Sementara itu di taman kota, gadis cantik jelita berambut panjang lurus yang sedari tadi bersandar di pundak pemuda tampan bergaya layaknya artis korea. Kini terlihat sudah duduk tegak sambil memegang ponsel di tangannya.
"Faizal, Malam sudah larut, ayo antarkan aku pulang," ucap gadis cantik setelah melirik ke layar ponsel sambil meraih tangan pemuda di sampingnya yang masih terlihat bermalas malasan.
"Sebentar lagi lah, Sayang. Aku masih ingin berduaan denganmu," balas pemuda berparas ganteng mempesona sambil tangan kekarnya mengusap rambut gadis di sebelahnya dengan kelembutan.
"Besok lagi saja, kamu kan masih punya waktu 3 minggu di rumah. Kita bisa bertemu setiap harinya," jawab sang gadis memohon, serta mengedipkan manik bening cantiknya, berharap agar pacar barunya itu segera menuruti permintaannya untuk pulang.
Di dalam warung, dua orang mata-mata Anggara Kurniawan nampak segera berpamitan kepada putra gurunya untuk melanjutkan misi mereka. Harry yang sedang menatap ke taman dan menyadari kalau dua insan yang sedang di mabuk cinta itu sudah berdiri dan terlihat akan meninggalkan taman, akhirnya menyuruh dua lelaki yang dari tadi ngobrol dengannya untuk segera bergegas pergi.
Tidak lama kemudian, dua lelaki yang sedang bertugas mengawasi putri tuan mereka sudah masuk ke dalam mobil dan siap meluncur kapan saja untuk membuntuti target.
Saat sepasang kekasih itu berjalan menuju mobil mewah yang terparkir di sebelah kanan warung, si gadis sempat melihat ke arah Harry yang masih duduk santai di dalam.
'Sialan! Guru brengs*k itu, ngapain dia di sini. Jangan-jangan dia sedang memata-mataiku,' gumam gadis cantik jelita itu, sambil berjalan dan menyandarkan kepala ke pundak kekar lelaki pujaan hatinya.
Sedangkan Harry yang masih duduk santai di dalam, setelah menghabiskan minuman berniat untuk segera meninggalkan warung dan pulang ke mansion saudara angkatnya. Saat ia bangkit dari duduk, pandangan matanya sempat beradu dengan tatapan Mila yang sedang menoleh ke arahnya. Harry cuma tersenyum tipis sambil melambaikan tangan, sedangkan sang gadis justru semakin merasa kesal di buatnya.
Sementara si gadis cantik sedang merasakan kekesalan yang teramat sangat, sang guru justru berjalan bergegas mendahului langkah kedua sejoli yang sedang kasmaran. Pria dewasa dengan wajah ganteng segera masuk ke dalam mobil dan langsung melaju meninggalkan warung dengan kecepatan tinggi.
Faizal yang menyadari gadis cantiknya tiba-tiba cemberut dengan muka di tekuk, segera memastikan keadaan dan menanyakan apa yang sudah terjadi. Tetapi sang gadis enggan untuk menjelaskan.
"Ya sudah, sekarang juga aku akan mengantar kamu pulang," ucap pemuda tampan berbadan atletis, sambil kembali menggandeng tangan mungil kekasihnya. Sang pemuda segera membukakan pintu dan mempersilakan gadis cantiknya untuk segera masuk.
Selanjutnya mobil mewah yang di kemudikan oleh putra pejabat tinggi negara itu pun meluncur meninggalkan lokasi parkir taman kota. Sementara, gadis jelita berambut panjang yang duduk di sebelah pengemudi tetap saja diam tanpa ada obrolan sama sekali.
Hal itu membuat sang pemuda yang sedang konsentrasi mengemudi jadi semakin bingung di buatnya. Berkali-kali di tanya, kenapa kok diam dan manyun terus? Tetapi sang gadis masih saja membisu tanpa kata. Hingga akhirnya sampailah kedua muda mudi tersebut di depan gerbang sebuah mansion mewah.
Penjaga yang melihat adanya mobil yang berhenti di depan gerbang segera mendekat dan memastikan siapa tamu yang datang larut malam begini. Setelah mengetahui bahwa ada nona muda di dalam, segera ia berlari dan membukakan gerbang. Hanya beberapa saat setelah mobil mewah itu masuk, kemudian sudah kembali terlihat dan akan keluar dari mansion Anggara Kurniawan tersebut.
Sementara di dalam mansion, gadis cantik jelita dengan wajah muram yang baru diantar pulang oleh sang kekasih sudah sampai di ruang keluarga. Setelah dilihat ayah dan ibunya sudah tidak berada di ruangan luas dengan segala perabot berkelas tersebut, sang gadis pun melanjutkan langkah.
Gadis bertubuh ramping dengan rambut panjang terurai sekarang sedang menaiki anak tangga dengan sedikit gontai menuju lantai atas untuk segera sampai dan masuk kedalam kamar.
Sesampainya di kamar, Mila langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang, melepaskan segala penat dan berusaha menetralkan pikiran sembari menatap kosong ke langit-langit. Sangat sulit bagi si gadis untuk melupakan kejadian di taman kota tadi saat ia melihat Harry, sosok guru yang sangat di bencinya.
Semakin ia berusaha untuk menghilangkan bayang-bayang sang guru ketika melambaikan tangan dengan senyum tipis di bibirnya, namun bayangan itu semakin terlihat dan sulit untuk di lupakan.
'Brengsek! Kenapa pula aku terus kepikiran guru sialan itu' gumam Mila dalam hatinya. Tidak mau terus terhanyut dalam pikiran yang tidak jelas, putri semata wayang dari pasangan Anggara dan Yurike itupun segera bangkit dari ranjang bergegas menuju kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk tebal, gadis cantik yang sudah terlihat sedikit segar itu segera mengambil baju tidur dan segera mengenakan baju berwarna merah muda tersebut. Baru selesai ia merapikan rambutnya dan hendak bangkit dari kursi meja rias.
Pandangan matanya menangkap ke arah syal yang masih tergantung di balik pintu. Benda yang dibagikan oleh guru barunya dulu saat ada acara pentas teater di sekolah.
"Ya, Tuhan. Dia lagi Dia lagi? Ada apa dengan otakku ini, kenapa jadi mikirin guru sialan itu?" sang gadis ngomel sendiri sambil melangkah kearah pintu dimana benda itu di gantung. Ia meraih syal tersebut kemudian memakainya dan berjalan ke depan cermin.
"Cantik juga." Mila langsung teringat dengan kalimat yang di lontarkan guru muda itu saat kali pertama melihat dirinya memakai syal tersebut. Tidak bisa dipungkiri kalau dirinya memang sudah cantik, meskipun tidak memakai syal pemberian dari guru barunya.
'Sebenarnya, Pak Harry lumayan ganteng juga. Postur tinggi besar, body atletus, ia juga baik, pandai dan berbakat, semua mengakuinya. Terus, kenapa aku tidak suka,' gunamnya dalam hati sambil melepaskan kembali syal yang dari tadi di pakainya dan membiarkan begitu saja tergeletak di sandaran kursi rias.
Gadis cantik putri satu-satunya dari Yurike Kurniawan itu sudah mulai merasakan kantuk di netranya. Ia melangkah menuju ranjang dan segera merebahkan dirinya di atas kasur empuk sambil meraih selimut dan bantal guling yang sudah tersedia.
Saat mulai memejamkan mata, kembali ia teringat dengan sosok guru yang selama ini sangat dibencinya. Ia pun jadi teringat dengan kata-kata sahabatnya, Dilla.
"Hati-hati, Beb. Jangan terlalu membenci Pak Harry, nanti kamu jadi suka dan jatuh cinta padanya, lho." Dulu ketika dirinya sedang marah-marah dan mengumpat sang guru, sahabat baiknya itu mengingatkan.
'Cih! Tidak mungkin aku akan suka, apalagi jatuh cinta dengan guru sialan itu,' bisik hati Mila yang semakin kepikiran dengan sosok guru muda dan ganteng.
'Akan tetapi, apa alasanku untuk membencinya? Toh dia tidak pernah bermusuhan denganku, bahkan selalu baik dan perhatian kepadaku.' Pikiran sang gadis terus berkecamuk, perang antara emosi dan empati. Hingga tubuh yang sudah tertutup selimut itu perlahan tenang tanpa ada gerakan. Menandakan jika jiwanya sudah melayang jauh ke alam mimpi, tertidur pulas.
To be continued...