Chapter 30 - Mata-mata

Siswi cantik jelita bunga sekolah melambaikan tangan kepada sopir pribadinya sebelum sedan merah yang membawanya tadi keluar dari area penurunan penumpang. Selanjutnya ia berjalan santai ke arah sahabatnya yang sudah dari tadi menunggu di dekat gedung perpustakaan.

Tanpa ia sadari kalau ternyata ada sepasang netra yang sedari tadi memperhatikan langkahnya sejak keluar dari mobil. Dialah guru muda yang diam-diam adalah pengagum rahasianya sekaligus sosok yang ia musuhi selama ini.

Kedua gadis cantik idola sekolah yang selalu lengket karena begitu akrabnya, berjalan anggun penuh pesona menyusuri koridor sekolahan, sesekali terlihat senyum manis dari bibir keduanya dan mengangguk saat memberi balasan pada siswa siswi lain yang menyapa mereka.

"Gimana kabar cowok barumu yang anak pejabat itu, Beb?" tanya Dilla tiba-tiba, sambil sedikit menoleh kepada sahabatnya. Seketika Mila menghentikan langkahnya, Dilla yang sedikit penasaran akhirnya ikut berhenti juga.

"Kenapa, Mila. Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?" gadis berambut panjang sebahu yang terurai kembali bertanya pada sahabat baiknya.

"Tidak ada kok, Beb. Semua baik-baik saja," jawab sang bunga sekolah singkat.

"Tau gak sih, tempo hari saat aku pulang nonton dengan Faizal. Kita pergi ke taman kota dan bertemu dengan guru sialan itu. Apa mungkin, si tua itu sedang memata-mataiku?" Mila balik bertanya kepada sahabatnya sambil keduanya melanjutkan langkah menuju ruang kelas.

"Bisa juga, iya. Atau jangan-jangan pak Harry diam-diam menyukaimu, Beb?" jawab Dilla menyampaikan pendapat sekaligus tebakannya sambil mengernyitkan kening.

"Cih .. Amit-amit deh. Meskipun dia menyukaiku, tidak mungkin aku jalan dengan guru tua dan jelek itu," jawaban pedas dari bunga sekolah tersebut dengan menunjukkan rasa kesalnya membuat gadis yang sedang berjalan di sebelahnya tertawa geli.

"Maksud kamu apa, kok malah tertawa?" sambung Mila dengan tatapan garang, tetapi tidak sedikitpun membuat sahabatnya takut. Justru semakin menggoda dengan candaannya.

"Hati-hati, Beb. Jangan terlalu membenci seseorang, nanti kamu kuwalat lho," jawab Dilla sembari mencolek dagu temannya yang masih terlihat manyun.

"Hallo cewek-cewek cantikku, apa kabar?" tiba-tiba mereka di kejutkan oleh suara siswa dari belakang yang mendahului langkah keduanya sambil tangannya menepuk punggung Dilla dan kemudian berlalu begitu saja.

"Dasar cowok ganjen," teriak Milla dengan bibir manyun dan mengarahkan kepalan tangan ke arah siswa yang baru saja melewati mereka. Siswa tersebut justru membalas dengan menjulurkan lidah sambil berjalan mundur dan membuat dua gadis itu semakin kesal.

Saat kedua gadis idola sekolah itu melewati kantor, pak Harry yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba muncul dari arah parkiran dengan tergesa-gesa.

"Selamat pagi Dilla, Mila. tumben sudah datang lebih awal?" tanya guru muda yang terlihat semakin mempesona dengan senyum tipisnya.

"Selamat pagi juga Pak Harry yang tampan," jawab Dilla penuh semangat dan menggoda. Lain halnya dengan sahabat di sebelahnya yang justru menampakkan kekesalan dan muka masamnya. Kemudian keduanya berlalu menuju kelas.

'Dih, bikin muak aja tuh orang tua,' umpat Mila setelah keduanya sampai kelas dan duduk di bangku yang bersebelahan. Meski dengan suara lirih tetapi terdengar oleh telinga sahabat baik di sampingnya.

"Jangan begitu, Beb. Nanti lama-lama justru kamu yang jatuh cinta dengan guru tampan itu lho," kalimat Dilla yang sedikit menakut-nakuti sahabatnya yang sedang kesal dan meremas-remas jarinya sendiri.

"Lagipula apa salah dan dosa beliau kepadamu, hingga kamu sangat membencinya, Hah?" sambung Dilla mencecar sahabatnya dengan nada yang di tinggikan dan membuat teman-teman lain yang sudah berada di ruangan itu seketika menoleh ke arah dua gadis cantik tersebut.

"Maaf, Beb. Aku terbawa emosi," ucap Dilla yang merasa bersalah dan menyadari kalau banyak pasang mata sedang memandang ke arah mereka berdua.

"Sudahlah, Sobat. Tidak usah di bahas lagi. Sekarang waktunya kita belajar," jawab Mila mengalihkan pembicaraan karena sedari tadi ia merasa di pojokan terus oleh sahabat baiknya. Meskipun dalam hatinya juga membenarkan kata-kata Dilla.

Mila segera mengeluarkan buku pelajaran pertama lengkap dengan alat tulisnya. Sementara Dilla masih melongo melihat sahabatnya yang masih menampakkan kekesalan di wajahnya.

Sementara di kantor sekolah, nampak pak Harry sedang sibuk menyiapkan berkas-berkas untuk di serahkan kepada kepala sekolah. Karena guru baru tersebut sudah ditugaskan untuk membuat rancangan metode pembelajaran baru yang sesuai dengan kondisi siswa siswi di sekolah tersebut. Batas akhirnya adalah hari ini dan harus diserahkan hasilnya.

Tidak lama kemudian guru muda berbakat nan tampan itu keluar dari kantor dan melangkah menuju ruang kepala sekolah. Setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk pak Harry melangkah ke meja kepala sekolah.

"Selamat pagi, Pak Harry. Silakan duduk," sapa pak Bayu dengan santun kepada guru muda di depannya yang masih berdiri menunggu perintah.

"Terima kasih, Pak Bayu," jawab guru tampan rupawan tersebut dengan penuh hormat sambil sedikit menarik kursi di sampingnya. Setelah duduk dengan sopan pak Harry pun menyodorkan berkas yang sudah di persiapkan sedari tadi.

Sambil memeriksa dan mempelajari lembaran yang di sodorkan barusan, kepala sekolah dan guru muda beda generasi tersebut terlihat berbincang cukup lama. Meskipun sejatinya pak Bayu tidak perlu untuk mempelajari berkas-berkas tersebut karena beliau sudah yakin dan percaya sepenuhnya pada kemampuan dan bakat dari bawahannya tersebut.

Setelah dirasa cukup, pak Harry pun undur diri dan keluar dari ruang kepala sekolah dan kembali ke kantor guru untuk persiapan mengajar di jam kedua pembelajaran hari ini.

Tiba waktunya jam pelajaran kedua dimulai, guru muda yang tampan nan rupawan sekarang sudah berada di ruang kelas dimana Dilla dan Mila berada. Setelah berbasa-basi sambil sesekali tatatapanya menuju ke arah bunga sekolah pujaan hatinya. Harry meminta anak didiknya untuk mempersiapkan buku dan alat tulisnya, semua murid-murid pun terlihat semangat.

Begitu juga dengan Mila, tidak seperti minggu-minggu yang lalu. Sudah dua kali pertemuan ini, ia terlihat semangat untuk mengikuti pelajaran yang di sampaikan oleh guru muda yang ia musuhi. Saat kedua pandangan mereka saling bertemu tanpa sengaja, Mila terlihat risih dan segera mengalihkan pandangan.

Beda dengan gurunya yang justru merasa senang dan bersemangat kala melihat gadis cantik itu menunjukkan kekesalan. Karena ia tahu meskipun muridnya itu tidak suka terhadapnya, entah apa sebabnya tetapi masih tetap mengikuti setiap pembelajaran yang ia sampaikan dan prestasi belajar siswa itu juga bagus.

Tidak terasa sudah 60 menit pembelajaran yang di sampaikan oleh pak Harry, meskipun tidak terlihat adanya rasa bosan baik dari guru maupun murid-murid bahkan makin bersemangat, namun waktunya sudah tidak mengizinkan. Guru muda berbakat itu pun segera mengakhirinya.

Setelah menutup pelajaran yang sudah di sampaikan dan berpamitan kepada siswa didiknya. Kemudian mempersilakan murid-murid untuk istirahat, guru muda tampan itu pun segera bergegas meninggalkan ruangan kelas dan kembali ke kantor untuk istirahat sejenak.

To be continued...