Sore hari, di mansion Anggara Kurniawan. Mila yang baru saja selesai melakukan kegiatan sore harinya, yakni jogging ringan sekedar untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Mila terlihat tengah berjalan masuk ke dalam mansion di ikuti oleh bik Minah, pembantu setianya dari belakang sambil membawa botol minum di tangannya.
Pemandangan yang nampak tidak seperti biasa, karena biasanya setelah selesai jogging, mereka berdua akan beristirahat, duduk di bangku taman dan berbincang mengisi waktu sampe matahari mulai terbenam.
Namun tidak dengan hari ini, Setelah selesai jogging yang hanya dilakukan beberapa putaran tadi, Mila langsung meraih botol minum yang di bawakan oleh bik Minah, lalu sedikit meminumnya.
"Sudah, Buk. Nanti Mila telat." ucap gadis cantik dengan rambut lurus yang di kuncir kuda sambil menyodorkan botol minum kepada pembantu di sebelahnya.
"Baiklah, Non. Ayo kita masuk." jawab perempuan paruh baya itu sambil bangkit dari duduknya.
"Aku langsung mandi saja, bik. Kasihan dia, nanti terlalu lama menunggu." jawab Mila sambil berjalan ke arah pintu samping mansion.
"Oke, Non. Bibik tidak ikut, takut mengganggu kalian." bik Minah sedikit menggoda nona mudanya.
"Ikut juga tidak mengapa, nanti Bibik jadi satpam di sebelahku biar tersiksa," balas sang nona muda, sambil berhenti sebentar dan menengok ke belakang dengan lidak sedikit keluar dari bibir seksinya.
"Tidak usah,Non. biar Bibik di rumah saja, berduaan dengan pujaan hati Bibik," jawab si pembantu setelah keduanya sampai di dalam mansion.
"So sweet banget, Bik. Seperti anak muda saja. Ingat! kalian itu sudah kakek nenek, haha." balas Mila sedikit mengejek dan tertawa lebar.
"Justru, semakin tua semakin banyak santannya lho, Non." bik Minah tidak mau kalah, balik menggoda gadis yang sedang merapikan rambutnya itu.
"Sudahlah, Bik. Mila naik ke atas dulu untuk mandi. Atau bik Minah mau mandiin Mila lagi?" jawab nona muda dengan kedipan mata, sambil berjalan menuju tangga.
"Ampuun! Bang jago." pekik bik Minah sambil berhambur ke dapur. Mila yang melihat reaksi pembantunya itu hanya bisa tertawa geli.
Malam ini, putri semata wayang dari pasangan Anggara Kurniawan dan Yurike Kurniawan itu sudah ada janji untuk nonton bareng kekasih barunya Faizal, pemuda tampan yang tengah menyelesaikan setrata 2, putra dari pejabat tinggi yang baru di kenalnya beberapa waktu lalu saat mereka bertemu dalam acara ulang tahun teman Mila.
Sebenarnya, kedua orang tua Mila sudah mengetahui hubungan yang sedang di jalani oleh putrinya tersebut. Sejak kali pertama mendengar laporan dari kepala pembantu tentang hubungan putrinya, Anggara beserta istri seperti biasa, langsung menugaskan tiga pegawai khusus untuk selalu memantau segala kegiatan Mila saat di luar rumah.
Mila segera naik ke lantai atas, masuk ke dalam kamar dan segera melakukan ritual membersihkan badan. Sementara bik Minah yang sudah berada di dapur, tengah sibuk membantu teman-teman menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Sedangkan suami bik Minah, yakni pak Darno sedang ikut membantu petugas taman membersihkan rumput. Karena malam ini nona muda akan pergi dan di jemput oleh pacar barunya, jadi pak Darno tidak ada tugas. Untuk mengisi waktu, ia ikut membantu pekerjaan lain di mansion. Seperti yang sedang ia lakukan sekarang, ikut membantu memberikan rumput di taman.
Hari sudah mulai gelap, semua pegawai yang ada di mansion Anggara, sebagian sudah menyelesaikan tugas masing-masing dan terlihat ada yang sedang berbincang santai di dekat taman belakang. Satu orang petugas kebersihan dan satu pemuda berusia 23 tahunan yang baru masuk kerja di mansion sekitar sebulan yang lalu.
"Mamang, sudah lama bekerja di sini?" tanya di pemuda membuka obrolan sambil menoleh ke arah lelaki tua di sebelahnya.
"Belum lama kok, paling-paling baru 8 atau 9 tahunan lah," jawab si lelaki tua tanpa ekspresi. Si pemuda yang merasa ada sesuatu yang janggal, segera menatap serius ke arah lelaki tua itu.
"Mamang, bisa saja! Belum lama, kok 8 atau 9 tahun. Itu waktu yang lama lho, Mang?" terang si pemuda dengan sedikit menggelengkan kepala.
"Iya, tetapi Mamang merasa sepertinya baru kemarin bekerja di mansion ini," lelaki tua itu menjawab dengan sedikit keheranan.
Saat melintas, pak Darno melihat dua orang yang sedang ngobrol santaiitu. Ia pun menghampiri mereka dan ikut di duduk di depan mereka.
"Lho, mana kopinya? Ngobrol kok tidak ada suguhan kopi, kurang indah," sapa pak Darno kepada dua pegawai itu sambil meletakkan bokongnya di kursi besi yang ada di samping taman belakang mansion.
"Pak Darno, mau saya buatkan kopi?" tanya si pemuda dengan wajah yang sedikit terkejut dengan kehadiran sopir paruh baya itu di depan mereka.
"Bukan saya, tetapi kita. Siapa namamu anak muda?" pak Darno bertanya kepada pemuda di depannya yang terlihat masih gugup itu.
"Saya, Wanto. Maaf, kita belum sempat berkenalan." jawab si pemuda dengan menundukkan wajahnya.
"Tidak apa apa, Nak. Nanti lama-lama juga saling kenal sendiri. Buruan, sana minta di buatkan tiga kopi sama Yanti di dapur," terang pak Darno datar. kemudian menyuruh pemuda itu untuk ke dapur.
Si pemuda segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah dapur. Sedangkan pak Darno langsung terlihat ngobrol hangat dengan lelaki tua petugas kebersihan itu.
Sesampainya di dapur, Wanto tidak menjumpai Yanti yang di maksudkan pak Darno tadi. Hanya ada dua perempuan yang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Si pemuda mendekat ke arah dua pembantu itu.
"Maaf, Bik Yanti kemana ya, kok tidak kelihatan?" tanya si pemuda dengan sedikit ragu.
Dua perempuan usia kitaran 30 tahunan itu sama-sama menoleh ke arah pemuda dengan wajah keheranan.
"Hei, Wanto. ada perlu apa kamu mencari Yanti? Kamu suka ya pada Janda bohai itu?" tanya salah satu pembantu yang tangannya masih berlumuran tepung dengan nada menggoda.
Wanto di buat kaget oleh kalimat perempuan itu. 'Janda bohai? bukankah Yanti bilang, kalau dia punya anak dan suami di kampung' gumam pemuda polis itu dalam hati. 'Masih muda, cantik, bodinya juga aduhai. Kok menjanda?' tanya Wanto dalam hati yang makin penasaran.
"Hei, Wanto. Di tanya malah melamun," bentak pembantu satunya. Karena melihat pemuda yang berdiri di depannya bengong kayak kerbau
"Kamu suka sama Yanti? Bilang saja!" perempuan di sebelahnya menimpali.
"Iya-iya. Eh, tidak-tidak," jawab Wanto kebingungan. Karena bentakan dari perempuan tadi mengagetkan lamunan Wanto. Seketika, dua pembantu itu tertawa lebar.
""Anu, Pak Darno menyuruhku mencari bik Yanti, untuk membuatkan 3 gelas kopi," jawab si pemuda lugu sambil garuk-garuk kepala karena merasa grogi.
"Ya, Tuhan. Wanto, saya kira kamu mencari Yanti untuk di ajak nonton," jawab wanita yang nampak masih sedikit muda, sambil menepuk jidat. Alhasil, tepung yang masih berlumuran di tangannya pun menempel di jidat lebar itu.
To be continued...