Chapter 10 - Dimandiin

Sementara itu, di mansion mewah kediaman Anggara Kurniawan yang merupakan CEO perusahaan Kurnia jaya grup, terlihat gadis belia yang sangat cantik sedang serius membaca tabloid remaja di ruang keluarga ditemani perempuan paruh baya yang tak lain adalah pengasuh gadis yang sekarang jadi idola sekolah ternama di bilangan Jakarta.

"Nona Mila, Anda mau minum apa?" tanya perempuan paruh baya yang duduk disamping gadis cantik.

"Orange jus saja, Bik," jawab si gadis singkat dengan tetap serius membaca majalah.

"Baiklah, akan bibik buatkan sekarang," sahut bik Minah seraya melangkah ke arah dapur.

Gadis remaja nan cantik jelita masih serius dengan kegiatannya, sesekali terlihat tersenyum tipis hingga menampakkan lesung pipinya.

Selang beberapa saat berikutnya, sang pembantu yang sangat menyayangi si gadis sudah muncul kembali di ruangan itu sambil membawa nampan berisi jus orange dan kue basah hasil karya pembantu yang lain.

"Silakan, Nona." Dengan sopan menyodorkan sebuah gelas minuman dingin dan mengarahkannya ke mulut gadis yang sudah lama ia asuh karena terbiasa sangat manja padanya.

Kemudian sang bibik mengambil kue yang tadi ia bawa dan menyuapkan kepada anak asuh yang ada di hadapannya.

Setelah menghabiskan tiga potong kue, si gadis memberi kode untuk menghentikan suapan bik Minah. Wanita tua itu menuruti permintaan tuan putrinya.

Untuk selanjutnya, ia sodorkan gelas berisi jus dan meminta sang nona untuk menghabiskan. Pemandangan seperti ini yang selalu tersaji tiap hari di rumah besar, tetapi sangat sepi penghuni.

"Sudah waktunya jogging, Nona," ucap bik Minah mengingatkan.

"Ooo iya," jawab kaget si gadis seraya menengok ke arah jam dinding.

Olahraga ringan itu sudah menjadi rutinitas mereka berdua sejak lama, sedari Mila masih duduk di sekolah dasar hingga sekarang.

"Bik Minah, silakan ganti baju dulu. Aku naik ke atas dulu untuk mencuci muka dan ganti kostum juga," seru nona muda yang langsung melangkah naik menuju kamar.

Bik Minah meraih majalah yang dibiarkan begitu saja tergeletak di sofa, kemudian meletakkan kembali ke rak buku koleksi nona muda.

Selanjutnya ia mengambil nampan beserta sisa makanan dan minuman yang tidak dihabiskan oleh gadis belia nan cantik jelita kesayangannya. Kemudian membawanya ke dapur.

Tidak lama berselang, nona muda dan pembantunya sudah berada di halaman belakang mansion untuk segera memulai aktivitas. Nampak juga beberapa pegawai mansion yang lalu lalang dengan kesibukan masing-masing.

"Ayo, Bik. Kita berlari sepuluh kali putaran," ucap si gadis meledek wanita paruh baya di sampingnya sembari menarik tangan beliau.

Seperti biasanya, dalam sekali dua kali putaran, bik Minah sudah berhenti karena capek. Duduk di kursi taman sambil menunggu dan memandangi gadis kecilnya yang sekarang sudah tumbuh dewasa dan semakin cantik itu mengakhiri jogging.

Setelah hampir setengah jam, akhirnya nona muda berhenti lari dan menghampiri bibiknya yang sedari tadi setia menunggu.

"Haaaah ... capek, Bik," ucap si gadis dengan napas tersengal dan keringat yang masih mengalir di kening sehingga membuatnya semakin menarik untuk di pandang. Tangannya yang cantik segera meraih botol mineral yang terletak di samping bik Minah dan langsung ia minum setelah duduk sebelumnya.

"Jangan minum banyak-banyak, Non, nanti kembung," goda sang pembantu sambil tersenyum.

"Tidak apa apa, Bik. Bahkan air satu galon bisa Mila habiskan saat ini juga," goda gadis yang semakin terlihat cantik setelah remaja itu tidak kalah dalam hal bercanda dengan wanita paruh baya pengasuhnya.

Tidak tahu hal-hal apa yang mereka bicarakan, keduanya masih terlihat asyik dengan pembincangan di taman belakang. Sesekali terlihat tangan bik Minah membelai bagian belakang rambut si gadis dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Ayo, Bik. Kita masuk," ucap si gadis.

Bik Minah hanya membalas dengan anggukan kepala dan senyuman manis.

"Mila pingin dimandiin, Bik Minah," ujar gadis cantik.

"Lho ... lho ... lho, Nona muda kan sudah besar, kok minta di mandiin," jawab bik Minah keheranan.

"Bibik tidak mau-lah," sambungnya.

"Pokoknya Mila pingin dimandiin Bik Minah sekarang." Gadis itu semakin manja dengan ucapannya.

Bik Minah yang sudah sangat hafal dengan karakter dan sifat sang nona muda, merasa tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan si gadis.

Memang, dibandingkan ke nyonya Yurike, ibu kandung Mila, sedari kecil ia selalu manja dan sangat terbuka dengan pengasuhnya tentang segala hal. Bahkan masalah yang sangat pribadi pun tidak ia rahasiakan dari bik Minah

Tidak bisa dipungkiri kalau sejak dulu, pembantu inilah yang selalu ada dan mendampingi Mila dalam segala hal, dibanding waktu dan perhatian dari ibu kandungnya yang selalu sibuk dengan bisnis butik dan restoran yang ia kelola.

Setelah mengiyakan permintaan dari nona muda, kedua wanita itu berjalan masuk dan langsung naik ke lantai atas, menuju kamar mandi yang tersedia di kamar Mila.

Si gadis cantik langsung masuk ke kamar mandi tanpa beban. Beda halnya dengan pembantu yang masih berdiri mematung di depan pintu.

Perempuan paruh baya itu masih bertanya dalam hati, ada apa gerangan kok tidak biasanya nona muda minta dimandiin. Oleh karena sudah sangat lama, bahkan sudah lupa kapan ia terakhir memandikan nona cantik. 'Manja sih manja, tapi masa sih sampai begitunya,' ucap bik Minah dalam hati. Hingga suara dari gadis itu membuyarkan lamunannya.

"Bik Minah, cepat dikit dong!" teriak si gadis dari dalam.

Pembantu itu tersadar dari lamunan dan dengan langkah berat ia masuk ke kamar mandi.

Betapa terkejutnya ia saat sudah berada di dalam dan melihat pemandangan di depannya. Dengan percaya dirinya si nona muda sudah menanggalkan semua pakaian yang dikenakan, hingga hanya tersisa satu helai kain yang menutupi bagian intimnya.

Walaupun sama-sama perempuan dan bik Minah juga pernah muda, tetapi sejatinya ia sangat takjub dengan kesempurnaan tubuh Mila yang sekarang terpampang di hadapannya. Tubuh tinggi semampai, rambut panjang terurai, dua gunung kembar yang menjulang dan sangat menantang, bentuk tubuh laksana biola spanyol.

'Lelaki mana yang tidak tergiur jika melihatnya,' gumamnya dalam hati.

"Hai, Bik Minah kenapa sih? Kok memandangiku seperti itu? Sesama perempuan tidak boleh nafsu lho, Bik," ucapan gadis cantik ini kembali membuat bik Minah terbangun dari lamunan.

"Ba-baik, Non. Ba-bagaimana, Non?"

Kalimat bik Minah yang gemetaran membuat si gadis justru tertawa.

"Bik Minah, Sayang, Mila cuma ingin di mandiin. Tidak ada maksud lain," ucap si gadis meyakinkan.

Hingga kalimat ini yang akhirnya menyadarkan bik Minah dari lamunan yang macam-macam.

Pembantu paruh baya itu akhirnya mulai memandikan nona muda dengan hati-hati dan sedikit canggung. Namun, lama-lama rasa itu pun hilang karena si gadis sesekali memaksa dan menggoda perempuan yang selama ini merawatnya untuk tidak sungkan.

"Bayangin waktu mandiin Mila saat kecil dulu saja, Bik. Jangan ragu, Mila kangen semua ini, Bik." Kata itu yang selalu keluar dari bibir sang nona berkali-kali.

Setelah dirasa cukup dan nona muda sudah mulai kedinginan karena mandi pakai shower air dingin sesuai permintaan. Akhirnya bik Minah mengambil handuk dan mengeringkan rambut serta badan majikannya.

"Sudah, Non, yang bagian itu kerjakan sendiri saja. Bibik malu, Non. Sambil mengulurkan handuk, bik Minah melangkah mundur dan menunduk.

Beda dengan sang nona cantik yang masih terus mengerjai pembantunya, setelah memakai pakaian dalam.

"Sekarang gantian Mila yang mandiin Bik Minah, ya," candanya dengan terkekeh geli.

"Ti-tidak usah, Non," jawab bibik pembantu yang langsung kabur dari kamar mandi.

To be continued...