Suasana pagi di mansion Agung Bramasta, meskipun matahari belum sempurna menampakkan sinarnya akan tetapi seluruh keluarga dan pegawai yang bekerja di mansion tersebut sudah sibuk dengan aktivitas seperti hari-hari biasanya.
Nampak juga kedua putra dari pimpinan Bramasta Shield yanh sudah terlihat rapih, setelah melakukan olahraga pagi, di lanjutkan dengan ritual mandi kini mereka sudah mengenakan seragam sekolah lengkap dengan tas pungung masing-masing. Begitu juga dengan paman angkat mereka yang sudah mengenakan pakaian dinas lengkap terlihat sedang berjalan menuju meja makan.
Sambil menunggu pembantu menyiapkan semua menu sarapan karena masih ada beberapa yang kurang. Ketiganya terlihat sedang berbincang ringan dengan sedikit candaan. Sesaat kemudian sang ayah juga sudah muncul di ruang makan dan segera bergabung dengan anak-anak dan saudara angkatnya.
Tidak lama berselang, semua hidangan sudah lengkap tersaji dan mereka pun segera mengambil jatah masing-masing sesuai selera, menikmati sarapan bersama dengan suasana kekeluargaan yang hangat sambil sesekali di selingi dengan obrolan. Sang ayah terlihat sangat bahagia dengan suasana yang mewarnai kehidupan keluarganya sekarang.
"Alex, Pagi ini biar ayah yang mengantar kamu ke sekolah. Kebetulan ayah sudah ada janji untuk bertemu dengan kepala sekolahmu nanti," ucap lelaki berumur yang terlihat lebih segar dan berbinar setelah selesai menyantap hidangan.
"Baiklah, Ayah. Alex sangat senang karena ayah kembali bisa mengantarku ke sekolah," jawab si bungsu dengan girang dan mimik muka yang penuh kebahagiaan.
"Saudaraku, Harry. Bagaimana perkembangan masalah yang sedang kamu tangani? Semua sudah beres?" tanya Agung kemudian, sambil menatap ke arah saudara angkatnya yang duduk di seberang tempatnya.
"Maaf, Saudaraku. Masalah ini belum bisa di bereskan secepatnya. Sepertinya ada oknum yang coba main-main denganmu. Tenang saja, aku akan segera menemukan oknum tersebut," jawab Harry memastikan kepada saudara angkatnya dengan wajah serius.
"Oke, Tidak mengapa. Lakukan saja sesuai rencanamu. Aku percayakan semuanya padamu dan aku yakin masalah kecil ini pasti akan segera teratasi olehmu," Agung menjawab dengan penuh semangat, karena ia tahu betul pada kecerdasan dan kemampuan saudara angkatnya.
"Baiklah, akan ku usahakan secepatnya. Sekarang aku ke sekolah dulu, Nak Rendi, mari kita berangkat," Harry mencoba meyakinkan saudara angkatnya tersebut dan berpamitan untuk berangkat mengajar. Kemudian ia bangkit dan bergegas keluar menuju mobil yang sudah terparkir di halaman mansion. Setelah pamitan pada sang ayah, Rendi pun mengikuti langkah pamannya dari belakang.
Seperti hari-hari biasanya, paman dan keponakan yang sekaligus berstatus guru dan murid itu selalu berangkat bersama ke sekolah begitu juga saat pulang. Alex yang masih menunggu ayahnya kini sudah berada di depan mansion, sebentar-sebentar ia melirik mesin waktu yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dengan wajah sedikit panik karena sudah semakin siang.
Sesaat kemudian sang ayah pun keluar tanpa pakaian dinas dan berjalan menghampiri putra bungsunya yang terlihat mulai panik. Sang anak semakin di buat penasaran dengan penampilan ayahnya, namun ia tidak berani menanyakan hal itu.
Agung Bramasta segera menyuruh putranya untuk masuk ke dalam mobil setelah ia membukakan pintu. Melihat putranya sudah masuk dan duduk, sang pemilik perusahaan Bramasta Shield itu pun segera masuk dan duduk di belakang kemudi mobil sport edisi terbaru itu.
Sesaat kemudian mobil yang di kemudikan oleh Agung Bramasta sudah terlihat keluar dari gerbang mansion dan melaju menyusuri jalanan ibu kota yang mulai padat dengan kendaraan di jam-jam seperti sekarang. Mobi pun meluncur menuju ke arah yayasan tempat Alex menuntut ilmu yang jaraknya lumayan jauh.
Sementara Harry dan keponakannya sudah sampai di depan bangunan bertingkat nan luas, yakni gedung sekolah tempat Rendi belajar dan sang paman mengajar. Setelah menurunkan keponakan di area penurunan penumpang dan Rendi sudah berjalan menuju gedung utama sekolah.
Harry bermaksud untuk memarkirkan mobilnya di area biasanya. Namun ia urungkan ketika sang guru muda itu tahu kalau di sebelah kanan mobilnya juga ada sedan merah yang sedang menurunkan penumpang. Sengaja ia menunggu agar sang penumpang yang baru turun tersebut untuk segera menyeberang dan melewati depan mobil yang di kemudikannya.
Guru muda dengan wajah tampan rupawan itu sebenarnya sudah tahu siapa penumpang yang masih berada di dalam sedan merah tersebut. Sehingga ia sengaja menunggunya untuk melintas lewat depan mobil dengan harapan agar bisa menatap gadis cantik idola sekolah yang ia dambakan tersebut.
Sejatinya sedari awal melihat gadis berkulit putih bersih dengan rambut pirang lurus terurai dan sorot mata nan tajam, saat kali pertama Harry mengajar dan memperkenalkan diri dalam satu ruangan kelas ia sudah di buat terpana oleh gadis yang kala itu sempat membuatnya sedikit grogi dengan ejekan murid tersebut.
Mila, gadis cantik bertubuh ramping dan tinggi semampai dengan wajah cantik yang telah membuat Harry jatuh cinta pada pandangan pertama dan selama ini menghantui pikiran. Sempat ia berpikir kalau tidak mungkin jatuh cinta pada gadis cantik itu. Apalagi menjadikan murid perempuan yang merupakan bunga sekolah sebagai kekasih tambatan hatinya.
Karena saat itu gadis cantik yang ia taksir ternyata adalah pacarnya Rendi, anak sulung dari saudara angkatnya yang di pasrahkan untuk dibimbing dan dididik olehnya. Sehingga ia hanya bisa memendam rasa tanpa di ketahui oleh siapapun.
Akan tetapi harapan dan angan yang telah sirna dari diri Harry kemudian muncul kembali ketika ia tahu kalau keponakannya sudah memutuskan hubungan dengan gadis cantik bunga sekolah tersebut. Alasan sang keponakan karena ia menyadari kalau dirinya hanya di manfaatkan oleh si cewek agar tidak ada cowok-cowok jahil yang mengganggunya.
Alasan yang masuk akal tentunya, sebab ketika itu Rendi merupakan salah satu siswa preman yang di segani karena nama besar sang ayah. Kini semua berakhir tatkala sang preman sekolah sudah insyaf karena bimbingan dari paman sekaligus gurunya.
Lambat laun hati dan pikiran guru muda berbakat itu mulai tumbuh benih-benih cinta yang hingga kini belum berani ia utarakan karena sang guru sadar kalau siswa cantiknya itu selalu memusuhi dan menampakkan kebencian kepada dirinya.
Hingga saat ini hanyalah rasa kagum dan pujian yang selalu bermain dalam benaknya. Seperti saat ini dan hari-hari kemarin, sang guru hanya bisa mencuri pandang saat gadis cantik itu berada ataupun lewat di depannya.
Ingin rasanya Harry segera mengutarakan isi hatinya, tetapi ia masih sadar diri dengan status guru baru yang melekat dalam namanya dan Harry tidak ingin reputasinya rusak gara-gara mencintai salah satu siswanya.
Ketika guru muda yang berada dalam mobil sport warna merah sedang melihat dan memperhatikan sang gadis cantik lewat di depan mobilnya, ia di kejutkan oleh suara klakson dari mobil yang sedari tadi antri di belakangnya. Ia pun hanya tersenyum dan kemudian melajukan mobil ke arah parkiran sekolah.
Beberapa saat ia masih duduk di belakang kemudi, entah apa yang sedang di pikirkan oleh guru muda nan tampan disana. Berikutnya, terlihat senyuman tipis di bibirnya saat ia keluar dan berjalan menuju gedung sekolah, ke arah kantor lebih tepatnya.
To be continued...