuh kekar dengan tampang yang rupawan sudah masuk ke dalam mobil yang sedari tadi terparkir di halaman sisi kanan gedung bertingkat. Mobil yang di kemudikan oleh Firman terlihat semuda melaju keluar dari gerbang besar setelah berpamitan kepada dua penjaga keamanan yang merupakan teman mereka juga.
*****
Rendi dan Rian terlihat sedang duduk santai di bangku panjang yang terletak di depan gedung laboratorium, keduanya sedang menunggu guru Harry yang masih berada di kantor sekolah. Dua siswa tampan tersebut nampak asyik berbincang sambil sesekali terdengar tawa keras dari keduanya.
Tiba-tiba dari arah kelas nampak dua gadis cantik, satu berambut panjang sebahu, satunya lagi rambut pirang yang teruai panjang sedang berjalan ke arah mereka. Rendi yang mengetahui kalau mantan ceweknya sekaligus sang bunga sekolah itu berjalan anggun ke arahnya, berpura-pura tidak melihat dengan santainya.
"Hallo, Cowok-cowok ganteng. Lama tidak bertemu dengan kalian," sapa Mila ketika sudah berada di depan dua siswa yang sedang duduk santai tersebut. Kedua siswa tampan itu hanya saling pandang sejenak, selanjutnya. Tawa lebar pun keluar dari mulut mereka.
"Idiih.. Kenapa sih, aku tanya benar-benar kok malah di ketawain?" sang bunga sekolah pun protes dan menunjukkan wajah kesalnya.
"Maaf, Mila. Maaf, tadi kami hanya sedang membicarakanmu. Lalu tiba-tiba kamu muncul, panjang umur deh. Itu yang membuat kami tertawa ngakak," terang Rendi dengan gaya tenang sambil melirik ke arah sahabat di sampingnya.
"Dengar-dengar, sekarang kamu sudah punya cowok baru yang anak pejabat itu. Benarkah?" sambung Rendi sebelum cewek di depannya menanyakan sesuatu.
"Sok tahu, Kamu. Dengar gosip dari mana sih?" bantah sang gadis sambil menunjukkan jari ke arah dua pemuda dan dengan senyum tipis yang merekah dari bibir seksinya. Sementara, gadis yang berdiri di sampingnya juga ikut tersenyum.
"Ya jelas tahu lah, berita itu kan jadi trending topik di medsos. Betul tidak friend?" jawab mantan preman sekolah itu dengan candaannya sambil menepuk bahu Rian yang masih duduk di sebelahnya.
Meskipun Rendi dan Mila sudah putus pacaran, akan tetapi hubungan mereka tetap baik-baik saja. Semua itu karena jasa guru sekaligus paman Rendi yang mengarahkannya.
Saat mereka sedang asyik ngobrol dan saling serang candaan, munculah Harry Wardana yang baru keluar dari dalam kantor dan melangkah ke arah Rendi. Seketika, wajah cantik Mila langsung terlihat kesal dan menyeramkan.
"Mila, Dilla. Kalian belum pulang? Atau masih nunggu jemputan?" sapa sang guru kepada dua gadis yang berdiri di depan keponakannya.
Bukan jawaban yang di dapat oleh guru muda tersebut, justru tatapan sinis yang Mila tunjukkan. Sedangkan Dilla yang merasa serba salah, langsung meraih dan menarik tangan sahabatnya itu untuk segera pergi.
"Maaf, Pak Harry. Kami pulang dulu," ucap gadis cantik berambut panjang sebahu itu sambil berlalu pergi dan tetap menarik tangan sahabatnya.
Sedangkan dua siswa ganteng dan seorang guru tampan yang melihat ulah dua gadis cantik tersebut hanya saling pandang sambil geleng-geleng kepala.
"Sudahlah. Mari kita pulang, Nak," ucap sang guru kemudian sambil melangkah menuju mobil yang terparkir di tempat biasanya. Rendi dan Rian pun mengekor di belakangnya.
Seperti biasa, saat pulang sekolah Rian selalu menumpang di mobil sport itu sesuai permintaan sahabat baiknya tersebut. Karena kebetulan rumah Rian satu arah dengan jalan yang menuju mansion Rendi.
To be continued...