Tiga puluh menit kemudian Harry dan Rendi telah tiba di Mansion mewah yang merupakan kediaman Agung Bramasta. Mobil sport berwarna merah milik putra sulung tuan Agung sudah terparkir ditempatnya, tetapi kedua penumpangnya masih belum juga terlihat keluar.
"Om, Rendi langsung masuk untuk istirahat, ya! Capek banget," ucap pemilik mobil sambil melepas kunci yang masih menempel di bawah kemudi.
"Baiklah, Nak Rendi. Selamat beristirahat karena besok masuk sekolah," jawab sang paman sekaligus guru bagi Rendi.
Keduanya keluar dari mobil dan berjalan meninggalkan tempat parkir. Rendi langsung berlari kecil masuk kedalam, sedangkan si paman justru berlawan arah. Ia melangkah menuju gerbang, kearah pos security di sana.
Selama beberapa hari ke depan, memang Harry akan tinggal di rumah untuk membimbing dan mendidik Rendi hingga benar-benar berubah menjadi lebih dewasa. Sesuai permintaan saudara angkatnya yang tidak lain adalah pemilik istana besar dan megah ini.
"Selamat malam, Ndan. Apa hanya dua orang saja yang berjaga malam ini?" tanya Harry setibanya di pos keamanan.
"Selamat malam juga, Bos," jawab kedua petugas keamanan kompak dengan wajah sedikit terkejut karena Harry yang secara tiba-tiba datang ke hadapan mereka.
Harry memang orang yang supel, mudah bergaul dan berteman dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Disela-sela perbincangan, sang guru menyodorkan sebungkus rokok yang dibelinya saat perjalanan pulang. Meskipun ia sendiri bukan perokok.
"Terima kasih, Bos," ucap kedua penjaga.
"Sama sama, Pak," jawab Herry singkat
Perbincangan mereka bertiga tidak berlangsung lama setelah Harry berpamitan untuk masuk ke rumah karena harus menyelesaikan tugas yang ia tinggalkan saat mendampingi Rendi pergi ke mall tadi sore.
******
Sementara itu, di mansion milik Anggara Kurniawan. Bik Minah yang melihat kedua majikannya masuk kedalam kamar, segera membereskan bekas makanan dan minuman yang masih berada diatas meja, lalu membawanya ke dapur.
Sesudah mencuci piring dan gelas serta merapikan, ia teringat dengan kalimat yang di sampaikan oleh tuan Anggara Kurniawan dan istri saat menerima laporan harian tadi.
"Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bik Minah dan Pak Darno yang masih setia berada di tegah keluarga kami, membantu kami membesarkan Mila, mendidik dan membimbingnya hingga tumbuh dewasa seperti sekarang," ucap sang tuan.
"Kami berharap Bik Minah akan tetap di sini mendampingi Mila sampai kapanpun. Kami juga meminta maaf, jika selama ini banyak berbuat salah kepada Bibik dan Paman." Kata-kata Nyonya Yurike ini yang terus terngiang dan mengganggu telinga dan pikirannya.
Perempuan paruh baya itu tidak ingin berlarut-larut dengan perkataan dari sang majikan yang sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Ia segera bergegas menuju kamar miliknya yang terletak di area belakang mansion untuk beristirahat setelah bekerja seharian.
Begitu membuka pintu yang tidak dikuncinya, ia terkejut ketika melihat sosok lelaki yang sudah berada ditengah ranjang sederhana, merupakan salah satu fasilitas yang tersedia dikamar pembantu.
Meskipun ia sudah tau siapa lelaki itu, pak Darno, suami kesayangan yang juga sudah lama sekali bekerja pada keluarga tuan Anggara Kurniawan menemaninya.
Pembantu wanita paruh baya itu sedikit enggan untuk mendekati si suami karena ia tahu apa yang diinginkan oleh suaminya itu setiap kali datang ke kamar ini. Semua itu karena malam ini bik Minah benar-benar capek.
Setelah memastikan pintu sudah terkunci, pembantu paruh baya yang masih terlihat segar dan montok itu melangkah ke arah lemari pakaian, berniat untuk ganti baju tidur.
Ketika baru melepas pakaian bagian atas tiba-tiba ia merasakan seperti ada yang memeluknya dari belakang. Wanita itu pun menoleh untuk memastikan.Benar saja, suaminya yang sedari tadi pura-pura tidur itu sekarang sudah mendekap dan tangan kekar si suami sudah tepat memegang dua gunung kembar miliknya.
"Iiiiih ... Bapak ini apa-apaan sih! Geli, tahu," berontak bik Minah seraya tangannya berusaha menyingkirkan tangan pak Darno dari tubuhnya.
Seolah tidak peduli dengan ucapan si istri, tangan liar pak Darno justru melepaskan pelindung gunung kembar yang nampak masih sedikit menantang itu.
Sekarang pembantu perempuan yang merupakan istri pak Darno itu sudah terlihat tanpa busana. Ia berlari ke arah ranjang untuk mengambil selimut tebal warna putih, guna menutupi tubuhnya yang sudah tanpa pelindung sama sekali.
Pak Darno melangkah ke arahnya, sambil kedua tangannya mulai melepas sendiri pakaian yang ada di tubuhnya. Setelah semua pakaian yang ia kenakan terlepas dan hanya menyisakan celana dalam. Dengan gaya gagah berani, lelaki paruh baya itu terus melangkah mendekati mangsanya yang tidak lain adalah bik Minah, istri tercintanya.
Sang istri yang sedang bersembunyi rapat di balik selimut dan hanya menyisakan wajah saja, dibuat geli oleh kelakuan suaminya itu.
"Bapak itu kesurupan atau sedang mabuk, sih!" ucap bik Minah dengan terkekeh karena ia tahu kalau suaminya sedang merayu.
Si suami pura-pura tidak mendengarkan kalimat istrinya. Justru sekarang wajahnya dibikin seram dan matanya yang melotot terus mendekat ke arah tubuh si istri.
"Pak Darno, Sayang. Suamiku tercinta. Mari ke sini, biar ibu peluk." Si istri justru menggoda karena ia tahu kalau suaminya sedang bertingkah.
"Hahaha," kelakar pak Darno sembari duduk di tepi ranjang dan mencoba menyingkap selimut yang menutupi tubuh istri tercintanya.
"Pak, aku capek banget. Kita tidur, yuk! Jatahnya besok malam saja," pinta bik Minah dengan manjanya.
"Oooo ... tidak bisa dong, Istriku. Kita harus main sekarang. Sebelum masuk ke sini, bapak sudah minum obat kuat tadi," terang pak Darno dengan semangat.
"Apa? Sudah minum obat kuat? Waduuh, matilah aku," jawab bik Minah sambil menepuk jidatnya.
Sebenarnya ada sedikit rasa sesal dalam hatinya, kenapa semua ini terjadi saat kedua pasangan suami istri ini sudah berusia hampir kepala lima, kenapa tidak dari dulu suaminya seperti sekarang.
Perempuan itu menyadari, semenjak suaminya memakai Android, olahraga ranjangnya semakin hot dan banyak peningkatan. Mulai dari gaya, taktik, durasi dan sebagainya. Semua terasa sangat berbeda dengan saat awal-awal mereka menikah.
Bahkan setahun yang lalu, suaminya sudah mulai jarang menyentuh dan mengajak olahraga ranjang, tadinya ia pikir karena faktor usia.
Setelah tidak lama dibelikan ponsel android oleh tuan Anggara Kurniawan, semua berubah sangat signifikan. Dalam seminggu bisa tiga sampe empat kali suaminya mengajak tidur di kamar milik mereka dan selalu minta jatah yang lebih.
Bahkan tidak jarang, sebelum minta jatah, sang suami mengajaknya nonton video porna bersama. Kemudian langsung dipraktekkan saat itu juga.
"Kenapa sih, Buk? Harusnya kan senang jika bapak tampak perkasa," terang si suami sambil kanannya membelai lembut rambut sang istri.
"Iya, Pak. Ibu sangat suka kalau Bapak tampak perkasa, bisa keluar berkali-kali dan memuaskan ibu, tetapi malam ini ibu sedang capek setelah muter-muter di Mall," jawab si istri menerangkan.
"Tidak apa-apa istriku, Sayang. Biar bapak yang menyerang, kamu tinggal menerimanya saja," jawab pak Darno, tangannya juga sudah membuka selimut yang ada dalam tubuh sang istri.
To be continued....