Chereads / One Night Stand With My Teacher (IDN) / Chapter 26 - Merasa Penasaran

Chapter 26 - Merasa Penasaran

Setelah berhasil negosiasi dengan dua preman muda, Harry dan Rega meminta untuk masuk serta melihat-lihat rumah kontrakan yang akan sudah ditunjukan oleh kedua pemuda di yang menghadang mereka di depan tadi.

Ketika preman-preman kampung mengusir penghuni di 3 rumah yang mereka janjikan, Rega segera menghubungi haji Haris, untuk menampung mereka beberapa hari di rumahnya dulu. Haji Haris pun menyanggupi permintaannya.

Saat Rega keluar dari mobil, sebagian penghuni kontrakan mengenalinya, tetapi Rega segera memberi isyarat, mereka pun memahami kode yang Rega berikan dan akhirnya mereka pura-pura tidak kenal dengan asisten Agung Bramasta tersebut.

Pada saat dua orang suruhan Agung Bramasta memeriksa satu persatu rumah kontrakan, terlihat salah satu dari preman lokal tersebut sedang menghubungi seseorang. Harry yang merasa curiga, segera mengambil tindakan, dengan cepat ia pura-pura memeriksa rumah yang posisinya tepat berada di belakang preman berambut gondrong.

Karena sedang berada bicara serius, si preman sama sekali tidak menyadari kalau saudara angkat Agung Bramasta sedang mendengarkan percakapan mereka. Sebagai ahli bela diri tingkat atas, tidak sulit bagi Harry untuk mendengarkan percakapan, meski dengan jarak yang lumayan jauh.

Harry segera menghampiri Rega dan memberi tahu tentang apa yang baru saja ia dengar dari percakapan preman kecil dan orang di seberang yang kemungkinan besar adalah dalang dari semua masalah ini.

"Saudaraku, Rega. Malam ini kita belum berhasil menyelesaikan tugas ini. Sepertinya, preman-preman kecil itu hanya petugas lapangan," Harry menjelaskan kepada Rega dengan sedikit berbisik karena takut dua preman itu akan mendengar dan mencurigai keberadaan mereka di lokasi sekarang.

"Lalu, langkah apa yang harus kita lakukan sekarang, Tuan Harry?" tanya Rega, karena kondisi sekarang sudah di luar prediksi mereka.

"Sebaiknya, kita pulang dulu. Besok sore kita kesini," terang Harry, karena sesuai yang ia dengar tadi bahwa penanggung jawab preman-preman kampung itu saat ini sedang di luar kota dan baru besok siang ia kembali. Harry segera menghampiri ketua preman.

"Anak muda. Kami cocok dengan rumah dan harga sewanya. Besok sore kami akan datang lagi untuk melunasi pembayaran," ucap Harry kepada pemuda berambut panjang itu, yang merupakan pimpinan dari preman-preman kampung di komplek kontrakan.

"Baik, Bos. Kebetulan paman saya juga sedang tidak ada di rumah. Besok siang baru datang, masalah pembayaran urusannya dengan paman," jawab pemuda yang pada awal kedatangan Harry dan rekannya terlihat sombong, namun sekarang sudah jinak.

"Paman, Katamu? Tadi kamu bilang, komplek kontrakan ini punyamu?" tanya Harry sedikit menekan suara untuk memancing preman, dengan harapan akan mendapatkan sedikit petunjuk.

"Iya, Bos. Komplek kontrakan ini milik pamanku yang ia beli dari haji Haris," jawab si pemuda dengan sedikit ketakutan. Hal itu yang membuat Harry semakin penasaran dengan sosok yang di maksud oleh pemuda.

"Baiklah, tidak mengapa. Kami harap, saat pembayaran sewa besok, pamanmu sudah ada di sini," jawab Rega karena sedari tadi ia sudah tidak sabar dengan ucapan yang tidak jelas si pemuda. Selanjutnya, kedua pegawai Agung Bramasta itu kemudian masuk ke dalam mobil.

"Pasti. Itu pasti, Bos," si pemuda mencoba menjawab pertanyaan, tetapi keburu pintu mobil sudah tertutup.

Hary dan Rega segera pergi dari komplek kontrakan tersebut dan menuju ke rumah haji Haris untuk mencari sedikit informasi tentang siapa yang menyuruh preman-preman kampung itu.

Tidak sampai 5 menit, mereka berdua sudah sampai di kediaman haji Haris. Tuan rumah yang sudah tahu akan kedatangan mereka, segera memanggil istrinya untuk menyabut Rega dan Harry.

"Maaf, Tuan-tuan. Kami telah merepotkan anda," ucap pak haji membuka pembicaraan setelah kedua tamunya dipersilakan masuk dan duduk.

"Tidak mengapa, Pak haji. Ini semua adalah tugas kami. Perkenalkan, ini rekan saya Harry," jawab Rega kepada pasangan suami istri yang terlihat bersahaja itu dan memperkenalkan Harry kepada mereka.

Selanjutnya, mereka berbincang kesana kemari. Haji Haris sendiri juga tidak tahu siapa orangnya yang sudah merebut dan mengambil alih tugasnya sebagai pengelola komplek kontrakan.

"Dia hanya menghubungi saya lewat telepon dan mengaku sebagai tangan kanan Bos Agung Bramasta. Jadi saya percaya begitu saja," haji Haris mencoba menerangkan kepada Rega dan Harry dengan wajah lesu karena rasa bersalah sudah teledor menjalankan tugas dan kepercayaan dari Agung Bramasta.

Kejadian itu terkuak baru-baru ini, setelah beberapa bulan haji Haris tidak melaporkan tentang kondisi dan keuangan komplek kontrakan kepada pegawai Agung Bramasta.

Dari itulah, Agung yang merasa kecolongan dan menyadari ada oknum yang sengaja memanfaatkan namanya, ia segera mengambil langkah dan memutuskan untuk menunjuk Harry agar menyelesaikan masalah ini.

"Aku jadi semakin penasaran, seberapa hebat orang ini. Kok berani main-main dengan pemilik Bramasta Shield?" tanya Rega kepada semua yang ada di ruangan, tentang rasa penasaran yang ia rasakan.

"Hanya ada dua kemungkinan. Ia tidak tahu nama besar Agung atau memang dia merasa lebih unggul dari saaudara angkatku itu," Harry menyampaikan pandangannya.

"Sudah tidak sabar aku, pengin lihat seperti apa bentuknya bajin**n itu," Rega semakin bersemangat.

"Apapun yang terjadi, kapanpun di butuhkan, saya siap membantu," haji Haris juga tidak kalah semangatnya dengan yang muda-muda.

Tidak terasa, perbincangan hangat di rumah haji Haris sudah berlangsung lama, suasana semakin larut malam. Rega dan Harry segera mohon diri untuk kembali ke mansion Bramasta.

"Baiklah, Pak haji dan Ibu. Karena waktunya sudah larut malam, kami berdua mohon pamit dulu," ucapan Harry memotong obrolan mereka dan meminta diri untuk pulang.

"Besok pagi, tiga keluarga yang di paksa keluar dari kontrakan oleh preman-preman kampung itu. Sudah saya kasih tahu untuk tinggal di sini dulu, Pak Haji. Saya harap, bapak tidak keberatan," ucap Rega, sebelum bangkit dari tempat duduknya.

"Baiklah, Tuan Rega. Pintu rumah ini selalu terbuka dan kami siap membantu," jawab haji Haris beserta istri, sambil mengikuti langkah kedua tamunya yang sudah bergegas keluar.

Harry dan Rega segera menuju mobil yang terparkir di halaman rumah haji Haris, keduanya segera masuk. Kali ini Harry yang duduk di belakang kemudi. Tidak lama setelahnya, mobil yang di kemudikan oleh Harry itupun sudah melaju meninggalkan rumah kediaman haji Haris.

Karena malam sudah larut, Harry bermaksud untuk langsung mengantar Rega pulang ke rumahnya. Rega sedikit keberatan, dengan alasan harus segera melaporkan tugas ini kepada atasannya, Agung Bramasta.

Akan tetapi, Harry meyakinkan dan menerangkan kalau saudara angkatnya itu tentunya sudah istirahat. Jadi, biar Harry saja yang melaporkan dan membahas rencana berikutnya.

"Baiklah kalau begitu, saya percaya dan menyerahkan laporan ini kepada tuan Harry saja," akhirnya Rega memahami dan tidak bisa menolak untuk langsung di antar pulang karena ia sendiri juga sudah sangat capek dan butuh istirahat secepatnya.

Sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya mobil mewah yang dikemudikan Harry sudah sampai di depan rumah Rega. Rega segera turun dan mempersilakan Harry untuk singgah sebentar.

"Lain kali saja, saudara Rega. Biar saya langsung pulang ke mansion," jawab Harry yang masih duduk di belakang kemudi sambil mengangguk dan melambaikan tangan. Selanjutnya, Harry segera menginjak pedal gas dan meninggalkan rumah Rega.

To be continued...