"Bukan begitu, Beb. masalahnya tadi waktu di Mall, aku melihat Rendi bersama dengan guru baru sialan itu di dalam mobil. Gila gak, sih! Maksudnya apa, coba?" Mila menerangkan tentang apa yang baru dilihat dan kecurigaannya, dengan menaikkan nada suaranya lebih tinggi.
"What! Apa aku tidak salah dengar? Atau jangan-jangan si Rendi sudah jatuh cinta kepada guru tampan itu ya, Mil?" tanya gadis di seberang dengan sedikit meledek. Meski sebenarnya Dilla juga bertanya-tanya dalam hatinya tentang apa yang baru saja sahabatnya bicarakan.
"Aku harus gimana lagi, coba?" Mila meminta pendapat dari sahabatnya tentang apa yang harus ia lakukan dengan kejadian yang baru saja dilihatnya tadi.
"Gampang, Beb. Putuskan saja si Rendi konyol itu. Lebih baik kamu terima cinta dari ketua OSIS kita yang super macho dan genius itu," jawaban spontan dan realistis dari Dilla sungguh diluar dugaan Mila, tetapi ada benarnya juga.
"Sudah, ya. Aku mau tidur. Curhat sama kamu malah tambah setres!" ucap Mila semakin emosi.
Dilla yang tahu kalau teman sejatinya sewot hanya bisa tercengang di seberang sana. 'Lagian, siapa juga yang nyuruh untuk curhat. Dasar cewek genius, tetapi bego,' umpatnya dalam hati.
Kemudian ia pun menghambur ke ranjang king size yang ada di kamar pribadinya.
Beda halnya dengan Mila, setelah menutup sambungan telpon, sesaat ia masih duduk termenung. Tatapan matanya kosong menuju ke cermin di depannya, sesekali masih terlihat menggelengkan kepalanya.
'Apa yang dikatakan Dilla tadi? Ada benarnya juga, ya. Kenapa juga aku memikirkan Rendi yang payah itu. Lebih baik aku buka hati untuk si Ferdy saja,' gumamnya di dalam hati.
Gadis cantik yang menjadi idola di sekolah itu bangkit dari duduknya, kemudian melangkah ke kamar mandi untuk buang air kecil sebentar dan membersihkan sisa make up.
Tidak lama kemudian, ia sudah muncul kembali. Melangkah ke arah meja rias untuk mengambil ponsel dan mematikannya. Hal yang terlihat aneh, karena tidak biasanya ia melakukan kegiatan seperti itu.
Mungkin juga ia sengaja agar Rendi tidak menelpon balik setelah berkali-kali panggilan telpon darinya tidak dijawab oleh pemuda yang saat ini masih menjadi pacar Mila.
Setelah itu, gadis dengan rambut lurus dan warna pirang itu melangkah ke arah ranjang king size bermotif hello Kitty yang terletak di tengah ruangan kamarnya. Sesaat kemudian, ia membaringkan tubuh seksinya dan meraih bantal guling kesayangan.
Rasa gelisah masih saja mengganggu pikirannya, berkali-kali ia miringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, mencari posisi yang nyaman. Tidak lama kemudian tubuh itu terlihat tenang, menandakan ia sudah bermimpi indah melayang jauh ke alam yang tidak bisa diprediksikan.
********
Suasana pagi yang cerah, matahari pun nampak begitu indah, suara kicauan burung terdengar terdengar begitu merdu dari setiap sudut taman kota.Membuat suasana pagi itu terasa sedikit berbeda.
Keramaian dan kemacetan kota metropolitan tidak membuat surut para pencari nafkah dalam melaksanakan tugasnya. Begitu juga dengan wanita satu ini, meski usianya sudah di angka 43 tahun, tetapi masih terlihat muda, cantik, seksi dan menarik.
Yurike, pemilik boutique Kamila's. Salah satu boutique ternama di kawasan Jakarta dan menjadi favorit bagi artis-artis ibukota dan desainer-desainer kondang. Ia juga merupakan istri dari pengusaha Anggara Kurniawan yang masuk dalam daftar 5 pengusaha sukses di Jakarta.
Terlihat wanita itu sudah berjalan menuju mobil Audi seri terbaru yang sedari tadi sudah terparkir di halaman samping mansion kebanggaan keluarga Anggara. Sang sopir yang sedari tadi sudah menunggu, langsung bergegas membukakan pintu belakang untuk sang nyonya besar.
Setelah beberapa saat, mobil mewah itu sudah keluar dari gerbang mansion menembus kemacetan lalu lintas ibukota untuk menuju boutique yang dikelola oleh perempuan sedang duduk di kursi belakang, sedari tadi sudah sibuk dengan ponsel di tangannya.
Sementara itu, sang suami, Anggara Kurniawan sudah berangkat duluan ke kantor ketika matahari belum muncul. Dikarena sudah ada janji dengan relasi dari Jerman yang kemarin belum sempat ia temui sebab jadwal pekerjaan yang sangat padat.
Sementara di dalam mansion, gadis cantik yang merupakan putri tunggal dari pasangan Anggara dan Yurike, terlihat sedang tergesa-gesa menyiapkan perlengkapan sekolahnya. Pagi ini Mila bangun sedikit terlambat karena semalam ia tidur larut.
"Bik Minah, aku sarapan di mobil saja, ya. Sudah siang ini, nanti Mila terlambat," ujar Mila kepada pembantu yang setiap hari selalu mengurus segala keperluan nona muda.
"Sarapan di rumah saja, Non. Sini biar bibik suapin. Lagipula ini masih terlalu pagi untuk berangkat," jawab si pembantu yang sudah membawakan piring berisi dua potong roti dengan selai strawberry kesukaan Mila.
Selaku kepala pembantu yang sudah lama mengabdi pada keluarga Anggara dan juga mengasuh Mila sejak kecil. Bik Minah sangat hafal dengan sifat dan karakter nona mudanya, ia paling tidak bisa menolak kalau sudah ada kata disuapi.
Seperti pagi ini, meski awalnya tidak ingin sarapan di rumah, tetapi begitu bik Minah membawakan makan dan menyuapinya, Mila akhirnya menurut. Ia menghabiskan dua potong roti yang sudah disiapkan oleh si pembantu tersebut.
Setelah selesai sarapan, Mila segera meraih tas punggung kesayangannya. Berjalan ke luar menuju mobil yang sudah sedari tadi sudah menunggu di halaman samping mansion.
Darno, sopir pribadi kepercayaan nona muda yang terlihat jelas raut bahagia dari wajahnya, begitu melihat yang ia tunggu sudah muncul dari dalam mansion. Langsung bergegas membukakan pintu mobil untuk gadis cantik yang tengah melenggang ke arahnya.
"Silakan masuk, Nona cantik," sapa si sopir sangat ramah dengan ibu jari yang di arahkan ke dalam mobil yang ia kemudikan setiap harinya.
"Terimakasih, Pak Darno. Sopirku yang baik hati dan ganteng," jawab gadis belia nan cantik jelita dengan senyum tipis di bibirnya sembari melangkah masuk ke dalam mobil.
Ketika pak Darno hendak melangkahkan kaki masuk ke dalam mobil, tiba-tiba si gadis yang sudah duduk dengan santai itu melarangnya.
"Sebentar-sebentar! Pak Darno mundur lagi, deh!" suruh si gadis dengan nada serius. Lelaki paruh baya yang sedikit terkejut itu pun mengikuti perintah majikan mudanya.
"Kenapa, Non. Apakah saya salah?" jawab pak Darno dengan kebingungan yang masih menghinggapi pikiran dari lelaki paruh baya itu.
"Tidak kok, Pak. Itu tadi, gantengnya kelewatan," jawab si gadis tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Sopir yang sudah bekerja lama untuk keluarga Anggara dan pastinya sudah tahu kebiasaan nona muda yang sering mengerjai pegawai-pegawai di mansion itu, akhirnya tertawa lebar.
"Nona muda bisa saja. Sukanya kok membuat panik orang tua," seloroh sang sopir sambil melangkah masuk ke dalam mobil, lalu menata duduknya di belakang kemudi.
"Apakah kita sudah siap untuk terbang, Nona?" Sekarang giliran pak Darno meledek nona muda yang sedari tadi senyum-senyum sendiri.
Mila hanya membalas pertanyaan pak Darno dengan jempol dan kedipan manik bening nan cantik miliknya.
Setelah hening beberapa saat, kemudian mobil sedan merah itu segera meluncur. Saat melewati gerbang, si sopir membunyikan klakson kepada pegawai yang ada di pos jaga, entah kode apa itu.
Selanjutnya dengan cekatan pak Darno menembus jalanan yang di jam-jam sibuk seperti ini sudah mulai ramai dengan banyaknya kendaraan.
Kurang lebih 30 menit mobil mewah yang dikemudikan pak Darno sudah sampai di halaman gedung bertingkat yang sangat lebar dan luas. Sekolah tempat Mila beraktivitas selama 5 hari dalam seminggunya. Mobil segera berhenti di tempat yang sudah ditentukan untuk menurunkan penumpang.
Saat Gadis cantik jelita dengan tubuh ramping yang merupakan idola semua lelaki di sekolah itu turun dari mobil, hendak melangkah ke arah gedung utama, tiba-tiba manik bening miliknya menangkap sesuatu yang menarik baru saja berhenti di sebelah kiri ia berdiri.
To be continued...